1.6. Mas ngeselin!

4.1K 251 2
                                    

Aurell menggigit bibirnya. Sejak panggilan dia matikan Aurell berfikir yang tidak-tidak tentang pria itu. Seharian ini dia tidak bertemu dengan Ranz.

Aurell menggigit bibirnya keras hingga akhirnya keluar dari bibirnya.

"Shh" ringis Aurell.

Aurell segera berlari kedalam kamar mandi. Kemudian gadis ini melihat dirinya di pantulan cermin.

Aurell mengambil tissue lalu mengelap darah yang masih keluar di bibirnya. Aurell tidak mengerti apa yang sudah dia lakukan.

"Aduh" ringis Aurell saat tangannya menyentuh luka kecil di bibirnya.

"Mas Ranz kenapa?" Tanya Aurell pada dirinya sendiri.

Malam-malam begini Ranz sukses membuat Aurell khawatir.


Gadis itu berjalan di balkon kamarnya. Langit sudah gelap, angin begitu kencang mampu membuat rambutnya yang tidak kepang berantakan.

Aurell mengambil handphonenya dan memencet nomor Ranz disana.

Panggilan berdering tanda handphone pria itu aktif.

Sudah lima kali Aurell menelpon Ranz. Tapi tak ada satupun yang diangkat oleh pria itu. Kekhawatiran Aurell menambah.

Aurell masuk ke dalam rumahnya lalu dengan asal-asalan ia mengikat rambutnya. Gadis itu mengambil jaketnya dan tas Selempangnya berwarna coklat.

Aurell turun kebawah, gadis itu menatap situasi rumahnya. Sepi. Ya, keadaan rumahnya sudah sepi. Sepertinya ayah dan ibunya sudah tidur. Wajar saja ini sudah jam 11 pasti ibu dan ayahnya sudah tidur.

Dengan pelan-pelan dan berjalan cepat hingga sampai di depan pintu rumah gadis itu memukul keningnya.

Dia harus naik apa?

Mana mungkin angkot jam segini ada.

"Mobil?" Gumam Aurell.

Gadis itu menatap sekeliling rumahnya. Disaat umurnya berumur 18 tahun, sang ayah mengadokan sebuah mobil berwarna hitam kepadanya. Aurell rasa dia tidak membutuhkan tapi tidak enak menolak. Jadi gadis itu hanya memakai mobilnya jika saat genting.

Mungkin hari ini juga hari genting. Melihat keadaan Ranz.

Matanya berbinar saat melihat kunci dengan gantungan kepala panda. Itu kunci mobilnya!

Aurell mengambilnya. "Yah, Bu, maaf Aurell gak izin" Gumamnya.

Aurell tidak mungkin izin kepada orangtuanya. Yang ada Aurell tidak dibolehkan untuk pergi kerumah Ranz, terlebih lagi dia pria.

Jalan Jakarta di malam hari tidak perlu ditebak. Pasti akan selalu ramai, bagaikan kota ini tidak ada siang dan malam.

Namun sepertinya Tuhan sedang berpihak pada gadis ini. Jalanan Jakarta tidak seramai biasanya, sehingga Aurell bisa mengendarai mobilnya dengan benar.

Aurell menambah kecepatan mobilnya setelah berdoa dalam hati. Gadis itu menggigit bibirnya, keringat mulai membanjiri, gadis ini takut dengan kecepatan mobil yang dibawanya.

Tapi jika tidak begini. Akan terlalu lama untuk menjawab kekhawatiran Aurell.

***

Ckitt.

Aurell mengehentikan mobilnya di depan pagar tinggi menjulang apartemen Ranz. Gadis itu bernafas lebih dahulu dan memejamkan matanya.

Cewek Cupu vs Bad Boy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang