Enam bulan berlalu. Pamor Seventeen semakin menanjak. Tiada hari tanpa bekerja. Kini job mereka tidak hanya seputar Korea Selatan. Mereka sudah melebarkan sayapnya ke Jepang dan China. Belum lagi rangkaian world tour menjelang akhir tahun. Tidak hanya jadwal manggung. Tawaran sebagai brand ambassador untuk banyak produk juga selalu datang. Panggilan untuk muncul di layar televisi dan radio makin membanjir. Selain jadwal bersama, kini masing-masing member memiliki kesibukan individual yang tidak bisa dihindari.
"Oh, ayolah. Jarang-jarang kan aku punya waktu luang seperti ini," rengek Wonwoo. "Tidak bisakah kau menemaniku makan sebentar?"
"Tidak bisa oppa," jawab Areum tegas. Ia memasang mode loud speaker pada ponselnya. Kedua tangannya sedang sibuk merapikan rambut. "Aku ada jadwal talk show mengenai novel terbaruku sore ini."
"Ugh, penulis Yoon kini sudah makin terkenal ya," ucap Wonwoo sambil berdecak kesal di seberang telepon. "Dimana talk show-nya diadakan?"
"Di mall K," jawab Areum ringan. Ia kemudian tersadar sedetik berikutnya. "Ya, Jeon Wonwoo! Jangan melakukan hal gila dengan datang ke acaraku sore nanti!"
"Terserah aku," ngeyel Wonwoo. "Kalau kau tidak mau aku membuat kehebohan dengan datang ke acaramu, makan malamlah bersamaku sebentar saja. Memang kau tidak merindukan oppa-mu ini?"
Areum mendengus geli. "Kau berkata seperti kekasihku saja."
Deg! Perkataan Areum sungguh menohok hati Wonwoo. Membawa bayang-bayang manis pria itu kembali terjun ke dasar jurang paling dalam. Bagaimana bisa ia melupakan fakta bahwa gadis yang masih disukainya hampir satu tahun ini adalah kekasih orang lain?
"Mungkin hanya sebentar saja. Aku tidak bisa berlama-lama karena harus menjemput Hyunbin oppa di bandara. Pesawatnya akan tiba tengah malam," ucapan Areum di seberang menarik kesadaran Wonwoo yang sempat hilang.
"Eoh?" Wonwoo tersadar. "Hm, baiklah. Begitu juga tidak masalah. Jam delapan malam bagaimana?"
"Ya, jam delapan di apartemenku saja," jawab Areum cepat. "Oppa belikan makanan dari luar ya?"
"Kau tidak memasak?" bujuk Wonwoo. Jujur saja, lidahnya merindukan masakan Korea setelah seminggu lebih ia menghabiskan waktu di negeri Sakura. Terutama masakan yang dibuat oleh Areum.
"Tidak ada waktu, Oppa," sangkal Areum. "Jam delapan di apartemenku. Aku mau japchae. Sampai ketemu nanti malam!"
Wonwoo menjauhkan ponselnya dari telinga. Ia memandangi layar ponselnya yang sudah menggelap. Bahkan gadis itu memutuskan teleponnya secara sepihak tanpa perlu mendengar balasan sapaan darinya. Yah, sepertinya Areum juga sadar bahwa sedari tadi Wonwoo selalu mengalihkan topik pembicaraan agar gadis itu tidak buru-buru pergi dan menghentikan sambungan telepon mereka.
---
Wonwoo memasukkan kedua tangannya ke saku jaket. Ia bermain-main dengan asap putih yang keluar dari mulutnya dalam cuaca dingin seperti sekarang. Wonwoo makin merapatkan jaketnya ketika angin malam berhembus menerpa dirinya. Bbrrr, dingin. Mau sampai kapan dirinya menunggu Areum seperti ini? Telepon pun tidak ada yang diangkat olehnya.
"Oppa!" Wonwoo menoleh ke kiri. Ia menemukan Areum yang sedang berlari kecil menghampirinya. "Sudah lama menunggu?"
Wonwoo mengangguk. "Cepat buka pintunya. Aku membeku."
Tanpa banyak bicara, Areum memasukkan password pada panel pintu apartemennya. Gadis itu masuk terlebih dahulu, disusul kemudian oleh Wonwoo.
"Sudah lama menunggu, Oppa? Maaf, aku tidak bisa langsung pergi begitu acara selesai," ucap Areum penuh penyesalan. Ia menyorongkan mug berisi air hangat ke arah Wonwoo yang sudah duduk di salah satu kursi meja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[SVT FF Series] Parting is Such Sweet Sorrow
Romance[COMPLETE][SVT FF Series] --- Hal paling mustahil bagi Jeon Wonwoo adalah jatuh cinta pada pandangan pertama. Ia adalah pria penyuka literatur yang selalu berpikir dengan logika. Dibalik wajah dinginnya, Wonwoo memiliki hati yang hangat dan lembut...