3.9. siapa Arnold?

2.6K 180 10
                                    

Suara tangisan masih terdengar, sudah sepuluh menit wanita itu menangis sambil mengusap wajahnya. Dua gadis yang terduduk saling memandang bingung apa yang harus ia lakukan, beberapa kali perempuan itu sudah memberikan informasi yang sebenarnya tetapi selalu di jawab oleh tangis.

Aurell mengelus punggung wanita yang menunduk sambil menangis itu. "Tante harus sabar" Aurell menatap Kika sebentar lalu menggenggam tangan ibu Ranz. "Aurell janji bakal cari Ranz" perempuan itu menatap sendu kepada wanita itu.

"Gak perlu!"

Cewek itu tersentak saat melihat Tyiger berjalan kearahnya. "Lho, tumben kesini mas?" Aurell merapihkan poninya yang sedikit mengenai matanya.

"Mau nemuin kamu" Tyiger duduk disamping Aurell, "misi-misi het"  Tyiger menggeser badan Kika yang menempel pada Aurell.

Kika menggeser kan badannya, menatap sinis Tyiger. "Baru dateng udah ngeselin!" Gumam Kika.

Aurell memberi jarak badannya pada Tyiger, perempuan itu merasa tidak enak jika ibu Ranz melihat situasi yang bisa dibilang tidak pantas. "Kan aku udah izin" Aurell menatap Tyiger.

"Ya pengen datang kesini ajah" Tyiger menatap kearah Tante Melati, "sekalian mau bantu nyari Ranz" Jawab Tyiger.

Aurell menatap tak percaya Tyiger. Pria itu bahkan tidak pernah akur. "tumben" Aurell berdiri mengambil tasnya dan mengeluarkan handphonenya lalu duduk kembali. Kali ini disamping ibu Ranz yang jauh dari Tyiger, "biasanya kamu sibuk sama modelnya?"

"Kalau sama sepupu itu harus nomor satu" jawab Tyiger.

Aurell terkekeh sambil membuka aplikasi yang membuktikan sesuatu hal. "Tante" Ibu Ranz menatap Aurell, satu alisnya terangkat, "Aku punya sesuatu hal"

Aurell menunjukkan handphonenya kepada ibu Ranz. "Kemarin ada chat dari Ranz dan aku belum sempat liat, tapi pria itu langsung menghapusnya" Aurell menjelaskan riwayat chat dari Ranz terakhir kalinya.

Handphone itu diambil oleh Tyiger. "Ini seriusan Ranz?" Pria itu menatap Aurell tajam kemudian menggeleng. "Gue chat dia beberapa kali boro-boro di baca, di read juga kagak!" Pria itu kemudian mengembalikan handphonenya.

"Siapa tau Ranz pengen ngucapin sesuatu sama lo Rell?" Kali ini Kika mengeluarkan pendapatnya.

Semua mata tertuju pada Kika, gadis itu langsung menggaruk tengkuknya. "Eh, maksudnya gue ... Kali aja pas Ranz nge-chat lo dia pengen ngucapin sesuatu yang penting. Tapi mengingat dia yang lagi dicari banyak orang makanya dihapus lagi chatnya" Kika menaikan salah satu alisnya "masuk akal gak sih?"

"Bisa jadi sih" Gumam Tyiger. "Tapi ... Terakhir kali sebelum Ranz chat lo, lo lagi ngapain?" Tanya Tyiger.

Aurell memikir sejenak, mengingat terakhir kali ia melakukan sesuatu. "Ngapain ya?" Aurell mencoba mengingat.

"Bukannya ke club ya?"

"Apa ke club?" Ucapan ibu Ranz begitu dingin saat mendengar club.

Aurell menatap Kika, matanya ia picingkan sedangkan Kika hanya mengangkat dua jarinya membentuk V. "Peace" ujar Kika.

"Iya Tante, tapi, ini semua cuman jebakan" Aurell menatap ibu Ranz, "semuanya rencana dari teman Mas Ranz, kita semua ingin menjebak mas Ranz buat Mas Ranz datang ... tapi, mas Ranz gak datang" Jelas Aurell.

"Gue tahu dimana Ranz saat ini!" Tyiger tiba-tiba berdiri. "Ayo Rell ikut gue" Dengan terpaksa Aurell berdiri dan mengikuti pria itu berjalan dengan cepat.

"Tante aku keluar dulu" Aurell menyalimi tangan wanita itu, "Ka, kamu disini dulu. Jaga Tante Melati"

"Hm"

Cewek Cupu vs Bad Boy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang