16. Met Ultah Ya!

1.8K 92 0
                                    


Chapter 16

****

Aku si kecil yang dulu selalu ada disampingmu, menjadi lelucon untuk tawamu, menjadi sesuatu yang harus dianggap berharga olehmu. Ketika beranjakku mulai mengenal rasa, aku ubah tujuanku untuk mengikatmu, ku ubuah perinsipmu yang dahulu menjadikanku benalu. Taukah kau seorang pemuda lucu, dengan pipi merah bersemu setiap kali ku cium pipimu tanpa sepengetahuanmu, aku menyayangi mu. Salahkah aku melaju cepat dari batas wajar, itu semua aku lakukan agar kamu menjadi salah satu bagian dari pengisi nama di ruang rindu. Menjadi candu untuk kuhisap sendiri, menyesap manis didalam perihnya rasa yang tak pernah kamu balas.

Namun kali ini kau berbeda, tak seperti biasanya yang selalu menyingkirkan tanganku dari pundakmu. Yang menampis kasar rasa aneh ini setiap kali datang dengan bertalu-talu.

Ternyata kamu sudah tahu, bahwa sebarnya aku mencintaimu.

Jadi Gilang! Maukah kamu menik.....ahh.....de...

--

♡♡♡♡

Byurrr!!!

"Kampret!" Agi kaget, bermimpinya Agi tadi diruang alam bawah sadar sangatlah menakjubkan, sebelum ember besar berisi air itu tumpah diatas kepala Agi.

Bunda merengut menatap anaknya, Agi malas. Tadi kan Agi mau bilang, Gilang...maukah kamu menika....

"Udah pagi Agi, cepet mandi."

"Iya..."

Muka Agi kecut, mirip rasa mangga muda yang masih pentil.

"Berangkat ya Bun," Setelah salim, Agi berangkat menemui Gilang tersayangnya.

Kelas gaduh, suasana tak terkendali. Sekelompok geng Anjani menyerbu Agi secara mendadak. Naira pun ikut membopong sebuah kotak yang dibungkus kado dengan pita berwarna pink menyala.

"Heboh bener, siapa yang hajatan?" tanya Agi bingung.

Geng Anjani mendesah pasrah, Naira menggigit ujung kotak kado seketika. Gemes deh.

"Lo ulang tahun kan Agi Ramos Sekarayu....." Naira berkata gemas.

"Ini kita patungan buat beliin lo kado, harus diterima. Kalo gak, gue bakal telanjangin lo didepan kelas," kini sekertaris ke 2 didalam silsilah geng Anjani berkata bengis. Agi nyengir garing.

"Perasaan ultah gue bulan Maret deh, tanggal 2 kan?"

Lagi Naira ingin menenggelamkan Agi dilumpur lapindo, 2 Maret apanya. Itu kan hari ulang tahunya si Gilang bejat, kenapa Naira bisa tahu?? Lah kan Agi selalu bikin kode 2 Maret 1999 di belakang buku pelajaran, pas ditanya itu kodee apaan, Agi yang bilang sendiri itu tanggal ulang tahunnya Gilang. Naira kira Agi lagi ngrumus buat pasang togel!!

"Coba cek KTP, udah punya kan?" Anjani merebut kasar Tas Agi, dan menemukan sebuah kartu.

KTP.

"Nah kan, betul sekarang lo ultah!" Teriak Anjani tidak terima.

"Gausah ngegas nyed, ngomong baek baek pan bisa!" Agi membalas dengan teriakan, nyali Anjani menciut. Lekaslah Anjani sungkem, dan Agi memaafkan dengan mudahnya. Agi menerima kado, Gilang keliatan biasa saja. Kalau benar hari ini Agi ulang tahun, kok Gilang biasa-biasa saja sih. Agi kan jadi kesel, untuk memastikan Agi mengecek KTPnya lagi. Dan benar, hari ini Agi ulang tahun kok. Agi memandang kotak dimenjanya dengan tatapan tidak berselera. Gilang memilih memasang headset dan menutupi mukanya dengan buku.

Tak lama Nendra datang, ia lalu menyodorkan sebuah paperbag. Agi menatap Nendra Haru.

"Ini buat gue?" Nendra mengangguk, Agi segera memeluk paperbag tersebut, seperti ada orang yang mau mencurinya saja jika Agi tidak segera memeluk papaerbag pemeberian Nendra.

Perasaan Naira berkecamuk, sebenarnya ada apa?

Setelah terjadi pertemuan tidak sengaja Naira dengan Nendra yang berkali kali itu, Naira merasa ada sesuatu yang aneh. Seperti Nendra tiba-tiba saja ahkir ini terlihat sedikit ganteng, mirip Oh Sehun lah kata Naira teh. Bukan itu saja sih, sebenarnya menurut Naira Nendra itu orangnya lembut, cuma Nendra gengsi aja buat nujukin bahwa Nendra tuh Muka L-Men, yang berhati Bebelac. Naira tahu, Nendra suka Agi.

Nggak kayak didrama dimana yang mana seorang sahabat terjebak cinta segitiga, Naira nggak bakal maksa Nendra menyukainya kok. Naira juga rela-rela saja, jika Endingnya nanti Nendra dan Agi mempunyai status.

"Eh Nendra udah berangkat lo??" Tanya Naira basa-basi, Nendra mengangguk lalu tersenyum. Kayak gitu aja Naira hampir mimisan.

♡♡♡♡

Tega, Gilang nggak ngasih ucapan sama kado. Agi ngambek.

Agi melempar kado-kadonya disebelah bangku taman. Ceritanya Agi lagi galau, terus melipir mampir ke taman. Saking niatnya Agi mendramatisir suasana, Agi menyanyikan lagi galau.

Judulnya-Fine

Lagunya

Mbak Taeyeon.

Kayak ngerti artinya aja, Agi nyanyi sambil mencak mencak kaya Sapi yang mau dikurbanin.

Its not fine....aaaaaa...iyahhh...aaa...iyahhhh......its not fine...🎵

"Dorr!"

"Uwaaaa...kaget..." Agi memegang dadanya yang nyaris jatuh.

Agi mendapati Gilang berdiri disampinya. Nafasnya ngos-ngosan, Agi marah. Ngambek juga.

"Maaf, gue nggak inget. Gue lupa."

"Lo dari dulu emang suka lupa hari ultah gue, padahal gue inget ultah lo." Agi berucap sambil nangis sesenggukan, Gilang meringis. Gilang bersalah.

"Iya...iyaa...maaf. udah jangan nangis lagi, mirip bool monyet dih kalo lu lagi nangis." Gilang mencoba melawak, namun sayang Agi malah semakin menangis.

"Iyaa...jangan nangis dong.. Agi cantik, baik..."

"Huaa..Gilang, sekarang kita ngomongnya Gue-elu lagi, padahal kemarin kita ngomong pake Aku-kamu, hiksss..." Agi menutup mukanya menggunakan telapak tangan, tangisanya tersedam.

"Yaudah kamu maunya apa?"

Agi mendongak, lalu memeluk Gilang secara tiba-tiba. Mengecup kening Gilang dengan sayang, turun lagi lalu mengecup hidung Gilang dan terahkir dengan benda kenyal yang Agi kecup. Gilang melotot, Agi tersenyum.

Gilang meraih pinggang Agi agar mendekat, mengelus rambut Agi dengan bau mint keluar setelahnya. Gilang menatap manik mata Agi yang terlihat sangat membius, tajam, memancarkan aura ketegasan. Gilang tahu, dibanding Gilang yang cowok, Agi mampu menandingi Gilang dalam hal berkata, berucap dan bertingkah laku.

Agi spontan menyatakan cinta kepadanya, bagi gilang Agi itu istimewa. Agi adalah seorang yang berani berucap jujur ketimbang Gilang yang harus berulang kali memastikan untuk berkata sesuatu yang sangat vulgar seperti menyatakan perasaanya kepada seseorang. Agi hanya butuh pengakuan saja, namun Gilang malah sebaliknya. Gilang Ragu.

"Gilang! Will You Marry Me?" Agi menyatukan keningnya dengan Gilang. Mata Gilang terpejam, menikati deru nafas Agi yang terdengar tidak teratur.

"Kita masih SMA."

"Gue tunggu, asal lo janji dan lo mau." Gilang tak menyangka, Agi adalah tipe pejuang yang tidak mau gugur sebelum berperang. Gilang tersenyum diam-diam, Agi memejamkan matanya tenang.

Angin berhembus menyibakan helai demi helai rambut mereka. Agi dengan pikirnya sendiri, dan Gilang dengan fantasi masa kecil mereka yang terulang bagai sebuah film dokumentasi yang sangat Gilang rindukan. Gilang sempat salah menilai Agi, dan Agi masih bertahan untuk mendapatkan apa yang Agi ingin dapatkan.

Cinta itu aneh dan rumit, Agi menyimpulkan Gilang itu seonggok manusia yang sangat kolot, meskipun begitu Agi mencintai Gilangnya. Sebelum mengibarkan bendra putih tanda menyerah, Agi harus memastikan bahwa Gilang mampu menyelamatkan Agi dari kalahnya perang diantara dua kubu yang masih bingung untuk mengekspresikan rasa. Padahal sudah jelas, mereka sama-sama bergantung. Mereka sepasang, namun salah satu di antaranya masih ragu untuk memulai.

GILANG, Will You Marry Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang