Buku harian Ibu

40 2 0
                                    

Kau, datangmu memberi kata
Pada puisiku yang belum usai
Pagiku seperti cahaya
Hingga malam meniadakan kelam
Oh, kau merubah tentang segalanya
Memberi rasa sebelumnya tiada
Menanam rindu di dasar sanubari
Mengikatkan namamu di relung hati
Kau, adalah rasa
Teramat indah untuk hariku
Pagiku, malamku
Kau, adalah cerita terbaikku.

Beberapa bait kata itu rangkum dalam catatan harianku. Senyum diwajahku seoalah tak mau lepas dari wajahku.

Ku rebahkan tubuhku di atas kasur. Sambil membayangkan esok, rutinitas yang biasa ku lakukan dengan Arkan.

Mataku terpejam lebih cepat, menunggu pagi, berharap lebih cepat melajunya.

***

Matahari telah meninggi. Jam di tanganku telah menunjukkan angka 07.00, sebentar lagi adalah jam masuk kelas.

Arkan yang biasanya menjemput, tidak ada kabar. Ku telphone beberapa kali, menyambung, namun tidak ada jawaban.

Karena takut telat, memutuskan untuk berangkat sendiri dengan angkutan umum adalah jalan yang saat itu terbaik untuk masa depanku. Aku pikir, Arkan tidak masuk sekolah, nyatanya dia jauh lebih pagi telah sampai sekolah.

Ada banyak desas -desus yang membuat hatiku gelisah. Ku cari sumber informasinya, ku telusuri sepanjang sudut sekolah, ternyata kenyataannya aku patah.

Hatiku terluka yang tidak berdarah. Rasanya, aku ingin pulang, berlari, dan bersembunyi dari semua orang agar dapat ku tutup dengan kata terbaik puisi - puisiku.
Usai,
Aku hanya ingin menangis...

Misteri- USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang