Kembali

4.8K 612 55
                                    

Jason jadi serba salah melihat kondisi Rhea yang jelas kedinginan tapi ditahan. Cuaca yang semakin mendung dan membawa angin dingin jelas tak memungkinkan untuk membuka jendela mobil. Menghidupkan AC juga lebih parah akibatnya.

"Kalau aku tidak sedang menyetir pasti sudah kupeluk kamu dari tadi. Biar hangat," kata Jason berusaha memecah kesunyian. Ia ingin melihat ekspresi Rhea walau marah sekalipun.

Rhea hanya melipat kedua lengannya di depan dada, tak merespon.

Memasuki jalan raya dekat wilayah pasar besar, Jason mendadak menghentikan laju mobilnya dan masuk ke sebuah toko pakaian wanita di pinggir jalan yang tidak tidak bisa dibilang mewah bagi ikuran laki-laki itu.

Rhea sedikit kaget, tapi mulutnya masih enggan mengeluarkan suara. Beberapa menit kemudian Jason keluar.

"Rhe, aku sudah beli baju ganti untukmu. Ganti dulu saja di ruang ganti toko itu."

Rhea tampak berpikir sejenak.

"Rumahmu masih lumayan jauh."

Jason menarik napas lega ketika Rhea membuka pintu mobil, walau masih minus suara. Ia memanfaatkan kesempatan emas ini dengan menggandeng gadis itu masuk ke toko, yang untungnya tanpa penolakan berarti.

Beberapa saat kemudian mereka sudah kembali dalam perjalanan.

"Terima kasih," kata Rhea kaku.

Mendengar suara Rhea kembali setelah mogok sekian lama, rasanya Jason ingin mencium gadis itu. "Pas?"

Rhea tersenyum tertahan. "Pas. Sampai ke pakaian dalamnya."

Jason meringis.

"Tumben kamu masuk toko biasa. Jeans dan kaos. Bagus."

"Hanya toko itu yang terlihat. Butik harus putar arah."

Rhea mendengkus. Jauh butiknya. Ia pikir karena menghindari ocehannya.

"Athena sama siapa?"

"Tetangga."

"Bisa titip agak lama? Aku mau bicara. Serius sekali."

Rhea kembali berpikir sejenak. "Baiklah. Bisa."

Jason bersorak gembira. Ia melirik Rhea yang membuat hatinya tak karuan. Ia optimis usahanya akan berhasil. Beberapa kilo kemudian ia membelokkan mobil ke sebuah restoran Jepang. Ia memesan sebuah ruangan privat yang beralaskan tatami.

Rhea langsung mengambil tempat bersila di seberang Jason.
Mereka makan dalam diam, lagi.

"Boleh duduk di sampingmu?" pinta Jason lembut setelah mereka selesai makan.

Rhea hanya menatapnya tanpa bicara.

Jason tahu gadis itu setuju dan ia segera duduk di samping Rhea.

"Maafkan aku." Jason memulai percakapan mereka. "Aku bodoh menyuruhmu pergi. Tapi aku benar-benar tidak ingin kamu jadi incaran bahaya lagi. Aku tak akan sanggup melihatmu terluka lagi. I love you, you know it do damn well."

Rhea kembali menatap Jason yang duduk menghadapinya. "Kamu egois."

Tak peduli Rhea mengatainya, tapi Jason sangat senang gadis itu merespon ucapannya.

"Iya, Rhe. Aku sadar itu. Maaf."

"Kalau kamu menganggapku istri atau teman atau apa sajalah, kamu tidak boleh egois dengan memutuskan secara sepihak dalam mengambil keputusan. Aku berhak bicara, walaupun suaraku mungkin terlalu kecil bagimu. Tapi aku berhak bicara."

"Maaf." Jason semakin mendekatkan diri pada Rhea.

"Aku sangat mengerti situasi yang kuhadapi, walaupun itu memang kadang berbahaya. Tapi kamu harus percaya bahwa kita bisa cari solusi. Kalau kamu memang menganggap aku penting, biarkan aku membantumu. Jangan anggap aku patung penghias ruangan. Kamu sendiri yang memilih aku pada awalnya karena kualifikasi yang kumiliki."

The Prince And The Karate GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang