Intimidasi

4.6K 521 40
                                    

Jason menyesal telah menyetujui pemberian sepuluh persen itu secara bulat. Kalau ia tahu keadaan keuangan Rhea sekarang, ia pasti lebih menyetujui tunjangan bulanan.

Tapi saat itu keadaannya berbeda. Dan alasan Rhea sungguh pas. Ia tak ingin Jason berurusan apapun lagi dengan dirinya setelah mereka cerai meskipun itu secara tidak langsung. Waktu itu ia hanya suka dengan keantikan Rhea meskipun sering dibuat kesal dengan polahnya.

Siapa yang menduga kalau ia malah jatuh cinta, sangat cinta, pada gadis itu.

Rhea tak akan mungkin mau menerima bantuan apapun lagi darinya sekarang.

Astaga.... Sampai mau bayar kuliah saja harus cari beasiswa, kata Jason dalam hati sambil menelungkup sedih di meja kerjanya. Rhe, rasanya tak sanggup lagi. Kangen, Rhe. Kangen.......

Ponsel Jason berdering. Diliriknya nama pemanggil. Ia kembali menelungkup lesu. Ponsel itu kembali berdering.

Huh. "Iya, Helen... Ada apa?"

"Makan siang, yuk? Kawanku baru buka resto baru. Aku yakin kamu pasti suka menunya..."

"Aku makan di kantor dan sudah pesan tadi." Dan seleraku sudah banyak berubah ke makanan sederhana versi Rhea.

"Ayolah, Jason. Kawan-kawan lama kita ingin bertemu lagi setelah sekian lama..."

Kawanmu, Helen. Kawan-kawan sosialitamu. Aku hanya penggembira bagi meriahnya hidupmu saat itu. "Helen...."

"Ya? Bagaimana? Mau?"

"Aku sudah punya istri."

Terdengar decak kesal di ujung telepon. "Tapi kalian segera cerai, kan?"

Jason tidak menjawab.

"Jason?"

"Maaf, kerjaan di kantor masih menumpuk. Aku tidak bisa."

Jason mengacak-acak rambutnya dengan gusar. Urusan perusahaan belum juga kelar, sekarang ia harus menghadapi Helen yang kembali bergerilya mendekatinya.

Ah, Pa... Apa aku bisa menuntaskan semua masalah ini? Papa, seandainya Mama sehat ia pasti bisa bantu. Dan jika menantumu itu..... Jason menghentikan monolog dengan almarhum ayahnya.

Seiring kepergian Rhea, kondisi perusahaan kembali memburuk. Jason meneruskan penyelidikan yang sudah diawali oleh Rhea untuk menemukan pengkhianat yang menggunting dalam lipatan. Beberapa petinggi dalam jajaran dewan direksi menjadi sasaran kecurigaan Jason. Mereka yang dari awal kepemimpinannya sudah menunjukkan gelagat tidak baik.

Rhea, aku butuh bantuanmu, kata Jason dalam hati. Tapi kamu tahu, aku tak sanggup lagi meletakkanmu dalam bahaya demi perusahaan ini. Kamu sendiri yang bilang mereka mengincar semua orang yang berpotensi jadi pewaris keluarga Radyanta. Aku terlalu mencintaimu untuk melihatmu kembali terluka. Tapi hatiku, Rhe, hatiku yang sakit tak bisa berada di dekatmu....

================

Perjalanan menuju kampus sungguh perjuangan berat. Itulah sebabnya Rhea lebih suka tidak terdeteksi. Baru masuk pintu gerbang saja ia sudah dihadang segerombolan cewek yang jelas penggemar Jason, tak peduli status laki-laki itu. Apalagi setelah mendengar kabar perceraian.

"Uuuhh, kasian gadis kampung. Jadi sosialita dadakan semenit terus jadi janda eh melarat lagi..."

"Memang enak jadi mainan..."

Rhea mempercepat langkah berusaha tak menghiraukan mereka.

Lalu giliran beberapa cowok anti Jason yang menghentikannya. Mereka yang merasa kalah ganteng, kalah kaya, kalah segalanya. Tapi di atas semua itu, kalah mental.

The Prince And The Karate GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang