Worrying Over Nothing

180 20 0
                                    

Wonwoo memandangi bayangan wajahnya sendiri di cermin. Rambutnya sedang dirapikan, sedangkan make up di mukanya sudah siap. Satu setengah jam lagi mereka akan tampil. Namun, pikiran Wonwoo seperti tidak berada di tempatnya.

Pria itu berkali-kali mengintip layar ponselnya. Jujur saja ia khawatir dengan kondisi Areum. Gadis itu tidak menghubunginya sama sekali sejak pertemuan mereka tadi siang. Pada awalnya, Wonwoo mau mengirim pesan terlebih dahulu ke gadis itu. Namun ia mengurungkan niatnya. Ia tidak boleh bersikap berlebihan. Wonwoo sadar diri bahwa disini dirinya berperan sebagai seorang teman dari cewek yang sudah memiliki kekasih. Ia tidak ingin dirinya dianggap sebagai perusak hubungan orang.

Dua bulan yang lalu, akhirnya Wonwoo menyanggupi permintaan Jeonghan untuk menyembunyikan perasaannya dari Areum. Ia tetap bisa menjalin hubungan sebagai teman, namun tidak boleh lebih. Lagipula Wonwoo sudah tahu. Ia kalah telak dari Hyunbin. Areum sangat mengagumi cowok itu. Perasaan gadis itu juga terbalaskan.

Begitu mendengar kabar jadian antara Oh Hyunbin dan Yoon Areum, Wonwoo sempat terpukul. Walaupun sudah mengantisipasi, ia tetap saja tidak siap dengan kenyataan di depan matanya. Hampir selama seminggu, Wonwoo menjaga jarak dari Areum. Ia menggunakan pekerjaan sebagai alasan pada gadis itu ketika tidak bisa menerima teleponnya.

Wonwoo sudah lama tidak menjalin hubungan dengan wanita. Sepertinya terakhir kali ia berpacaran ketika masa SMA. Setelah itu ia sibuk dengan persiapan debut dan pekerjaan yang menuntut fokusnya. Maka dari itu, ia sendiri terkejut saat menyadari bahwa dirinya jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Areum. Seperti yang dulu Jihoon pernah bilang. Wonwoo adalah orang yang logis dalam hal begini. Jatuh cinta pada pandangan pertama? Itu hal terakhir yang mungkin akan Wonwoo lakukan. Namun takdir berkata lain. Dan hasilnya? Yah, bisa dilihat sekarang. Wonwoo tidak mendapatkan Areum.

Di dorm, Wonwoo benar-benar mengurung diri. Pria itu hanya keluar kamar untuk bekerja atau makan saja. Selebihnya ia akan menghabiskan waktu di dalam kamar. Entah untuk bermain atau sekadar membaca. Wonwoo juga jadi lebih sering tidur. Sepertinya daripada ia terjaga dan terus-terusan bersedih karena memikirkan Areum, Wonwoo memilih untuk mengakhiri hari dengan lebih cepat.

Selain Jeonghan, tidak ada member Seventeen lain yang mengetahui alasan perubahan sikap Wonwoo. Kakak sepupu Areum itu sedikit merasa bersalah karena ia mengambil peran di dalam masalah itu. Ia yang melarang Wonwoo untuk mengekspresikan perasaannya kepada Areum. Jeonghan pun sempat terkejut melihat bagaimana terpuruknya Wonwoo ketika patah hati. Ia tidak menyangka bahwa perasaan yang dimiliki Wonwoo kepada Areum sangatlah besar.

Setelah sekian lama, akhirnya akal sehat Wonwoo kembali. Jujur saja, selama ini ia tidak sadar bahwa dirinya sangat egois. Pria itu akhirnya mampu mengesampingkan perasaannya untuk kembali berteman dengan Areum. Bagaimana pun, cara yang bisa ia lakukan kini untuk menjaga gadis itu adalah sebagai temannya. Ia harus belajar menerima kenyataan dan bersikap lebih dewasa.

Walaupun Areum sudah resmi menjadi kekasih Hyunbin, gadis itu tetap rajin menghubungi Wonwoo. Kegiatan mereka untuk saling bertukar pikiran tentang menulis dan bahan bacaan tidak terganggu akibat fakta itu. Bedanya, kini sesekali Areum akan bercerita tentang Hyunbin. Wonwoo senang karena gadis itu kini makin mempercayainya, namun ia tidak senang karena alasan gadis itu tersenyum adalah Hyunbin. Wonwoo masih bisa mengingatkan bagaimana raut wajah bahagia Areum ketika membicarakan tentang hubungannya dengan Hyunbin.

"Areum menghubungimu tidak? Aku sudah puluhan kali mencoba teleponnya tapi tidak diangkat juga," kata Jeonghan sembari duduk dikursi sebelah Wonwoo.

Wonwoo melihat Jeonghan dari pantulan cermin di hadapannya. Pria itu tampak kesal memandangi layar handphonenya.

"Tadi siang aku sempat bertemu dengannya di lapangan," Jeonghan mengangkat wajah mendengar jawaban Wonwoo. "Dia sedang sibuk mengerjakan tugas akhirnya. Sepertinya ia kini sibuk mengerjakan perbaikan untuk karya tulisnya itu. Aku sempat melirik sekilas ke tumpukan kertas yang ia bawa. Banyak coretan dengan spidol merah disana."

"Syukurlah kalau begitu," Jeonghan mengangguk-angguk mengerti. Ia tampak lega sekarang. "Hyunbin juga sedang di Jeju. Jadi aku tidak bisa memintanya untuk mengawasi Areum."

"Hyung, Areum sudah besar," ucap Wonwoo berusaha menyadarkan pria itu. Jeonghan hanya mengangkat kedua bahunya tampak acuh dan berjalan meninggalkan Wonwoo.

Dari pantulan cermin, Wonwoo memandangi punggung Jeonghan yang berjalan menjauh. Ia menghela napas tanpa kentara. Kalau Areum saja tidak memberitahu Hyunbin tentang jadwal pengumuman kontes itu, pasti ia juga tidak mengatakannya pada Jeonghan. Wonwoo kembali melirik layar ponselnya yang tidak menunjukkan pemberitahuan apa pun.

Semoga gadis itu benar baik-baik saja, doanya dalam hati.

---

Konser Seventeen berlangsung dengan meriah. Walaupun hanya sepuluh menit mereka berada di atas panggung, ketiga belas pria itu tampak lelah. Antusiasme pada fans membuat mereka ingin mengerahkan segala kemampuan yang mereka miliki agar tidak mengecewakan hadirin yang telah datang. Usaha keras mereka terbayar. Bahkan setelah turun dari sana pun, sorak sorai penonton masih saja terdengar.

Seluruh member Seventeen kembali ke ruang tunggu mereka. Kali ini ada group lain yang sedang tampil. Ketiga belas orang itu ramai berbincang sembari bersantai.

Jam di dinding hampir menunjukkan pukul sepuluh malam. Walaupun pekerjaan mereka sudah selesai disana, mereka tetap saja harus menunggu hingga acara terakhir tuntas. Menurut jadwal, pukul sepuluh nanti acara penutupan akan berlangsung. Semua artis yang tampil hari ini akan kembali ke atas panggung untuk memberikan sapaan perpisahan pada para penggemar mereka.

Wonwoo meneguk air mineralnya dari botol hingga tandas tak bersisa. Ia meminta ponselnya pada manajer. Setelah tahu bahwa tak ada satu kabar pun dari Areum, ia mengembalikan benda berbentuk persegi panjang itu ke Minho hyung. Entah mengapa perasaannya tidak enak. Wonwoo benar-benar mengkhawatirkan gadis itu.

Mingyu datang dan merangkul bahu Wonwoo. Akibat perbedaan tinggi diantara mereka, Wonwoo jadi terlihat pendek. Padahal tinggi tubuh Wonwoo sendiri sudah berada di atas rata-rata pria Korea pada umumnya. Mingyu saja yang kelewat tinggi seperti tiang.

"Bagaimana hyung, ada gadis yang kau sukai tidak?" goda Mingyu.

Wonwoo melirik sebal ke arah dongsaeng-nya itu. Sejak patah hati karena cintanya tidak diterima, Mingyu selalu mencari gadis layaknya hewan buruan. Matanya tidak berhenti jelalatan kesana kemari. Belum lagi sikapnya yang genit dan selalu tebar pesona jika sudah berada di atas panggung.

"Betulkan saja dulu pikiranmu itu," balas Wonwoo sambil menoyor kepala Mingyu hingga pria itu melepaskan rangkulannya.

"Kau kan bisa menggunakan wajah tampanmu itu untuk menarik wanita. Jangan disia-siakan hyung," ucap Mingyu sambil menaik-naikkan alisnya.

Wonwoo mendengus sebal. "Pantas saja Hyesung lebih memilih Jihoon ketimbang dirimu."

"Ya! Kau benar-benar tidak asyik. Jangan membuka luka lama dong!" kali ini Mingyu protes seperti anak kecil. Wonwoo meringis mendengarnya.

"Besok kau ada jadwal tidak?" tanya Wonwoo. Ia berusaha mengalihkan pembicaraan karena sesungguhnya Wonwoo merasa bersalah.

Mingyu menjatuhkan tubuhnya ke atas sofa. Wonwoo sudah lebih dulu duduk di sana.

"Tidak ada. Aku besok akan seharian tidur di dorm," Mingyu menaikkan kedua lengannya ke atas. "Akhirnyaaa, ketika member lain ada jadwal, aku bisa bersantai-santai di asrama."

Wonwoo tidak membantah. Jadwal dongsaeng-nya itu memang padat. Jika diamati, diantara ketiga belas member Seventeen, yang paling banyak memiliki jadwal individu ya Mingyu dan Seungkwan. Terkadang Wonwoo jadi merasa kasihan pada mereka. Sampai di asrama, tidur hanya dua atau tiga jam, dan sudah harus kembali berangkat bekerja.

"Yakin hanya beristirahat? Kau tidak akan membersihkan asrama?" kali ini Soonyoung ikut menggoda.

"Kalian benar-benar menganggapku sebagai pembantu ya?" protes Mingyu tak terima.

Wonwoo tertawa mendengar pertengkaran kecil antara Mingyu dan Soonyoung. Seungkwan juga tidak lama kemudian ikut nimbrung. Jadilah pertikaian kecil makin ramai. Yah, hubungan Seungkwan dan Mingyu adalah tipe love and hate relationship. Mereka berdua tom and jerry nya Seventeen.

Wonwoo memegangi perutnya yang sakit akibat terlalu banyak tertawa. Yah, paling tidak Seventeen selalu bisa membuatnya nyaman. Ia jadi sedikit melupakan kekhawatirannya dengan Areum.

[SVT FF Series] Parting is Such Sweet SorrowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang