Areum menggeliat pelan. Ia membuka kedua matanya dengan enggan. Hal yang pertama kali ia lihat adalah langit-langit apartemennya yang bersih. Ia memegangi belakang lehernya yang terasa pegal. Gadis itu duduk. Dahinya berkerut akibat berpikir keras. Mengapa ia tidur di sofa?
Gadis itu menyibak selimut tebal yang membungkus tubuhnya semalam. Dengan langkah gontai ia berjalan menuju dapur. Sudah menjadi kebiasaan baginya untuk minum air mineral sehabis bangun tidur. Ia mengambil gelas bersih dari rak piring dan mengisinya dengan air di dispenser. Dengan mata terpejam, Areum menghabiskan isi gelasnya dalam satu tarikan napas.
Areum meletakkan gelas kosongnya di atas meja. Matanya memicing ketika mendapati benda lain disana. Telah tersedia sandwich di atas piring. Secarik kertas terlihat menyembul dari bawah piring. Areum menariknya dan membaca tulisan cakar ayam di atas sana. Sepertinya sang penulis sedang sangat tergesa-gesa.
"Aku tidak bisa memasak. Jadi, kubuatkan roti isi telur sebisaku. Habiskan saja walaupun tidak enak. Semoga harimu menyenangkan! -JWW"
Tanpa sadar sudut-sudut bibir Areum terangkat. Ia meletakkan kertas itu kembali ke atas meja dan menarik piring mendekat ke arahnya. Dengan cermat Areum mengamati sarapan yang dibuat Wonwoo. Yah, penampilannya tidak terlalu buruk kok.
Ponsel Areum berbunyi. Dengan tergesa-gesa, gadis itu berlari kembali ke ruang tengah mencari sumber suara. Ia menemukannya dengan mudah. Dengan satu usapan cepat, Areum menjawab sambungan telepon. Ia menempelkan ponselnya di sebelah telinga sembari kembali berjalan ke arah dapur.
"Halo," sapa Areum pada sang penelepon. Ia menarik kursi di depan meja dan duduk di atasnya. Entah mengapa menu sarapan yang dibuat Wonwoo membuatnya tidak sabar untuk segera mencicipinya.
"Selamat pagi, bagaimana tidurmu semalam? Nyenyak?" sapa orang di seberang sana dengan tak kalah riang.
Areum terkekeh kecil. "Tentu saja," jawab Areum. Yah, dia tidak bohong. Tidurnya semalam memang nyenyak. Selain karena bantuan obat, ia juga mendapat bantuan dari Wonwoo. "Oppa kapan kembali kesini?"
"Kau sudah sangat merindukanku, hm?" goda Hyunbin. Areum yang mendengarnya hanya tersipu malu.
"Memangnya salah kalau aku merindukan oppa?" balas Areum.
Hyunbin tertawa nyaring. Setelah tawanya mereda, pria itu kembali berbicara. "Akhir minggu ini aku pulang. Saat itu datang, kau sudah harus bersiap-siap. Aku akan mengajakmu kencan."
Pandangan mata Areum yang sedari tadi tertuju hanya pada sandwich buatan Wonwoo kini beralih ke arah lain. Dengan langkah-langkah lebar, Areum mencari kalender mini yang tergantung di sisi dinding.
"Tanggal 15?" tanya Areum antusias.
Hyunbin berdeham kecil sebagai jawabannya. "Luangkan waktumu selama seharian penuh. Kita tebus waktu yang selama ini tidak bisa kita gunakan bersama."
Areum mengangguk-angguk senang, walaupun Hyunbin tidak bisa melihatnya. Sebelah tangan gadis itu meraih pulpen yang sengaja ia gantung di samping kalender. Dengan telepon terapit antara bahu dan telinganya, Areum mulai menggoreskan tinta pada angka lima belas di atas kertas itu. Ia membuat gambar hati dan menuliskan agendanya bersama Hyunbin.
"Sudah aku catat," ucap Areum seperti memberi laporan pada Hyunbin di seberang sana.
Hyunbin terkekeh. "Pasti saat ini kau sedang berdiri di depan kalender," tebaknya. Areum tidak membantah. Kekasihnya itu memang sudah sangat mengenal kebiasaannya sedari dulu.
"Kalau begitu, sebaiknya kau segera bersiap-siap. Pagi ini kau harus mengurus pekerjaanmu di kafe," ucap Hyunbin.
Areum mengerucutkan bibirnya. Baru saja ia berpikiran untuk tidak berangkat kerja. Ia masih ingin tidur-tiduran.
KAMU SEDANG MEMBACA
[SVT FF Series] Parting is Such Sweet Sorrow
Romance[COMPLETE][SVT FF Series] --- Hal paling mustahil bagi Jeon Wonwoo adalah jatuh cinta pada pandangan pertama. Ia adalah pria penyuka literatur yang selalu berpikir dengan logika. Dibalik wajah dinginnya, Wonwoo memiliki hati yang hangat dan lembut...