Apa yang akan kau lakukan ketika tidak ada lagi yang bisa dilakukan? Tentu saja kau akan melarikan diri. Ketika kau terjebak di dalam sebuah ruangan tertutup bersama singa yang lapar, tentu saja kau ingin melarikan diri. Kau ingin dengan segera pergi dari tempat itu. Merangkak pun tidak masalah. Selama kau tidak berada disana, apa pun rasanya tidak akan menjadi masalah. Tetapi tidak ada jalan keluar. Dindingnya setebal baja. Tidak ada ventilasi. Kau dapat merasakan udara di dalam ruangan menyusut. Dadamu terasa sesak. Secepat apapun kau bernafas tubuhmu tetap saja kekurangan oksigen. Singa itu lapar. Sangat lapar. Mungkin dia sudah tidak mendapatkan daging selama lima sampai tujuh hari. Tubuhnya tampak perkasa, meski tidak mendapatkan nutrisi. Air liurnya menetes besar-besar, jatuh ke permukaan lantai yang mengkilap. Dia tidak berlari ke arahmu, dia berjalan dengan langkah pasti. Mendekat secara perlahan, tetapi tidak terburu-buru. Ini buruannya yang pertama setelah sekian lama, mungkin dia ingin menikmati saat-saat ini selama yang dia bisa.
Singa itu selalu berada di sana. Bersamamu dalam ruangan tertutup itu. Tetapi pada awalnya ruangan itu tampak begitu luas. Begitu banyak tempat dan udara. Kau merasakan kesegaran tiap kali kau menarik nafas. Tempatnya juga tidak membosankan seperti sekarang. Banyak hal yang ada disana. Begitu banyak warna. Mulai dari hal terkecil hingga hal terbesar. Begitu luas dan begitu indah. Saat itu, di kejauhan, Singa itu ada disana. Kau mungkin tidak bisa melihatnya, tetapi dia ada disana. Berjalan dengan langkah pasti dengan mulut berliur. Dia selalu ada disana.
Tetapi ruangan itu perlahan kehilangan estetikanya. Tiap-tiap detik menggugurkan kualitasnya. Membuat sehelai demi sehelai daun pepohonan yang ada disana menguning dan jatuh. Langit-langitnya yang tampak biru dan berawan perlahan berubah warna, menjadi kilat perak yang membosankan. Binatang-binatang bersahabat yang menemanimu kehilangan bulu dan akhirnya menjadi pupuk di tanah. Danau-danau raksasa tempat kau mandi serta sungai-sungai yang memberikanmu air minum pun mengering! Ketika hutan yang lebat itu berubah menjadi padang gersang, kilat cahaya merah dari biji mata predator buas itupun mulai terlihat. Kau sudah tahu itu meski dia berada jauh darimu. Ketangkasannya membuat tubuhmu tidak nyaman. Tubuhmu sudah mengetahuinya sejak lama. Dia selalu mengirimkan sinyal itu, tanda-tanda bahaya. Bahwasannya kau harus lari. Tetapi sebelumnya tanda-tanda itu tertutupi, dengan keindahan ruang yang kini musnah.
Keindahan ruangan itu tidak mungkin musnah. Kau tahu itu. Kau hanya perlu bekerja lebih keras untuk membuatnya cantik seperti dulu. Maka kau memunguti sisa-sisa buah-buahan yang ada, memberikan mereka pupuk dan air agar tumbuh. Kau merawat binatang-binatang sahabatmu yang tersisa dengan lebih baik. Memberikan mereka susu dan makanan agar tubuh mereka lebih kuat. Kau menarik awan, kemudian menyemangati mereka agar menurunkan hujan. Maka danau yang kering kini terisi kembali. Ikan-ikan mendapatkan tempat tinggal mereka lagi. Langit yang membosankan kembali mendapatkan warna birunya dan tanah yang dingin kini kembali mendapatkan cahaya matahari. Semua kembali seperti sedia kala.
Tetapi ruangan itu tetap menyempit dan singa itu tetap melangkah.
Kematian hewan dan tumbuhan menjadi lebih cepat setiap kali kau menghidupkan mereka kembali. Danau-danau dan sungai-sungai mengering dengan lebih cepat. Cahaya matahari kehilangan tenaga dengan lebih cepat. Langit pun tidak lagi biru, melainkan sebuah warna lain yang lebih membosankan.
Ruangan itu semakin menyempit dan singa itu semakin dekat.
Kau dapat merasakan dinding dindingnya yang dingin pada punggungmu. Tidak ada lagi jalan keluar. Kau hanya beberapa langkah jauhnya dari singa itu. Tidak ada lagi teman-temanmu, tidak ada lagi pohon-pohon yang menyejukkanmu, tidak ada lagi cahaya matahari yang menghangatkanmu, tidak ada lagi sungai dan danau. Seluruh penjuru merupakan kotak kosong berwarna metalik, permukaannya dingin dan mengkilap. Udara juga semakin menipis. Kau dapat merasakan paru-parumu menyerah. Tidak ada guna baginya untuk bekerja ketika tidak ada lagi udara untuk dihirup.
Saat itulah kau menyadari, masih ada cara untuk melarikan diri. Ruangan ini tertutup. Benar-benar rapat. Dan semakin menyempit. Tinggal menunggu waktu sampai kau dilahap oleh si singa besar.
Karena itulah kau berlari. Dengan sekuat tenaga meninggalkan tempat yang serba kosong ini. Tidak ada makna yang bisa ditemukan disini. Ruangannya semakin menyempit. Waktu perlahan mengikis tubuhmu hingga hancur. Kau tidak lagi memiliki daging, hanya tulang-belulang yang membuat bentuknya masih sama. Waktu dengan kejam mengambil sebagian demi bagian dari tubuhmu, meninggalkan mu dengan rupa yang menyedihkan, dengan wajah yang tidak bisa dibedakan dengan tengkorak. Kaki-kakimu berlari dengan cepat. Dunia akan menyempit dan pada akhirnya kau akan benar-benar hancur. Kau tidak ingin menunggu hal itu terjadi. Maka kau melarikan diri. Kau melompat kedalam mulut si singa, berharap menemukan sesuatu yang berbeda di dalam sana.
Sesuatu yang tidak membuatmu merasakan penderitaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Apocalypse - A Compilation of Short Stories
Short StoryThe Apocalypse merupakan kumpulan cerita pendek tentang mereka yang tengah mengalami "akhir".