Areum memainkan ujung sepatunya. Ia menggambar pola-pola lingkaran di atas tanah dengan bosan. Sudah lewat dari sepuluh menit, Hyunbin tidak kunjung muncul jua. Hari ini rencananya mereka berdua berangkat bersama ke psikiater untuk sesi konseling Areum. Akhir-akhir ini Areum kembali merasa susah tidur. Semakin dekat dengan hari pengumuman dari pihak penerbit, gadis itu makin tidak bisa menahan rasa gugupnya.
Jika Jeonghan sedang sibuk dengan pekerjaannya, pria itu akan mengutus Hyunbin untuk menemani Areum. Sejak kejadian di ruang latihan Seventeen dua minggu lalu, kakak sepupunya itu makin bersikap sangat hati-hati dengannya. Kemanapun gadis itu pergi harus selalu dengan persetujuan Jeonghan. Jika Jeonghan tidak bisa dihubungi, maka ia wajib mengabari Hyunbin.
Pernah suatu saat, Areum lupa tidak mengabari keduanya. Sepulang dari kampus, ia sibuk membaca berbagai jenis buku di perpustakaan hingga larut malam. Parahnya lagi, gadis itu tidak sadar bahwa baterai ponselnya sudah habis. Alhasil, ketika ia pulang ke apartemen, Jeonghan sudah menunggunya berdiri di depan pintu. Malam itu pun, Jeonghan memaksa memasang aplikasi tracking pada ponsel Areum.
Benar-benar seperti seorang tahanan!
Sebenarnya, Areum tidak terlalu masalah dengan perlakuan Jeonghan itu. Toh, dulu pria itu sudah melakukan hal yang lebih ekstrim. Tanpa sepengetahuan Areum, Jeonghan mengutus Hyunbin sebagai mata-matanya. Namun, karena sekarang Hyunbin sudah memiliki pekerjaan yang lebih penting, pria itu sudah tidak bisa membuntuti Areum kemana pun gadis itu pergi.
Sikap protektif Jeonghan kembali kambuh setelah mengetahui bahwa Wonwoo diam-diam menemui Areum. Bahkan ia tidak tahu bahwa dongsaeng-nya itu sudah menjalin komunikasi sangat dekat selama enam bulan dengan Areum! Akhirnya, Jeonghan kini mulai menggila lagi.
Berbeda dengan cara menjaga Jeonghan yang terkesan sangat mengekang. Hyunbin, sahabat kepercayaan Jeonghan itu, menjaga Areum dengan penuh kasih sayang. Sesekali bahkan Hyunbin membiarkannya bepergian sendiri, dengan syarat ponselnya harus selalu dalam keadaan aktif. Maka dari itu, Areum jadi tidak berani melawan Hyunbin yang begitu baik padanya. Malahan, ia sangat kagum dan menaruh hati pada pria yang juga merupakan senior di kampusnya itu.
"Hei!"
Areum terlonjak kaget. Ia sontak memutar kepalanya. Sambil tersenyum lega, gadis itu berdiri menyambut seseorang yang tadi mengejutkannya.
"Hyunbin oppa!"
Hyunbin tersenyum. "Maaf aku terlambat. Sudah siap berangkat?"
Areum mengangguk semangat. Ia menggenggam tali tas selempangnya. "Siap!"
Hyunbin tertawa kecil melihat sikap imut gadis itu. Sebelah tangannya terulur mengacak-acak rambut Areum. Gadis itu memajukan bibirnya tanda merajuk, namun ia gagal menyembunyikan rona merah di kedua pipinya. Hal itu tidak luput dari pandangan Hyunbin. Bahkan pria itu kini lebih gencar melancarkan godaannya.
"Ah, sudah hentikan," pekik Areum sembari menghalau tangan Hyunbin yang mengincar pipi kanannya.
"Arra, arra," Hyunbin menyerah. "Ayo berangkat! Kita naik bus ya? Mobilku sedang di bengkel."
Areum mengangguk. Ia menyamai langkah Hyunbin menuju halte bus.
"Setelah dari dokter, bagaimana kalau kita jalan-jalan?" tawar Hyunbin.
Areum menengadahkan kepalanya. Pria di sampingnya ini benar-benar kelewat tinggi. Ia bisa sakit leher kalau terus-terusan berbicara sambil berdiri begini.
"Boleh saja. Memang oppa tidak sibuk?"
Hyunbin tersenyum manis. "I can take my day off. Kita bisa bersantai-santai bersama," sinar mata Hyunbin berkilat jenaka. "Yang kau butuhkan saat ini bukan dokter, tapi bersenang-senang. Aku jamin nanti malam kau akan tidur nyenyak."
KAMU SEDANG MEMBACA
[SVT FF Series] Parting is Such Sweet Sorrow
Romance[COMPLETE][SVT FF Series] --- Hal paling mustahil bagi Jeon Wonwoo adalah jatuh cinta pada pandangan pertama. Ia adalah pria penyuka literatur yang selalu berpikir dengan logika. Dibalik wajah dinginnya, Wonwoo memiliki hati yang hangat dan lembut...