Keributan

944 147 23
                                    

Jason dan Rhea bekerja keras bahu membahu memperbaiki kembali reputasi dan kejayaan Olympian Foods yang sempat terombang-ambing bahkan hampir tenggelam diterpa serentetan kasus.

Juga saat mereka harus merelakan pejabat senior mereka, Titan Thanatos, mengundurkan diri karena ia akan fokus mengembangkan usahanya sendiri. Mertua Hephestus itu tampak jauh lebih rileks menikmati masa tuanya.

Rhea semakin akrab dengan Cassie yang sedang hamil anak pertamanya. Ia dan Pollux akhirnya memutuskan menikah setelah lelah hanya konsentrasi pada pekerjaan. Mereka sama-sama gila kerja sampai pada satu titik dimana mereka mulai merindukan dunia yang lain. Dunia keluarga kecil mereka sendiri.

Yang membuat Jason risih adalah sahabat lamanya, Deimos, yang mulai sering berkunjung. Sepertinya lama hidup di Kanada tak juga membuatnya menemukan seseorang yang mengikat hatinya.

Ia malah mengincar adik Rhea, Hera, yang terpaut jauh usianya.

Si mantan orator ulung sibuk mengejar-ngejar si mahasiswa serius dan pendiam yang tak suka hura-hura. Ditolak tujuh kali, berarti harus empat belas kali lagi nembak, itu tekad Deimos yang sudah bulat pada Hera.

"Daphne! Turun atau Oma jolok pantatmu pakai kayu!" teriak Hestia Radyanta pada cucunya yang asyik nongkrong di atas pohon jambu di kebun belakang.

Anak itu memang tingkahnya luar biasa. Pecicilan dan susah diatur. Ia sering menyelinap kabur dari rumah besar keluarga Radyanta yang bertembok tinggi dan berpenjaga. Bermain dengan entah siapa, pulang dengan pakaian kotor dan tak jarang luka gores di sana sini.

Jason dan Rhea dibuat kewalahan. Mereka sangat paham segala omelan mereka tak akan terlalu dianggap Daphne. Jadi mereka agak mengendurkan ketegangan tapi tetap memantau dengan mengirimkan diam-diam dua penjaga yang mengawasi dari jauh.

"Sebentar Oma! Masih kurang separuh." Ia mengacungkan kantong plastik besar yang dibawanya naik.

"Dasar anak liar. Awas saja. Besok kutebang pohon ini!"

Athena yang mendorong sang nyonya tua hanya bisa meringis menyaksikan polah ajaib keponakannya.

"Gertak sambal itu, Oma. Gak mungkin. Kata Papa ini pohon kesayangan almarhum Opa," kata Daphne penuh kemenangan.

Hestia Radyanta sangat menyayangi cucunya itu meskipun dengan cara yang membuat kuping terganggu.

"Huh. Biarkan saja dia. Athena. Ayo pergi."

Daphne tertawa terkikik. Ia meneruskan memetik jambu-jambu ranum merah kecoklatan sambil sesekali memakannya.

Ia menghentikan kegiatannya saat melihat seorang anak kecil berbadan gemuk berkacak pinggang di depan pintu.

Ia melemparkan sisa buah yang ia gigit tepat di kepala si anak chubby.

"Aduh!" Ia mendongak dan menemukan si pelempar tertawa terkekeh. "Masha."

"Hai, Bear!"

"Masha jelek, bagi dong jambunya."

"Enak saja. Ikut naik sini kalau bisa."

Si chubby merengut. Ia kesal karena si gadis cilik tahu bahwa ia tidak mahir memanjat pohon. Kakek dan Neneknya terlalu protektif sehingga ia dilarang ini itu sampai urusan panjat memanjat pohon pun ia tak bisa.

Padahal ia suka jambu ini. Sangat suka.

"Masha pelit."

"Aku tidak pelit, Bear!"

"Pelit!"

"Bilang sekali lagi atau awas kau!"

"Pelit!"

The Prince And The Karate GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang