Penculikan!

5.3K 660 45
                                    

Jason membawa Rhea ke lantai dua rumah besar keluarganya. Ia membuka pintu sebuah kamar yang telah tertata rapi.

"Ini kamarmu. Kamarku di situ," Jason menunjuk pintu yang sama persis yang terletak di sebelah pintu kamar Rhea. "Ada pintu pembatas di dalam. Kalau sewaktu-waktu ada tamu atau famili yang datang, kamu pura-pura tidur di kamarku."

Jason menyebutkan kalimat terakhir itu dengan nada masam. "Tapi jangan khawatir. Hampir tidak pernah ada yang bertandang lama, apalagi sampai menginap di rumah ini."

"Khawatir? Harusnya aku yang khawatir kamu apa-apakan," balas Rhea sengit.

"Hah. Mimpi saja terus."

"Oh, ya? Mari kita putar ulang. Siapa yang mendadak horny hanya karena berdekatan saat berdansa. Jangan pura-pura lupa, Bos!"

"Tutup mulut cerewetmu."

"Lihat wajahmu memerah." Rhea tertawa penuh kemenangan sementara Jason ngelonyor masuk kamarnya dan membanting pintu dengan keras sambil mengutuki dirinya sendiri yang mendadak ingin membungkam mulut berisik Rhea dengan mulutnya!

=============

Adik-adik Rhea dijemput dan datang dengan barang-barang mereka yang memang hanya sedikit. Selain itu Jason melarang mereka membawa seluruh pakaian mereka. Ia berjanji akan membelikan yang baru untuk ketujuh anak itu.

Nyonya Radyanta menyaksikan rombongan itu datang dan mereka terkagum-kagum melihat isi rumahnya. Dahi sang Nyonya Besar berkerut tak suka.

"Selamat siang, Nyonya. Aku Athena. Kata Kak Rhea, Nyonya suka bunga, jadi ini...." Athena mengulurkan seikat bunga liar berwarna putih dan ungu. "Saya sendiri yang petik dari ladang dekat rumah kami."

Nyonya Radyanta terkejut. Ia sama sekali tak menduga si kecil yang manis itu langsung bisa menarik perhatiannya. "Eh, iya. Bagus. Terima kasih."

Athena mengambil tangan sang Nyonya Besar dan mencium punggung tangan rapuh itu dengan sopan dan kemudian diikuti oleh saudara-saudaranya. Mereka melakukannya dengan tertib dan teratur, hampir tanpa suara.

Jason sama tercengangnya dengan sang ibu. Ia menyangka rumahnya yang biasa sunyi akan menjadi seramai pasar dengan kehadiran tujuh anak. Ia bahkan sudah bersiaga dengan pasang wajah dobel sangar untuk menenangkan mereka.

"Orangtua kami selalu mengajari dan menerapkan sopan santun dengan baik. Lingkungan kami boleh saja keras, tapi yakinlah kami orang baik-baik."

"Aku sangat terkesan pada adik-adikmu. Tapi.... kenapa kamu yang notabene anak tertua, malah bertingkah seperti kucing liar?" Jason menyeringai.

"Aku ini macan penjaga buat mereka. Siap gigit dan cakar siapa saja yang berani ganggu adik-adikku. Kamu mau jadi korban cakaranku?" Rhea menyipitkan mata sambil menatap Jason intens.

Oh, sial. Pikiran gila itu muncul lagi, umpat Jason dalam hati. Ia segera mengalihkan pandangan dari bibir ranum Rhea sebelum ia benar-benar  kacau.

"Kamu kenapa?" tanya Rhea yang melihat Jason tiba-tiba diam sambil memperhatikan adik-adiknya memperkenalkan diri satu per satu pada ibu Jason.

"Diamlah." Jason masih memandang anak-anak itu.

"Ada apa dengan adik-adikku?"

"Diamlah."

"Kenapa?"

"Diamlah atau kucium bibir cerewetmu itu," desisnya datar masih dengan menghindari kontak wajah dengan Rhea.

Rhea hanya bisa ternganga mendengar ancaman Jason.

==============

Meskipun wajahnya masih minim senyuman dan keramahan, Nyonya Radyanta mulai mau berinteraksi dengan adik-adik Rhea sebelum mereka masuk ke sekolah asrama masing-masing. Terutama dengan si bungsu Athena. Sang Nyonya Besar juga mulai jarang marah-marah tanpa sebab. Ia sangat terhibur dengan kehadiran anak-anak itu yang selalu sopan padanya meskipun ia sendiri masih sering menjawab dengan ketus. Ia suka, meskipun tak mau mengakui, pada anak-anak baik itu yang selalu menawarkan bantuan ini itu padanya.

The Prince And The Karate GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang