duapuluh sembilan

597 54 17
                                    

Apri menghindar, menghidari kontak mata dengan Kevin setelah kejadian kemaren.
Bagaimanapun juga dia sudah ketahuan mengkonsumsi obat penenang, Kevin mungkin saat ini diam tapi tidak selanjutnya.
Apri paham, jangan lupakan otak licik Kevin, sikap sombong, angkuh dan mati rasanya itu yang sewaktu-waktu bisa bangkit lagi.

"Apri"

Apri menoleh, dia menghentikan langkahnya manakala Bisma memanggil

"Iya Om" Apri tergugu ditempat, merasa canggung berhadapan dengan seorang Bisma kini setelah tahu masalalu Papa Kevin tidak jauh berbeda dengan Ayahnya

"Mama kamu didepan"

Apri melotot kaget, apa pendengarannya bermasalah?
Mama ada disini? Berkali-kali Apri berfikir.

Apri melangkah mundur lalu berbalik, dia berlari kearah depan. Jika memang benar itu mamanya, Apri ingin segera menemuinya.

Langkah apri Melambat sampai akhirnya benar-benar terhenti, dia menatap dalam kearah wanita yang duduk disopa. Benar itu mamanya datang bersama Fajar dan yang lain.

"Mama"  Apri serak, ucapannya tercekat ditenggorokan

"Sayang" Apri merasakan kembali pelukan hangat yang dirindukannya,

Cengeng, Apri tiba-tiba menangis tersedu. Bagaimana caranya mama datang kesini tanpa sepengetahuan Ayah?! Tidak mungkin, ah tapi apri sedang tidak ingin memikirkannya. Dia hanya ingin melepas rindunya.

Apri tiba-tiba teringat semua ucapan Kevin mengenai mamanya yang meninggal bunuh diri karena menjadi korban perselingkuhan suami sendiri.
Apri langsung bergidik ngeri, dia menggeleng membuang jauh-jauh fikirannya yang sempat terlintas mama akan mengalami nasib yang sama.

"Apri kenapa sayang" Mama mengangkup wajah Apri dengan kedua telapak tangan, menatap cemas dan khawatir putrinya

Apri menggeleng, dia bungkam atas fikiran-fikiran buruk yang membelenggunya.

"Sekarang kamu ikut mama ya" Pintanya

"Nggak mau ma" Apri langsung menolak, jika tujuan mereka adalah kembali kerumah

"Ini rumah orang Pri, mama siapkan apartemen buat kamu. Enggak ada yang tahu mama pastikan" mama meyakinkannya

Apri terdiam, apa Mama bisa dia percayai lalu bagaimana dengan Kevin?
Apri menggigit bibir bawahnya, dia merinding. Belum berucap ingin pergi saja apri sudah merinding apalagi nanti dia benar-benar pergi, reaksi Kevin pasti marah besar.

"Sekarang ayo pamit sama pak Bisma"

Apri tergugu, dia jadi kebingungan dengan situasi. Secepat ini, kenapa mesti sekarang

"Ayo Pri, nanti ketahuan Ayah kalau mama lama keluar"

Apri masih membeku, dia diam tak bereaksi sedikitpun

"Pak Bisma" papa Kevin yang kembali muncul langsung di hampiri mama Apri

"Minun dulu bu" ucap Bisma menawarkan, Bisma datang bersama mbok Dedeh yang membawakan minuman

"Tidak usah pak Bisma, terimakasih banyak. Kami ada urusan yang mendesak" Mama memelas seolah minta dimengerti

"Setidaknya minum dulu baru pergi" ujar Bisma

Mama Apri kembali menggeleng, tetap menolak. Dia menghampiri Apri kembali
"Terimakasih pak Bisma sudah menjaga Apri, kami buru-buru. maaf, jika kedatangan kami mengganggu waktu Istirahat anda"

"Mama, Ma" Apri terperanjat, tiba-tiba dibawa Mama pergi dari rumah Kevin

"Bu Alisa" Bisma berniat mengejar namun Reza dan Giovani malah menghalangi langkahnya

Kevin Sanjaya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang