Pria itu menggigiti tangannya sendiri. Darah mulai mengalir turun, menetes ke lantai melalui sikunya. Tatapannya terpaku pada monitor. Wajahnya tampak tertarik kebelakang, seakan kulitnya ditarik dan dijahit dibalik kepalanya. Gigi giginya yang kuning dan berantakan mulai bernodakan darahnya sendiri. Tangannya yang satu lagi menggorek permukaan meja dengan kuku-kukunya. Tubuhnya bergetar hebat, bergerak seperti diguncang oleh seorang pria raksasa.
"Berhasil, apakah aku berhasil?"
Ruangan itu berpendar biru. Lampu dilangit-langit tidak dinyalakan, namum cahaya dari puluhan peralatan elektronik yang menyala bersamaan menciptakan keadaan remang-remang. Bunyi mesin elektronik berdengung. Campuran antara suara putih yang statis, lantunan suara BIPP! yang menyala periodik seperti kode morse, dan kipas angin yang berputar kencang untuk mendinginkan dan membuang panas dari dalam alat-alat elektronik. Di tengah-tengah ruangan terdapat sebuah tabung raksasa. Ukurannya kira-kira sama seperti manusia dewasa lebih sedikit. Dari tabung tersebut keluar pipa-pipa, menjalar ke setiap sudut ruangan. Tabung itu berisi cairan kekuningan dan beberapa bongkahan daging raksasa.
Pria itu menyadari luka di tangannya dan bergegas menuju wastafel. Setelah mencuci tangannya yang berlumuran darah ia menatap lukanya sejenak, kemudian menatap wajahnya sendiri pada cermin. Rambutnya tipis dan panjang-panjang. Otot-otot dagunya telah melemah, menciptakan kondisi wajah dimana mulutnya selalu terbuka sedikit. Bibirnya kering. Alisnya dicukur habis, namun janggutnya mengumpul membentuk segitiga di bawah dagunya. Hidungnya kurus dan tajam. Bola matanya tampak seakan masuk terlalu jauh kedalam tengkorak kepalanya. Tubuhnya membungkuk mundur, mencuri dua sampai tiga inchi dari tingginya ketika masih muda. Ia mengambil pisau kemudian mencukur bersih janggutnya, menyisakan wajah yang tampak seperti tengkorak. Ia mengetuk pipi dengan pergelangan tangannya beberapa kali, mencoba mengusir rasa kantuk, kemudian membuka mulutnya sedikit untuk melihat apakah ada sisa makanan yang menyangkut, dan memutuskan untuk membuat secangkir kopi.
Ketika kembali ke ruangan utama, ia menatap kalender. Sudah tiga puluh tahun sejak ia pertama kali memulai penelitiannya, dan sudah empat puluh tahun sejak ia mendambakan kehidupan abadi.
Mengapa ia mendambakan kehidupan abadi? Jawabannya sederhana. Ia tidak ingin mati. Namun ia tidak ingin membagikan kenikmatan itu kepada siapapun. Seluruh hidupnya ia habiskan demi pencapaian itu, demi menjadi satu-satunya manusia yang dapat hidup selamanya.
Seumur hidupnya ia telah menyaksikan begitu banyak kematian. Mulai dari kematian ayahnya akibat kanker ketika ia berumur tujuh tahun. Ibunya menyusul tiga tahun setelahnya akibat kelelahan bekerja. Pada umur sepuluh tahun ia dipindahkan ke panti asuhan yang bersatu dengan sebuah panti jompo.
Disana, ia sering mengunjungi salah satu lansia yang ia panggil sebagai nyonya Isabella. Nyonya Isabella sangat senang untuk menceritakan kisah hidupnya, dan wanita itu memiliki kisah hidup yang cukup menarik. Masa mudanya dihabiskan di laut. Dia adalah satu satunya kru kapal wanita dari tim bajak laut modern. Mereka biasanya berdiam di tengah lautan luas, dan ketika kapal yang membawa barang berharga lewat, baik itu minyak, ikan, atau import dari negara tetangga, mereka akan menyerbu kapal tersebut kemudian merampas apapun yang ada didalamnya untuk dijual kembali.
Mereka tinggal di sebuah pulau yang tidak terdapat di peta. Nyonya Isabella sendiri sampai ke pulau tersebut setelah terapung di lautan selama tujuh hari penuh demi melarikan diri dari negara otoriter yang menjadi tempat asalnya. Nyonya Isabella bijaksana, gesit, dan berjiwa kepemimpinan. Tiga tahun setelah dia bergabung, Kapten mereka pensiun dan Nyonya Isabella ditunjuk sebagai kapten selanjutnya. Tidak ada satupun dari awak kapal tersebut yang menolak.
Ketika sedang asik mendengarkan kisah nona Isabella, ia bertanya "Apakah kau ingin kembali muda, Nyonya Isabella?" Nyonya Isabella tertegun, melihat kedua tangannya yang berkerut, kemudian membalas "Tentu saja, aku ingin muda kembali. Dan kalau bisa, aku tidak ingin mati."
Seminggu setelahnya ia mendapat kabar bahwa Nyonya Isabella meninggal oleh serangan jantung mendadak.
Ketika dewasa, ia menikah dengan seorang wanita asia dan mereka dianugrahi tiga orang anak pada umur 22 tahun. Seluruh keluarganya dibantai oleh perampok yang masuk ke rumah mereka, yang ironisnya tidak mengambil barang berharga apapun, hanya meninggalkan barang-barang yang berserakan dan bersimbah darah.
Ia tidak pernah bersedih ketika menyaksikan kematian. Malahan, ia menyukainya. Ia telah membentuk apresiasi, sebuah kesakralan penuh terhadap kehidupan manusia sejak kematian ibunya. Ketika ia menyaksikan kematian pertamanya, jantungnya bergedup kencang, dan meledak tepat ketika mesin EKG menampilkan garis lurus, seakan ia dapat merasakan jiwa ibunya yang meninggalkan tubuh fisiknya.
Karena itulah ia mendambakan keabadian. Ia percaya terhadap kesakralan hidup manusia dan ia memuja setinggi-tingginya keinginan dan hak manusia untuk tetap hidup. Ia juga menyukai kematian alami, yang telah ditentukan oleh takdir. Baik itu karena penyakit, usia tua, ataupun kecelakaan. Karena itulah ia ingin abadi, karena itulah ia tidak ingin membagikan keabadian kepada manusia lain, karen ia ingin menyaksikan kematian sebanyak yang ia bisa.
Ia melepaskan pakaiannya yang mengaktifkan mesin. Cairan kuning yang mengisi tabung perlahan terkuras. Ketika tabung sudah kosong, ia mengangkat keluar bongkahan daging yang kini tampak segar, kemudian ia mengisi kembali tabung dengan cairan kuning yang baru. Ketika tabung masih mengisi, ia menginjakkan kaki kedalam, kemudian menutup tabung yang terbuat dari kaca setebal 5 inchi. Semburan cairan kuning membanjiri kakinya. Saat ini ia berada dalam keadaan ekstasi penuh, namun anehnya tubuhnya sangat tenang. Wajahnya yang tampak seperti tengkorak berasa segar. Tatapannya jernih. Otot-ototnya berelaksasi. Perhatiannya terfokus pada arus cairan yang terus mengisi tabung, mulai dari pangkal kaki, ke pinggang, bahu, kemudian merendam seluruh tubuhnya. Ketika tabung terisi penuh, mesin tersebut mengaung. Tabung bergetar hebat. Cahaya biru bersinar terang, membuat ruangan yang remang-remang menjadi tampak jelas. Ia dapat merasakan beban yang menghilang dari tubuhnya. Di dalam hatinya, ia berteriak keras-keras.
Inilah pencapaian tertinggi. Inilah pelepasan yang suci. Inilah Keabadian!
Setelah bermimpi selama empat puluh tahun, malam ini ia telah berhasil untuk mencapai keabadian.
![](https://img.wattpad.com/cover/153471624-288-k260004.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Apocalypse - A Compilation of Short Stories
Short StoryThe Apocalypse merupakan kumpulan cerita pendek tentang mereka yang tengah mengalami "akhir".