Laku Keras

4.7K 566 129
                                    

Dua minggu masa penyesuaian hidup sebagai orang kampung ternyata lebih sulit bagi Jason daripada ibunya.

Sang ibu yang karena mood nya sering terbanting dan melayang tak karuan, lebih santai atau kadang cuek menerima keadaan.

Sedangkan Jason harus mulai beradaptasi mulai dari menu makanan sampai wanita-wanita yang ada di sekitar lingkungan rumah.

"Rhe, ini makanan apa?" Jason mengulak-ulik semangkuk sayur aneh di hadapannya.

"Sayur daun katu. Itu di kebun belakang banyak kutanam."

"Baunya aneh."

"Lebih aneh lagi suara perutmu kalau kamu tidak mau menyantapnya. Tidak ada menu lain sampai nanti malam."

Jason memasang tampang kucing imut tapi Rhea sudah duluan mengasah cakar.

"Eh, Rhe. Itu ikan ya?"

Rhea mendelik kesal.

"Kenapa tipis-tipis?"

"Makanya sekali-sekali cicipi masakan warung. Kebiasaan makan di restoran." Ibu Jason ikut memarahi anaknya. "Ini ikan asin, bodoh."

"Buat apa ikan lezat dibuat asin?"

"Buat menyiksa lidah manjamu," jawab sang mama ketus.

Dan dua hari kemudian memang jadi sisksaan tersendiri buat Jason. Seluruh tubuhnya bentol dan gatal terkena alergi ikan asin.

"Kak Jason jadi mirip Troy," kata Athena membandingkan wajah sang kakak ipar dengan boneka bututnya.

"Dasar anak cengeng. Lihat, kamu jadi membuang-buang uang untuk periksa ke dokter," ujar sang mama.

"Mana aku tahu kalau aku alergi ikan asin, Ma. Mama kan tidak pernah kasih dulu."

"Huh. Aku sering memasak itu kalau bosan dengan segala menu. Tapi kamu tak pernah mau jika kutawari."

Jason diam. Ia tahu tidak ada gunanya meladeni ocehan sang mama yang dilandasi rasa frustasi melihat Rhea membuka tutup beberapa laci dan dompet untuk mengumpulkan uang yang tersisa untuk Jason berobat.

Mereka memang mulai kehabisan uang. Ia bisa saja minta tolong pada Ares, satu-satunya sepupu yang ia punya. Tapi diurungkannya dengan pertimbangan tidak ingin Ares ikut terbawa namanya jika berurusan dengan dirinya saat ini.

"Tidak apa-apa, Ma. Demi kesembuhan Jason. Kasihan dia garuk-garuk dan demam sepanjang hari." Rhea berusaha menenangkan sang mertua. "Lusa hari pasaran. Rhea mau jual bunga dan bibit tanaman yang ada."

"Biar aku yang antar pakai mobil kita," tawar Jason. "Kurasa lusa aku sudah pulih kembali dari penampilan alien ini."

Rhea mengangguk.

"Maaf. Aku tidak bisa bantu banyak." Suara Hestia Radyanta terdengar sangat sedih.

"Mama sudah sangat membantu dengan menemani Athena dan ikut memasak. Lagipula Mama tidak boleh terlalu capek, kan?" kata Rhea tenang.

"Aku cukup mengerti tentang tanaman. Biarkan aku bantu menanami polibag-polibag itu."

Rhea tahu ia tidak bisa menolak kehendak sang mertua. "Hmm... Baiklah Ma. Tapi janji segera istirahat bila mulai merasa capek, ya?"

Wanita tua itu tersenyum puas.

Dan dua hari kemudian mobil pick up yang dikendarai Jason sudah parkir di salah satu sudut pasar.

"Hai, Aga," sapa Rhea ramah.

Jason yang menunggu di mobil menatap tak suka. Meskipun penampilan Aga jika dibandingkan dengan dirinya itu ibarat angsa putih dan burung puyuh, Jason tetap tidak suka istrinya beramah-ramah dengan salah satu penggemarnya. Ia merasa cemburu.

The Prince And The Karate GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang