enam belas

991 84 16
                                    

Apri kembali lagi, dia membawa kompresan dengan sewadah es batu untuk sedikit meringankan luka di wajah Kevin.

Apri berdesis ngilu,rasanya dia bisa merasakan sakitnya luka dan lebam di wajah Kevin sebab sebelumnya dia juga mendapatkan luka seperti itu dan rasanya sakit.

"Maaf" ucap Apri

Apri meletakan kompresan dan wadah berisi es batu keatas nakas, dia duduk di tepian ranjang, semua sisi egois dan rasa marahnya terhadap Kevin sedang dikesampingkan sebab Apri merasa luka Kevin adalah tanggung jawabnya karena yang berulah orang kepercayaan Rian dan Fajar.

"Sakit banget ya?" Tanya Apri mendengar Kevin meringis terus

"Ya sakitlah, nggak liat luka-luka begini ahh isss aduh" dalam keadaan kesakitan masih sempatnya Kevin menjawab dengan nada sewot

Sumpah tadi Apri merasa begitu bersalah atas luka Kevin tapi semenjak Kevin tadi menjawabnya dengan kesewotan, rasanya tuh Apri pengen meminta anak buah Rian dan Fajar kembali lagi untuk mempites-pites Kevin.

Dikasih hati malah minta jantung.
Ditanya baik-baik malah jawabannya sewot ya jelaslah Apri yang tadi bersimpati jadi kesal di buat nya.

"Ya sakitlah, gitu juga aku habis dipukul kamu" balas Apri tak kalah sewot

"Oh jadi issss arrggg,,,," Kevin menutup mulutnya rapat dan tak menyelesaikam ucapannya, tanganya menyentuh sudut bubirnya yang mengeluarkan darah.

Begini jadinya, Kevin merasa wajahnya babak belur dan akan meninggalkan bekas-bekas biru dan merah nantinya.

"Makanya kalau sakit tuh enggak usah banyak bicara" ceramahi Apri, dia mengambil handuk kecil dan mencelupkannya keair es

"Sini, diobati dulu" Apri mengarahkan tangan ke wajah Kevin, dia berniat ingin mengompres lebam-lebam di pipi Kevin

"Aaaarrgggg duhhhh" Kevin mencekal tangan Apri dan menghentikannya menyentuh pipinya

Apri ingin cekikikan melihat Kevin kesakitan, kesakitan tetapi ekspresi yang terlihat membuat Apri merasa lucu.

Akhirnya Apri memberikan handuk kecilnya kepada Kevin agar Kevin sendiri yang mengobati luka.

Apri diam dan sesekali memperhatikan Kevin yang meringis kesakitan setiap menyentuh luka, seandainya ada Yulfira sekarang Apri tidak akan bersikap secanggung dan sediam ini. Tunggu? Maksudnya!

Entahlah, Apri tiba-tiba kehabisan kata dan memilih diam, diam dan diam hingga suasana yang tercipta seakan-akan begitu dingin.

"Sudah?" Apri mau tak mau buka suara manakala Kevin intens menatapnya

"Kenapa aku tidak sadar kamu dua orang yang sama" Kevin bisa bersuara akhirnya

Mata Apri melebar, dia langsung memutuskan kontak mata dengan Kevin. Kevin menyebut dua orang yang sama?

"Yang di kantorku orang yang sama dengan yang di kampus kan?" Kevin menajamkan matanya sementara Apri berusaha menghindar terus

"Aku enggak mengerti apa yang kamu bicarakan"

Kevin tertawa kecil,
"Kalau aku buktikan disini ucapanku" tawar Kevin

Apri Refleks berdiri dan menjauh ketika melihat pergerakan tangan Kevin yang mengarah ke kepalanya

"Kenapa menghindar?" Kevin tersenyum kemenangan melihat gerik kegelisahan Apri

Apri membisu, otaknya seakan kehabisan kata untuk menjawab kevin.
"Cuma mau berdiri" jawabnya singkat

"Setidaknya kamu harus bertanggung jawab atas kejadian ini" Kevin seakan lancar bicara ketika dia bisa menindas orang

Apri memicingkan matanya tajam tearah kepada Kevin, namun justru tatapan itu semakin membuat Kevin kemenangan

Kevin Sanjaya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang