Areum memandangi bayangan dirinya di cermin dengan tatapan terpana. Sentuhan make up hasil karya Jaerim benar-benar memukau dirinya. Padahal jika dilihat dari luar, adik perempuan Jeonghan itu tidak suka berdandan. Siapa sangka kemampuannya sangat diatas rata-rata.
"Bagaimana, eonnie puas kan?" tanya Jaerim dengan suara penuh rasa bangga.
Areum balik menatap kedua mata Jaerim. "Kau bisa diandalkan Yoon Jaerim," puji gadis itu sembari mengangkat kedua ibu jari tangannya.
"Tentu saja. Aku tidak bisa membiarkan seorang penulis terkenal sepertimu melaksanakan wisuda tanpa riasan sedikit pun," ucap Jaerim sambil terkekeh kecil. "Hitung-hitung sebagai latihan karena selama ini Eonni hanya memakai lipbalm dan bedak seadanya saja. Yah itu pun jarang-jarang."
"Ei, aku memang tidak membutuhkannya," ucap Areum. Gadis itu berdiri dan membenahi pakaiannya. "Bagaimana? Penampilanku sudah cukup rapi kan?"
Jaerim tersenyum lebar. "Gorgeous!"
Areum tertawa mendengar nada bicara Jaerim yang terdengar aneh. Gadis itu mengambil topi toganya dari atas meja. Sebelah tangannya menggandeng tangan Jaerim dan menariknya menuju pintu.
"Kita harus bergegas. Sebelum para pria mengamuk karena kita terlalu banyak memakan waktu," seru Areum.
---
Jeonghan mengendarai mobil sembari bersenandung senang. Khusus untuk hari ini, ia dapat meluangkan waktunya demi menghadiri acara wisuda Areum. Walaupun harus menggunakan penyamaran lengkap, Jeonghan tetap kukuh pada pendiriannya. Karena pamor Seventeen sedang berada di puncak, bukan tidak mungkin jika nanti akan ada orang yang mengenalinya sebagai idol.
Di dalam mobil, selain Jeonghan dan Areum, bintang acara hari itu, ada juga kedua orang tua Areum dan Jaerim. Sedangkan Hyunbin akan menyusul langsung ke tempat acara. Sedang ada urusan katanya.
Jeonghan memarkirkan mobilnya. Ia cukup terkejut ketika mendapati banyak paparazzi berkumpul di depan aula tempat acara wisuda akan berlangsung. Begitu Areum turun dari mobil, blitz kamera langsung menyoroti gadis itu. Pada awalnya Areum terkejut. Namun gadis itu dapat cepat menguasai suasana. Ia tersenyum lebar sembari melambaikan tangannya pelan ke arah kamera. Sudah seperti artis yang handal.
"Kalian semua turun saja dulu. Aku mau sembunyi disini," ucap Jeonghan sembari memakai hoodie jaket hingga menutupi sebagian besar wajahnya.
"Mereka kan mengincar Areum Eonni. Bukan oppa," cibir Jaerim.
Jeonghan menjulurkan lidahnya keluar ke arah Jaerim. "Hanya Areum saja sudah seperti itu. Apalagi jika mereka tahu bahwa ada aku disini. Pihak kampus akan membatalkan acara wisudanya."
Jaerim memutar kedua bola matanya jengah. Kakak satu-satunya itu memang berlebihan. Namun kali ini Jaerim menurut. Ucapan Jeonghan ada benarnya juga.
Jeonghan mengintip dari balik kaca mobil. Empat penumpangnya sudah berjalan ke arah aula tanpa kesusahan. Orang-orang yang antusias dengan Areum pun bergerak perlahan mengikuti arah jalan gadis itu. Seketika area mobil menjadi sangat kosong. Jeonghan dapat menarik napas lega.
Tring! Satu buah notifikasi masuk dari ponsel Jeonghan. Ada sebuah pesan masuk. Jeonghan mengerutkan keningnya membaca id pengirim. Ibu jari tangan kanannya bergerak cepat membuka pesan itu.
"Hyung, aku ada di kampus Areum. Kau tahu aula mana yang dipakai untuk wisuda?"
Jeonghan menepuk dahinya. Ia tidak menyangka bahwa Wonwoo akan berada di sini. Seketika Jeonghan teringat dengan Hyunbin. Bisa-bisa terjadi peperangan kalau dua orang itu bertemu.
"Yoon Jeonghan, bantu aku membuat kejutan untuk Areum. Aku tunggu di gedung kampus utama."
Jeonghan mengerang kecil. Ia mengacak-acak rambutnya yang sudah tertata rapi. Apa yang harus ia lakukan sekarang?
---
Setelah upacara wisuda selesai, Areum mendapat pesan singkat dari kekasihnya yang memintanya untuk bertemu di gedung kampus utama. Tanpa curiga, gadis itu menurut. Sedari pagi dirinya juga belum bertemu dengan Hyunbin, ia bahkan berpikir jangan-jangan cowok itu tidak akan hadir di hari bahagianya karena pekerjaannya yang menumpuk.
Gadis itu sama sekali tidak menyangka bahwa Hyunbin telah mendekorasi ruang kelas dimana pertama kali keduanya bertemu dengan desain minimalis yang cantik. Tidak terlalu banyak orang disana, hanya teman-teman terdekat Areum, Jeonghan, dan Hyunbin sendiri. Hyunbin benar-benar mengerti bahwa Areum masih saja pemalu walaupun ketenarannya saat ini sudah seperti idol.
Mulut Areum menggumamkan kata "wow" tanpa suara ketika matanya mendapati sebuket besar bunga mawar merah di atas meja. Ketika ia mencari sosok Hyunbin untuk mengucapkan kata terima kasih, cowok itu sudah berlutut dengan satu kakinya tertekuk. Hyunbin menyodorkan sebuah cincin manis ke arah Areum.
"Will you marry me?"
Kalimat itu keluar dengan lugas dari kedua bibir Hyunbin. Walaupun begitu, Areum yakin butuh keberanian besar untuk mengucapkannya.
Otak cerdas Areum seketika tidak bisa berpikir. Hatinya berdegup kencang. Bohong jika dirinya tidak menyukai kejutan cantik nan manis seperti ini. Namun secuil hatinya mengatakan bahwa suatu perbuatan yang salah untuk menerima tawaran serius Hyunbin tanpa pertimbangan besar.
"Yoon Areum?"
"Eoh," kesadaran Areum tertarik ke alam nyata mendengar panggilan Hyunbin. Cowok itu mengunci tatapannya pada kedua manik mata Areum, memandanginya dengan perasaan harap-harap cemas.
"Ehm, oppa, berdirilah," ucap Areum berusaha menyembunyikan kegugupannya.
Hyunbin menurut. Namun tangannya tetap menyorongkan kotak cincin yang sedari tadi dipegangnya ke arah Areum. Gadis itu tampak gugup. Ia mengedarkan pandangannya ke sekitar.
Areum terhenyak. Jantungnya terasa berhenti berdetak untuk sepersekian detik. Kedua kelopak matanya melebar. Di antara kerumunan orang-orang, Areum mendapati wajah yang sudah lama tidak ia lihat, namun selalu memenuhi pikirannya.
Orang itu adalah Wonwoo. Areum bahkan tidak bisa memutuskan harus menyapanya atau tidak. Kedua orang itu saling bertatapan selama beberapa detik. Areum baru saja ingin membuka mulutnya ketika cowok itu memutuskan untuk berbalik badan dan meninggalkan ruangan.
"Bisa aku minta jawabanmu sekarang?"
Areum menoleh ke arah Hyunbin, lalu ke arah pintu. Sudah tidak ada Wonwoo disana. Hatinya berdegup kencang. Sedari kemarin sudah ada banyak waktu untuk memikirkan kegundahan hatinya. Saat ini ia harus bisa menentukan pilihan dalam hitungan detik. Semoga bukan pilihan yang akan disesalinya di kemudian hari.
"Maafkan aku oppa, bisakah kita bicarakan semua ini di rumah nanti saja?" tanya Areum. "Aku ada sedikit urusan. Maafkan aku."
Tanpa menunggu jawaban Hyunbin, Areum bergegas menuju pintu keluar. Kepalanya berputar mencari jejak-jejak yang tersisa dari kehadiran Wonwoo tadi. Beruntungnya Areum, ia sempat melihat sekelebat bayangan pria itu yang menghilang di belokan lorong lain. Areum mempercepat langkahnya. Ia sedikit mengutuki diri sendiri yang kini sedang memakai heels, bukan sneakers kebanggaannya.
Areum mengikuti arah lorong yang menuju lapangan kampus. Hingga pintu depan, ia tidak menemukan keberadaan orang yang dicarinya. Begitu banyak orang yang memenuhi halaman depan. Areum tidak mungkin menemukan Wonwoo.
Ekor mata Areum tanpa sengaja menangkap sebuah benda berwarna cerah di dekat pintu keluar. Ia bergegas menghampiri dan menariknya keluar dari tong sampah. Rangkaian bunga lily putih dengan ikatan pita berwarna merah muda. Areum menarik sebuah kartu ucapan yang terikat di tangkainya.
"Selamat atas kelulusanmu, Yoon Areum! Semoga kau sukses dan bahagia selalu. JWW."
Areum mendekap buket bunga itu di dadanya. Tubuhnya meluruh. Ia terduduk di batu pagar pembatas tak jauh dari sana. Air matanya menetes perlahan. Ia sudah tidak peduli bahwa wajahnya akan berantakan oleh make up yang luntur.
KAMU SEDANG MEMBACA
[SVT FF Series] Parting is Such Sweet Sorrow
Storie d'amore[COMPLETE][SVT FF Series] --- Hal paling mustahil bagi Jeon Wonwoo adalah jatuh cinta pada pandangan pertama. Ia adalah pria penyuka literatur yang selalu berpikir dengan logika. Dibalik wajah dinginnya, Wonwoo memiliki hati yang hangat dan lembut...