" Alexa" lembut.
Suara lembut mendiamkan getar suara berat sebelumnya. Seorang laki - laki bertubuh besar dan sangar tengah berdiri di antara aku dan Alex.Di belakang lelaki besar yang menyapaku sebelumnya, suara lembut ibu angkatku menikam ke selasar jantungku.
Lembut, tetapi membuat tetesan keringat dari punggungku terus mengalir.
" Ibu..." Alex langsung berdiri memberi penghormatan kepada perempuan itu, sedangkan aku tak mau lagi memanggilnya dengan panggilan ibu. Rasaku kepadanya hanya sisa penggalan rasa yang menjijikkan. Aku belum membencinya, hanya saja dia membuatku takut, ingin menghilang darinya.
Dia membalas ramah sapaan Alex. Ada tatapan aneh darinya yang mengarah kepadaku. Seakan memberi tahu, bahwa Alex juga akan menjadi listnya untuk segera ia habisi.
Dadaku sesak, tercekal oleh rasa takut yang begitu sangat besar. Aku mengigil, Alex berbalik menatap penasaran.
" Kamu kenapa Alexa?"
" Baik - baik saja kok Lex"
Aku mencoba bersikap sewajarnya. Supaya Alex tidak curiga. Aku menetralisir ketakutan yang berlebihan ini. Supaya tidak membahayakan keberadaan Alex.Alex dan perempuan itu, saling berbincang, terkadang tertawa. Aku hanya bisa terdiam tanpa kata, sesekali memandang, bahwa ku lihat banyak kemunafikan dari perempuan itu.
Setelah waktu hampir larut, senja segera usai, hingga malam datang untuk mendekap. Dengan berat hati, aku pamit kepada Alex. Aku pulang bersama ibu dan lelaki sangar sedari tadi diam menatapku, menurutku dia adalah bodyguard barunya.
Sepanjang perjalanan, aku hanya diam. Suasana mencekam semakin menjalari urat - urat tubuhku.
" Ayah mana, mana ayahku ?"
Dengan segala keberanian, aku bertanya. Tidak ada yang menjawab. Aku menangis, tidak sanggup dengan keadaan ini.Mata perempuan itu menatap. Tatapan yang sangat tajam, membuat bibirku bungkam dan diam seribu bahasa.
Sesampai di rumah, seharusnya rumah ini bukan tempatku kembali, demi ayah, aku kembali.
Perempuan itu menarikku dengan sangat kuat, menaiki lantai atas rumah besar itu. Semakin aku menolak, dia mencengkramku.
Aku kesakitan, namun hatiku lebih sakit dari rasa perih oleh tarikan perempuan itu. Sesampai di lantai atas, dia mengunciku di dalam kamar.
"Buka pintunya, aku hanya butuh bertemu ayah"
Tanpa ada jawaban. Hening.
Ingin ku hubungi Alex, tetapi handphone ku diambilnya.Hanya tangis yang menjelaskan keadaan hatiku.
Pilu, seseakali aku memekik agar dunia mendengar dan mengeluarkanku dari penjara yang diciptakan oleh perempuan yang mengaku ibu angkatku.Aku meronta - ronta, tidak tau apa yang harus diperbuat. Dalam hening kamar, menangisi diriku, jalur cerita yang membuat hidupku seperti tokoh utama yang sedang berhadapan dengan pembunuh kelas kakap.
Aku takut....
Ronta hatiku, sedang bibir tak mampu bicara.Salam literasi !
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri- US
Genç KurguSuatu hari kita dipertemukan oleh hujan, di bawah hujan, kita saling pandang. Kau ibarat payung, membuatku merasa teduh setiap kali dingin mengigilkan. Kita adalah sepasang rindu tanpa ikatan. Seringkali aku membatin, haruskah ku tanyakan perihal...