tigapuluh dua

394 40 3
                                    

Ruang gerak Kevin hilang, dia terkurung dirumah karena banyaknya wartawan berjaga diluar tapi Bisma tidak menolak dengan kedatangan keluarga Apri, selagi ini rumahnya, siapun yabg datang pintu terbuka lebar meski putranya menentang kedatangan abraham

"Vin keluar, temui keluarganya" Bisma mencoba bernegosiasi

"Enggak mau Pa, Apri sja tidak mau Bertemu" tolak kevin mentah-mentah, pintu kamarnya terkunci rapar

"Vin kita bisa selesaikan masalahnya baik-baik, buka pintu. Jangam buat papa bertindak Vin, kami akan tahu akibatnya" Bisma mencoba mengancam

"Kevin enggak peduli" sahutnya

Setelah itu Hening, Kevin tidak mendengar lagi suara papanya. Mungkin papanya sudah kesal!
Kevin menghampiri Apri yang duduk di bibir ranjang, tatapan gadis itu kosong dan wajahnya semakin memucat

"APRI"

Kevin sontak menatap kearah pintu lalu kearah Apri.
"Vin, kamu jangan jadi laki-laki pengecut mengurung diri di kamar. Buka pintunya, saya mau bicara"

Kevin kembali kedekat pintu,
"Saya tidak pengecut" Kevin tersulit sebab yang bicara diluar adalah Rian

"Buka, saya akan bicara baik-baik denban kamu dan tidak akan mengganggu Apri sedikitpun, kita bisa bicara diluar jika perlu" negosiasi Rian

Kevin langsung membuka layar di dekat pintu, ingib melihat rekaman kamera diluar kamarnya ada siapa saja. Dia tidak akan membukanya jika ada banyak orang yang menunggu diluar.

Beberapa menit Kevin membutuhkan waktu untuk berfikir, dia memutuskan untuk membukakakn pintu tapi tetap tak memberi akses siapun melihay kedalam kamarnya

"Kamu gila apa" Kevin reflek termundur ketika Rian mendorong pintu kamarnya hingga terbuka lebar, bullshit! Rian membohonginya

"Dia sakit dan kamu kurung disini, kamu ingin membuatnya menderita lalu membawanya kedalam kematian tragis" Rian membabi-buta marah, dia menghampiri Apri yang terbaring lemah ditempat tidur.
"Dasar laki-laki bodoh, mencintai bukan begini caranya" maki Rian terus, dia tidak peduli dengan reaksi kemarahan Kevin

"Jangan halangi saya, kamu mencintainya kan? Lepaskan dia untuk sebentar, dia perlu ditangani. Kamu tidak lihat dia pucat pasi" Apri sudah pindah kedalam gendongan Rian, dan didepan Kevin mencoba menghalangi langkahnya

"Apri tidak mau bertemu keluarganya"

"Tidak mau, tentu saja. Karena semua berawal dari sana rasa sakit yang apri rasakan tapi kamu harus tau dan sadar diri, dari keluarganya juga rasa sakit apri akan berakhir. Kamu tidak berhak menghalangi keluarganya untuk bertemu membicarakan hal baik" Rian melangkah pasti membawa Apri

"Tidak Rian" cegat Kevin berat melepaskan apri meski dirinya mulai setuju dengan Rian

"Setidaknya lepaskan dia untuk sembuh, setelah itu terserah. Jika kalian saling mencintai maka silahkan menikah, aku melepas dia jika yang dia cintai kamu dan bukannya Aku" ujar Rian

Kevin lagi-lagi membutuhkan waktu untuk berfikir tapi Rian paling tidak suka menunggu sebuah keputusan. Dia lantas membawa Apri pergi dari sana.

"Wahyu, siapakan mobil" Rian meneriaki anak buahnya, Apri sudah semakin lemah dan Kevin malah membiarkan ini. Rasanya ingin rian membogen Kevin saat ini memberia pelajaran buat laki-laki tidak peka itu

Semua yang berkumpul diruang tamu terfokus pada Rian, lebih-lebih Mama Apri. Beliau langsung berlari menghampiri putrinya, derai air mata deras mengalir melihat putri kesayangan kehilangan senyum ceria

"Ayo tante" Rian mengajak mama Apri bersamanya, satu langkah awal dia harus memperbaiki hubungan ibu dan anak itu

Semua kini mengikuti Rian pergi, iring-iringanan mobil berjejer bergantian mengeluari pagar rumah mewah Bisma, tak ketinggalan juga para awak media yang berjaga ditempat itu mengikuti perginya mobil Rian.

Kevin Sanjaya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang