Terungkap

35 3 0
                                    

Sebulan pernikahan kami. Masih terasa begitu manis, seperti hari pertama kami menjadi suami - istri. Dia sangat perhatian, membuatku sangat bersyukur menikah dengannya.

Kami memutuskan untuk menikmati honeymoon di Puncak. Kebetulan Arkan libur dari kantornya, sedangkan aku memutuskan menjadi seorang penulis, sehingga tidak punya keterikatan waktu dalam bekerja, nanti ketika aku sudah memiliki anak, bisa punya banyak waktu untuk merawat dan mendidik anak - anakku. Memiliki jumlah anak lebih dari 5 adalah impianku, tidak lepas juga menjadi seorang ibu yang baik merupakan sebuah prioritas.

sesampai di vila yang kami sewa, aku langsung turun dari mobil, kemudian masuk ke dalam vilanya, mencari kamar, kemudian rebahan, rasanya tubuhku sudah letih dalam menikmati proses perjalanan yang panjang.

"Lelahnya"

Tidak lama setelah ku lepas penat, menarik nafas berkali - kali, muncullah Arkan dari balik pintu membawa barang - barang. Ku pandangi lama wajahnya, hiingga menulusuri semua bagian jiwanya, dia begitu manis, serta berwibawa, tampan, tidak lupa juga maskulin.
"Ngapain senyum - senyum sendiri? "
"Engga"
"Masa sih? "
"Sayang kamu"
Dia meletakkan barang bawaan kami, kemudian mendekatiku, pancaran matanya tajam, laksana mata Elang.
"I love you so much sayang", dia berbisik di telinga, kemudian tangannya memegang kepalaku, menatapku, beralih mencium keningku, turun ke bibir. Dia terlihat menikmatinya, sembari memejamkan mata, ku nikmati sentuhan dari suamiku.

Dia perlahan menyentuh titik - titik yang membuatku, tidak lagi bisa tenang, gejolak Cinta menumbuhkan aura serta hasratku.

Semakin lama terhanyut dalam fase kenikmatan, dia membawaku ke alamnya, percintaan yang membuatku semakin mencintainya.

Setelah beberapa jam kemudian, dalam waktu yang cukup lama kami menikmatinya, kemudian kami mandi bersama, hal asing yang belum pernah ku nikmati dengan lawan jenis, selain dengan suamiku.

Setelah mandi dan rapi, dia mengajakku berkeliling vila, serta aura dingin yang menusuk tulang.

Di sekitar vila yang kami sewa, masih banyak orang yang berkeliaran, sebab kami hanya menginap di vila yang masih di dekat perumahan banyak orang. Hal itu dikarenakan kami hanya berdua, supaya tidak terlalu sepi, namun tetap tidak mengurangi kesan dari honeymoon.

Senja telah beranjak pergi, malampun datang. Kami memutuskan nonton film, setelah itu menuju kamar dan tidur. Sebelum tidur, Arkan bercerita banyak, tentang buku yang ia baca atau masa kecilnya. Hal yang paling ku suka darinya, ia suka bercerita.

Setelah malam larut, mataku sudah lelah, begitupun dengan Arkan, kami memutuskan mengistirahatkan tubuh, tanpa adanya malam bercinta. Dia memelukku erat, kembali menggumkan suara Cinta.
Desah dan pelukan yang begitu hangat. Malampun mulai larut, aku tertidur dalam pelukannya. Pelukan yang begitu nyaman, hangat, dan menenangkan.

Ke seikan paginya, aku bangun seperti biasanya, ku lihat suamiku. Dia masih mendengkur, ku bangunkan, ia masih menggeliat malas, ku cium kening, mata langsung membuka, betapa menggemaskan ekspresinya bathinku.

***
Beberapa hari sepulang honeymoon, suamiku tidak lagi kembali, sampai buku harian ini selesai dia tidak pernah kembali.

Kepergian Arkan adalah  sesuatu yang ganjil, terakhir aku melihat dia berbicara serius dengan kakak tiriku, yang usianya tidak jauh berbeda denganku.

Ketika buku ini di baca oleh mu Alexa, kau lah anakku. Buku ini sengaja aku titipkan kepada sahabat ibu, yang akan memberikan surat ini kepadamu, ia tidak akan bisa bersamamu, karena setelah Ibu meninggal, kau akan di ambil oleh saudara Tiri ibu, dia orang yang berbahaya, oleh sebab itu, sahabat ibu tidak akan bisa Menemuimu secara terbuka, setelah surat ini sampai di tanganmu, carilah dia di alamat yang ibu tuliskan halaman paling akhir buku ini, sahabat ibu, manten dia akan bersikeras tidak mau membantu, namun Ibu yakin jika kau membujuknya, dia akan mau, hanya kamu yang bisa menemukan ayahmu dan menyelamatkannya dari orang yang sedang bersamamu saat ini.

Ibu tidak mampu lagi menulis, karena Sakaratul maut ibu sudah semakin dekat. Ibu dan Ayah sangat mencintaimu, Nak.

Jantungku langsung berdebar. Ternyata anak yang di kirimkan surat melalui koran itu adalah aku. Ibuku telah meninggal, mataku tak lagi ku bendung telaganya.

Aku cari - cari surat - surat ibu lainnya, tidak ku temukan, hanya petunjuk yang beluk jelas, yang harus ku pecahkan sendirian.

Terimakasih kepada pembacaku, Bahagia selalu.
Kepada pembacaku, engkau jiwa-jiwaku. Terimakasih.
------------------------------------------------------
Like share n comment guys :)

Misteri- USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang