Part 6

19.2K 718 5
                                    

Happy Reading.....


Martha merasa aneh ketika Dima tidak pulang ke rumah. Apa Dima marah padanya? Semenjak kejadian itu Dima memang tak pernah pulang lagi.

Harusnya Martha lega, namun Martha merasa khawatir Dima melakukan hal yang tidak-tidak di luaran sana. Harusnya Martha yakin di usia Dima yang masih begitu muda, dia bisa menjaga dirinya dengan baik.

"Kau melamun Martha!" ucap Kiara sambil menyendokkan sup krim ke mulutnya.

"Kiara..." ucap Martha terkejut.

"Kau memikirkan apa?"

"Maaf...."

"Maaf kenapa?"

"Saya mencemaskan Tuan Muda. ucap Martha jujur.

"Dima memang sudah beberapa hari ini tak kesini. Ah, biar aku telepon Dima!" ucap Kiara dan Martha merasa senang.

"Dima, kau dimana?"

"...."

"Kenapa tak ke sini?"

"....."

"Syukurlah kalau kau sehat."

"Ya, tentu saja aku dan seseorang merindukanmu Dima!" ucap Kiara sambil menatap Martha membuat wanita itu menunduk malu.

"...."

"Tengoklah kakakmu yang sedang hamil besar ini, jangan lupa bawa ayam goreng mozarela. Bye adikku sayang!" ucap Kiara lalu menyimpan ponselnya di nakas.

"Dima baik-baik saja hanya dia sedang fokus bekerja dan menginap di kantor. Aku sudah suruh Dima kemari." ucap Kiara membuat Martha lega sekaligus terkejut.

Ya Tuhan semoga pemuda mesum itu tidak macam-macam lagi padanya!

*****

"Hai Kakak cantik yang ingin ayam goreng mozarela!" ucap Dima sambil membawa satu kantung putih berisi ayam goreng pesanan Kiara.

"Hmmmm... Wangi sekali Dima!" ucap Kiara senang sambil membuka kantung yang disodorkan Dima dengan perasaan senang. Berbeda dengan Martha yang enggan melihat Dima.

"Saya ambilkan piring.."

"Tidak usah Martha, aku makan langsung saja!" ucap Kiara.

"Baiklah, kalau begitu saya permisi." pamit Martha untuk menghindari Dima.

Dima menatap kesal dengan tingkah Martha yang menurutnya kekanak-kanakan.

"Kau tak mau mencicipi?" tawar Kiara dengan saus keju yang meleleh di bibirnya.

Dima tersenyum geli lalu melap keju di bibir Kiara dengan jempolnya lalu menjilat keju yang berada di jempolnya.

"Hmm.... Ini saja sudah cukup Kak!" ucap Dima manis membuat wajah Kiara merona.

Dima adiknya yang seduktif dan kadang memiliki sisi yang janggal! Namun Kiara tak ambil pusing, toh Dima adiknya!

"Aku ambil minum dulu di dapur, haus." pamit Dima lalu mengecup kening Kiara dan berjalan menuju dapur.

*****

Martha menghela nafas lega, untunglah dia bisa kabur dari sosok Dima. Martha menyiapkan makanan untuk makan malam.

Wanita itu membuka lemari es untuk mengeluarkan semua bahan yang di perlukan lalu dengan terampil. Martha kembali teringat pada Dima.

Pemuda itu tampak lebih kurusan dan sedikit kusam, apa Dima tak sempat merawat dirinya?

Sreet....

"Akh..." pekik Martha, jari telunjuknya teriris akibat melamun.

"Oh..." guman Martha menahan perih lalu menyalakan kran air dan mencucinya. Tiba-tiba tangan hangat dan lembut menyentuh tangan Martha dan Dima menempelkan jari Martha yang teriris lalu mengisap darah yang masih keluar dari luka sayat itu.

"Tuan Mudaa..."

"Memikirkanku huh?" goda Dima sambil tersenyum menggoda lalu kembali menghisap luka Martha.

"Jangan Tuan..." tolak Martha mencoba menarik tangannya namun cengkraman Dima begitu kuat.

"Diamlah!" bisik Dima dan Martha pun mengalah.

Dima meneteskan obat lalu memberi plester pada lukanya.

"Jangan banyak melamun Mrs Valdislav!" bisik Dima membuat wajah Martha merona.

Kenapa Dima selalu memanggilnya dengan nama Mrs Valdislav?

"Aku tidak melamun Tuan Muda." ucap Martha dan Dima tersenyum tipis.

"Apa kau merindukanku?"

"Apa?"

"Aku bisa melihat itu dari matamu Martha!"

"Aku hanya khawatir Tuan Muda."

"Khawatir?"

"Anda tampak kurusan dan pucat." ucap Martha membuat hati Dima menghangat, Martha begitu perhatian.

Memang benar, semenjak kejadian itu Dima malas makan dan lebih senang pergi ke club untuk mabuk-mabukan. Dima menyentuh wajah Martha.

"Aku janji takkan menghilang lagi, maka dari itu kau harus merawatku, Sayang."

"Hah?"

"Kenapa?"

"Tuan Muda jangan salah paha... Mmmph...."

Dima mencium Martha dengan penuh gairah.

Dima sudah terlanjur senang dengan perhatian Martha kepadanya dan dia ingin mencium Martha bahwa dia sangat mencintainya.

"Apa yang kalian berdua lakukan, Martha? Dima?" tanya Devon membuat wajah Martha memucat, Dima melepaskan pagutanya secara perlahan.

Oh Sial!!

Tbc

Defying Gravity (Kisah Cinta yang tak Biasa) TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang