Areum bersenandung kecil ketika lagu milik penyanyi favoritnya diputar. Disebelahnya Hyunbin duduk dalam diam. Pandangannya fokus ke jalanan di depannya. Kedua tangannya memegang stir dengan baik. Mereka berdua sedang dalam perjalanan menuju tempat makan sehabis jalan-jalan membeli buku sesuai dengan rencana kemarin.
Saat Areum melakukan siaran radio, sesungguhnya pria itu menunggu di dalam mobil sembari mendengarkan acaranya. Areum sengaja tidak memperbolehkan dirinya ikut masuk mengantar ke dalam gedung studio karena takut bahwa Hyunbin akan bosan berada di dalam sana. Apalagi begitu Hyunbin kembali ke Korea, ia langsung mengerjakan tumpukan pekerjaan usaha miliknya yang ia tinggalkan. Sejak Areum sukses menjadi penulis, pria itu belum menemukan orang yang bisa ia percayai untuk mengurus bisnis kafe miliknya sebagai pengganti gadis itu.
Awalnya, Hyunbin memang menunggu di dalam mobil sembari mengerjakan laporan keuangan di laptopnya. Ia sengaja menyalakan radio mobil karena ingin ikut mendengarkan siaran radio pertama gadisnya itu. Senyum Hyunbin mengembang begitu mendengar suara lembut Areum terdengar menyapa para penggemar. Ia bisa membayangkan bagaimana manisnya wajah gadis itu ketika mengucapkan salam sembari tersenyum lebar.
Hyunbin mendengarkan setiap kata yang diucapkan Areum dengan seksama. Pada awalnya ia sempat khawatir jikalau Areum akan melakukan siaran pertamanya dengan kaku. Namun pria itu cukup terkesan dengan pembawaan Areum yang cukup tenang dan santai dalam menjawab dan menanggapi semua ucapan yang dilemparkan sang penyiar padanya. Rasa bangga Hyunbin makin bertambah ketika ia mengingat fakta bahwa penyulis Yoon Areum yang kini sedang naik daun itu adalah kekasihnya.
Senyum Hyunbin memudar ketika Areum mulai membicarakan tentang inspirasi dalam penulisan cerita di novelnya. Gadis itu mengatakan bahwa ada seseorang yang dikaguminya sebagai sumber ide dalam mengembangkan karakter tokoh utama pria. Areum menyebutnya sebagai ice man. Hyunbin tahu siapa yang dimaksud ice man oleh gadis itu. Tentu saja bukan dirinya.
"Oppa, seharusnya tadi kita belok ke kanan kan?"
"Eoh?" pertanyaan Areum menyadarkan Hyunbin. Pria itu tersadar dan kembali memperhatikan jalan. "Ah, aku melewatkannya. Kita ambil tikungan berikutnya."
Areum mengamati wajah Hyunbin dari arah samping. "Oppa, kau baik-baik saja? Kau tampak tidak fokus."
Hyunbin tersenyum simpul, berusaha membuat agar Areum tidak khawatir padanya. "Aku baik-baik saja. Hanya kurang tidur sedikit."
Areum mengangguk. Ia kembali mengarahkan pandangan ke luar jendela. "Atau sebaiknya kita langsung pulang saja?"
Hyunbin menginjak pedal rem secara mendadak. Hal itu membuat Areum memekik kaget. Terdengar bunyi klakson dan makian para pengendara mobil di belakang.
"Apa yang kau lakukan?!" protes Areum sembari memegangi seat belt kuat-kuat.
Hyunbin menggeleng. Rahangnya mengeras. Ia kembali menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang. Pria itu tidak mengindahkan gerutuan Areum di sampingnya.
"Kita tetap makan bersama. Aku tidak terlalu lelah," ucap Hyunbin dengan nada dingin.
Areum menoleh ke arah samping dengan kedua alis terangkat. Hyunbin tidak pernah secuek ini padanya. Bahkan pria itu selalu berlaku hangat dan manis. Sepertinya Hyunbin memang butuh istirahat.
"Aku tidak masalah jika kencan kita ditunda. Sepertinya kau benar-benar butuh istirahat," ucap Areum takut-takut.
Hyunbin geram. Ia mencengkeram setir dengan kuat hingga buku-buku tangannya memutih. Akhirnya pria itu meminggirkan mobilnya. Ia takut terlalu terbawa emosi dan malah berakibat dengan kecelakaan lalu lintas jika terus saja berkendara.
KAMU SEDANG MEMBACA
[SVT FF Series] Parting is Such Sweet Sorrow
Romance[COMPLETE][SVT FF Series] --- Hal paling mustahil bagi Jeon Wonwoo adalah jatuh cinta pada pandangan pertama. Ia adalah pria penyuka literatur yang selalu berpikir dengan logika. Dibalik wajah dinginnya, Wonwoo memiliki hati yang hangat dan lembut...