Bermodal keberanian bertanya untuk sampai di tempat yang di tuju, ternyata tak mudah menemukan alamat di tengah ibukota yang ricuh ini.
Tidak sama halnya seperti kampungku, dalam mencari alamat sangatlah mudah, tidak hanya rumahnya yang masih memilki jarak, orang - orangnyapun sangat ramah untuk menjawab pertanyaan kita, bahkan rela untuk mengantar sampai ke alamat yang dituju.
Berbeda halnya di tempat baru yang ku jalani, orang - orang hanya menjawab sesuai kebutuhan saja, begitulahn ciri khas Ibukota, disibukkan dengan tujuan masing- masing.
Sesampai di alamat yang ku cari, tiada lagi yang bersisa tentang ayah dan Ibuku. Hanya Rumah dengan penghuni yang tidak ku kenali. Rasa khawatir mulai muncul, dengan keputusan yang tidak pernah terfikirkan sebelumnya. Deary yang ku baca di tulisanyapun dalam beberapa tahun lalu mengisyaratkan untuk datang ke sini.
Belum jelas. Hanya pesan singkat di akhir buku deary itu, bahwa Ibu memintaku berkunjung ke rumah lamanya dan sebuah kertas yang terselip di balik cover dearynya bahwa aku harus hati - hati dengan Ibu angkatku.
Kepergianku dari rumah tidak hanya ingin bebas sebagai anaknya remaja, yang di kekang dengan aturan - aturan yang membuatku tertekan.
Ada sebuah teka- teki besar yang harus ku jawab. Karena malam sudah menjemput, aku memutuskan mencari tempat istirahat untuk bermalam. Perutku juga sudah memanggil untuk di isi.
Tidak jauh dari tempatku berdiri,terlihat pojokan tempat makan yang bertulis " Pecel Lele Mbok Darin", bau harum yang menggiurkan membuat langkah cepat, kemudian makanan itu telah hadir di depanku.
Baru setengah makanan ku santap, handphoneku berbunyi, ada sebuah pesan , aku yakin Ibu angkatku sedang kehilanganku.
Aku kaget membaca pesannya, dari nada aku membaca, aku tak lagi mengenal Ibu angkatku yang dingin. Sikap dinginya sungguh lebih bisa ku terima dari pesannya hari ini.
"KAU SUNGGUH INGIN MATI ! "
Tanganku mengigil dan makanan yang tadinya enak, sekarang rasanya berubah hambar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri- US
Teen FictionSuatu hari kita dipertemukan oleh hujan, di bawah hujan, kita saling pandang. Kau ibarat payung, membuatku merasa teduh setiap kali dingin mengigilkan. Kita adalah sepasang rindu tanpa ikatan. Seringkali aku membatin, haruskah ku tanyakan perihal...