Suara nyaring minta ampun menggema di ruang kamar lumayan luas itu. Benda persegi ukuran 5x5 sentimeter yang pas itu nunjuk di jam tujuh pagi sampe sedikit getar karena ngeluarin suara keras itu.
Lebih dari semenit itu benda dianggurin, tetep aja objek di atas kasur gak ngeluarin tanda-tanda bangun.
"MAMPUS!"
Barulah di menit kedua, seonggok manusia muncul di balik selimut. Gak sampe dua detik dia melesat ke kamar mandi. Membasuh mukanya sekali trus langsung ambil baju sama celana di lemari.
Bibirnya menggumam terus dari tadi, "Jinyoung ada kelas jam tujuh."
Di detik ke sepuluh dia ngeraih helm di bawah kursi, lari cepet keluar kamar gak peduli sepatu yang masih belum masuk sempurna di kaki dia.
Baru aja dia mau ngetuk pintu kamar yang ada di sebelah kamar kosannya dia, gak sengaja matanya lihat ke jendela besar yang ada di tengah antara kamar dia sama sebelahnya.
Jendela itu langsung ngehadap ke halaman depan ngomong-ngomong. Dan pemandangan di depan sana sekarang ngebuat dia yang tadinya lari seketika berhenti.
Itu Jinyoung. Lagi dijemput sama laki-laki tinggi yang dulu pernah dia temui juga.
Woojin —orang tadi seketika inget kenyataan yang didengernya secara gak sengaja beberapa hari lalu. Matanya redup pas lihat Jinyoung senyum lebar banget pas laki-laki itu masangin helm di kepala kecilnya.
Dia nunduk, ngelihat helm warna biru di tangan kanannya. Tangan kirinya dia angkat, ngusap stiker bentuk hati di bagian belakang helm itu.
Sadar, Park Woojin!
"Woojin? Mau berangkat ke kampus ya? Aku bareng boleh? Kan fakultas teknik gak terlalu jauh dari fakultas ekonomi. Boleh ya?"
Woojin ngedongak. Itu Hyungseob. Anak ekonomi yang kamarnya di sebelah kamar Jinyoung.
.
.
.Lelaki tampan itu membalik-balik laporan di tangannya dengan minat nol persen.
Deadline nilai yang harusnya dia kumpulin besok menguap gitu aja dipikirannya, buktinya daritadi bukannya menilai laporan adik tingkatnya itu, dia malah ngelamun hampir sejam.
"Hyun?"
Bahkan pas temen seangkatannya, Seungwoon, masuk ke ruangan mereka, dia masih aja belum sadar.
"Hyun, ini nilai yang shift gue. Tolong besok nitip kasih ke dosen ya," Seungwoon naruh setumpuk laporan di meja yang jaraknya satu meja dari meja Minhyun.
Ngerasa daritadi Minhyun gak ada suara, Seungwoon mendekat, "Minhyun?" di tambah tepukan pelan di pundak temennya itu.
"E-eh.."
Nah akhirnya sadar juga itu anak, natap linglung gitu ke arah Seungwoon.
Seungwoon iba. Iya, dia tau kok apa yang lagi melanda sahabatnya dari jaman kandungan itu.
Minhyun itu orangnya simple. Orang yang kerjaannya baca buku mulu dan sahabatnya ya cuma satu dan itu Seungwoon doang. Jadi apa-apa pasti Minhyun ceritanya ke Seungwoon. Jadilah Seungwoon tau apa aja yang Minhyun rasain plus lakuin.
Lihat Minhyun yang lagi-lagi ngelamun itu, akhinya Seungwoon maju, duduk di kursi samping Minhyun. Ngerangkul pundak itu.
"Lo tau kalo yang suka lo itu banyak kan, hyun?"
Gak ada jawaban.
"Fokus kuliah dulu aja, bentar lagi lo mau skripsi juga, ninggalin gue lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Pharmacist Bae (Harem!Baejin)
Historia CortaBae Jinyoung, mahasiswa Farmasi semester 3 yang lagi galau. Ada temen rasa pacarnya, ketua angkatannya, sopir pribadinya, kating hitsnya sama asdos gantengnya. Bingung. ⚠️bxb Harem!Bae Jinyoung ↪️Mainly: Winkdeep, Pandeep