Pelukan Mahal

5.7K 693 84
                                    

Rhea tersenyum sendiri.

Ia membayangkan seorang wanita anggun bermata indah seperti yang terpampang pada lukisan besar di ruang tengah tadi. Nyonya Hestia Radyanta tampak sangat anggun dan cantik bersanding dengan almarhum suaminya yang tampan berwibawa serta Jason kecil dengan wajah tak jauh beda dengan dikenal Rhea saat ini. Wajah kelewat percaya diri yang menjurus ke sombong.

Ia mengekori Jason menyusuri selasar yang dipenuhi lukisan, pajangan, dan patung-patung antik.

"Psst... Tuan Perut Wafel."

"Apa!" jawab Jason tanpa menoleh.

"Eh, itu tadi lukisan Renoir asli?"

"Ya. Kenapa?" Jason mulai tertarik. Wow, gadis kampung ini tahu itu lukisan karya Renoir? Bolehlah...

"Ternyata kau pembeli anonim di pelelangan itu. Mm, aku pernah baca beritanya sekilas."

"Bukan aku. Mama yang beli. Dia suka lukisan."

"Aku juga. Meskipun baru kali ini lihat yang asli dari jarak sedekat ini." Rhea mengamati lukisan itu dengan kekaguman luar biasa yang terpancar dari wajahnya. "Wuihhh, berapa duit ini nilainya?"

Jason mendadak menghentikan langkahnya dan langsung ditabrak oleh Rhea yang masih asyik menikmati karya-karya seni di sekitarnya.

"Aduuh! Hei, kau sengaja ya?" Rhea mengusap-usap dadanya secara refleks.

Jason berbalik dan mendelik kesal.

"Kau sengaja supaya bisa menyentuh dadaku!" Rhea balik menatap Jason dengan marah.

Demi Bacchus yang suka mabuk! "Heh, jangan kege-eran, ya." Jason memandang dada Rhea tanpa sengaja. "Biasa saja kepunyaanmu itu."

Rhea langsung menutup dadanya dengan kedua belah tangannya. "Otak pasir! Ngeres!"

Jason merengut. "Jangan berani berpikir kalau lukisan itu masuk ke sepuluh persenmu. Jangan mimpi! Harganya lebih dari itu."

"Aku tahu, Pangeran songong! Justru aku mengharapkan kau memberi perawatan lebih untuk karya seni seindah ini. Mahakarya yang perlu dijaga ekstra!"

Oh. Mata duitan yang cinta seni, batin Jason. Menarik.

Rhea masih membuntuti Jason sampai ke sisi kanan rumah. Mereka keluar menuju kebun.

"Waaahh... bagussnyaaa!!" jerit Rhea hampir histeris melihat hamparan ratusan jenis bunga di taman itu. Ia langsung berlari ke jalan setapak yang tersusun dari batu-batu kecil indah yang berwarna monokrom.

"Serasa peri di lautan bunga!" Rhea berputar-putar senang. "Hei, Jason. Kemari! Kau cocok jadi pangeran di sini. Pangeran jangkrik! Hahaha..."

"Berisik!!! Diam!!" Sebuah suara cempreng tapi nyaring bergema lebih kencang melebihi suara Rhea yang cukup keras.

"Mama." Jason berjalan mendekati seorang wanita di atas kursi roda yang ditemani seorang wanita pelayan.

Rhea kaget. Nyonya Hestia sama sekali tidak mirip dengan gambar di lukisan keluarga Radyanta. Wanita yang ada di hadapannya ini kurus dan ringkih dengan rambut kelabu. Kerut di wajahnya meninggalkan gurat kesedihan dan kemarahan.

"Mama, ini Rhea, calon istriku."

Rhea mengulurkan tangan dengan sopan yang langsung disambut antusias dan eh, sebentar, sebentar... Diraba-raba ?

"Telapak tanganmu kasar. Kau ini orang miskin, ya ?"

Rhea terperangah.

"Kau juga tidak terlalu cantik dibandingkan dengan pacar-pacar Jason sebelumnya."

The Prince And The Karate GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang