Confession

183 22 1
                                    

Areum menelungkupkan kepalanya di atas meja. Seekor anak kucing yang tadi diberinya makan berdiri dengan manja dan mengusap-usapkan tubuhnya ke kaki Areum. Namun hal itu tidak membuat Areum bergerak menjauh. Ia tetap bergeming. Terlalu banyak hal yang berada di kepalanya hingga ia tidak repot memikirkan apakah bulu-bulu kucing itu akan membuat asmanya kambuh.

Sudah setengah jam gadis itu tidak merubah posisinya. Bahkan ketika kenalannya, si pemilik kafe, menghampiri dan menanyakan keadaannya, Areum hanya membalas dengan tersenyum dan meminta agar dibiarkan sendiri.

Areum kembali memutar memori percakapannya tadi dengan Wonwoo. Perbincangan yang tidak pernah ia duga akan terjadi.

"Duduklah. Apa kau merasa tidak nyaman denganku?" suara berat Wonwoo menyadarkan Areum.

Gadis itu akhirnya mengalah. Ia kembali duduk di kursi seberang pria itu. Setelah kembali dari meminta agar dinyalakan musik, Areum memang lebih memilih untuk bermain dengan para kucing. Ia bahkan bisa menghalau rasa takutnya terhadap kucing agar tidak terjebak dalam keheningan yang mencekam bersama Wonwoo.

Areum tertawa kikuk. Ia membasuh kedua tangannya di wastafel terdekat dan membersihkan pakaiannya sebelum duduk kembali. Gadis itu menyesap minuman cokelatnya yang telah mendingin untuk mengurangi kegugupan.

"Tadi kau bertanya padaku, apakah ada hal yang ingin kusampaikan padamu," suara berat Wonwoo mampu membuat gadis itu mengangkat wajahnya. "Iya. Ada hal yang ingin kusampaikan padamu."

Areum menelan ludahnya dengan susah payah. Sepertinya ia salah telah mengucapkan pertanyaan itu pada Wonwoo. Entah mengapa firasatnya mengatakan ada hal yang tidak mengenakkan yang akan terjadi.

Gadis itu berusaha menutupi kegugupannya dengan senyuman. "Katakan saja, oppa."

Wonwoo membenahi posisi duduknya. Sebenarnya ia tidak kalah gugupnya dari Areum. Hanya saja, jika ia tidak mengatakan isi hatinya sekarang, ia tidak tahu kapan lagi akan melakukannya. Kesempatan bagus tidak datang dua kali.

"Aku... mencintaimu," ucap Wonwoo tiba-tiba.

Kedua bola mata Areum membelalak. Ia tak percaya dengan indra pendengarannya.

"Aku tahu, kau pasti terkejut dengan perkataanku yang tiba-tiba ini," lanjut Wonwoo ketika Areum tidak juga buka suara. Wonwoo menegakkan tubuhnya, terlihat keseriusan dalam tatapan matanya.

"Sejujurnya, aku orang yang sangat rasional dalam masalah perasaan seperti ini. Cinta pada pandangan pertama adalah hal paling mustahil bagiku. Tapi aku mengaku kalah. Pertama kali bertemu denganmu, aku langsung tertarik. Entah bagaimana ada sesuatu dalam senyummu yang membuatku susah lupa. Terlepas dari kenyataan bahwa kau adalah adik sepupu Jeonghan hyung, atau fakta bahwa kau takut menjalin hubungan lagi dengan pria, perasaan ingin melindungimu selalu ada dalam benakku."

Jantung Areum berdegup tak karuan mendengar kalimat panjang yang keluar dari mulut pria itu. Terlebih lagi ia menemukan ketulusan di dalamnya. Gadis itu hanya dapat mengedip-edipkan kedua matanya bingung harus menjawab apa.

"Aku harap kau tidak terbebani dengan perasaanku. Pada awalnya aku ragu untuk menyampaikan hal ini padamu, terlebih lagi karena aku tahu bahwa kau sedang menjalin hubungan dengan Hyunbin hyung. Aku hanya ingin membebaskan diriku dari memendam perasaan yang tidak mengenakkan ini. Maafkan keegoisanku."

Areum menghirup napas dengan rakus. Tanpa sadar dirinya menahan napas mendengar kelanjutan ucapan Wonwoo. Gadis itu menutupi mulutnya yang terbuka lebar dengan kedua tangan. Ada perasaan aneh yang baru ia sadari. Entah bagaimana ia merasa sedikit.... senang? Namun, sekelebat bayangan Hyunbin menghampiri pikirannya. Gadis itu jadi merasa bersalah.

[SVT FF Series] Parting is Such Sweet SorrowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang