Keseharian yang ku nikmati dengan Alex, tiada artinya lagi, setelah ku temukan buku catatan harian ibu kandungku, hatiku terpukul, rasanya sangat pahit.
Hujan yang menumbuhkan cinta di antara aku dan Alex, sekarang turunnya menjadi sebuah pertanda, akan memisahkan kami, dan juga akan memporak - porandakan kisah hidupku, entahlah. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana yang akan ku hadapi nantinya.
Ini berawal dari catatan harian ibuku..
Dia bernama Arkan. Tentangnya belum sempat ku ceritakan dibagian surat yang ku kirimkan dalam koran. Karena seengaja ku sembunyikan dalam buku diary ini, berharapa setelah kepergianku, anakku Alexa juga akan membacanya. Meskipun aku telah meninggal, aku menyangimu Alexa. Nama kita sama. Supaya kelak kau bisa menemukan ayahmu.
Tentang Arkan. Dia telah menjadi seorang yang spesial, diam - diam ku rangkai kata indah untuk menggambarkannya. Bahkan tidak cukup semua kataku mengisahkan betapa indahnya dirinya.
"Kan, aku dulunya orang yang sangat membencimu"
"Berarti kamu adalah orang yang merugi"
" Kok gitu?", aku menatapnya bingung. Pagi itu hari minggu, tidak biasanya Arkan mengajakku untuk lari pagi, biasanya dia paling males untuk bangun pagi.
" Membenci orang yang paling ganteng di sekolah"
" Aku ga merasa rugi" Balasku dengan percaya diri, dalam hatiku bersuara, dia memang memiliki banyak fans, terutama wanita, dia baik kepada semua orang, namun hanya kepadaku dia selalu bersikap mengjengkelkan.
" Suatu hari kamu akan merasa rugi"
" Jangan terlalu percaya diri" Aku berlari meninggalkannya. Dia mengejarku.
Dalam hatiku masih saja berbisik, tentang kekagumanku pada lesung pipi di wajahnya, hidung mancungnya, Alisnya tebal, matanya laksana Elang yang ingin mencakar, kulitnya bersih, tidak satupun bintik jerawat ku temui di wajahnya, apalagi tahi lalat.
" Kamu lari cepat banget si" Teriak Arkan jauh dari belakangku.
" Kamu yang terlalu lamban kayak kura - kura"
Aku memperlambat langkahku, bukan untuk menunggunya, hanya saja berlalunya waktu, tidak membuang kesempatan bagiku untuk dekat dengannya.
" Sebagai seorang lelaki tampan, aku harus memperhatikan caraku berlari"
" Terlalu banya teori, jadinya kamu lelet"
" Yang penting, aku tampan "
" Hanya wanita bodoh yang naksir lelaki yang bermodal tampan doang"
" Tetep aja banyak yang naksir aku"
" Itu karena mereka buta", Dia hanya tertawa.
" Hidup harus realistis, untuk pendamping, bagi kita wanita, tak butuh tampan. Mapan dan bertanggung jawab, itu cukup"
" Setidaknya aku punya 3 T "
" Tampan, Tajir, Taqwa "
Seketika aku diam sambil membathin " Makanya aku suka kamu "
" Tajirnya dari mana, duit orang tua mu toh yang dihabisin" Aku mengelak, untuk menangkal rasa sombongnya yang berlebihan di depanku.
" Diam - diam aku punya usaha"
" Usaha apa ?"
" Ada deh "
" Bohong ya ? " , meskipun aku tau ketika bermain ke rumah Arkan, orangtuanya bercerita banyak, kalau dia sejak masuk SMA, sudah tidak pernah minta uang jajan lagi, dia jualan, awalnya menjadi reseler - reseler, kemudian dia bangun usaha sablon dibidang fashion, kebetulan dia bisa desain.
"Terserah kalau ga percaya" Dia berlari meninggalkanku, aku mengejarnya, kemudian kami istirahat sejenak dan membeli minuman, setelah itu kembali ke rumah masing - masing.
***
Terimakasih kepada pembacaku, Bahagia selalu.
Kepada pembacaku, engkaulah jiwa-jiwaku. Terimakasih.
------------------------------------------------------
Like share n comment guys :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri- US
Teen FictionSuatu hari kita dipertemukan oleh hujan, di bawah hujan, kita saling pandang. Kau ibarat payung, membuatku merasa teduh setiap kali dingin mengigilkan. Kita adalah sepasang rindu tanpa ikatan. Seringkali aku membatin, haruskah ku tanyakan perihal...