Permintaan yang sama

3.4K 189 9
                                    

Ranz POV.

Gue benar-benar capek menyimpan rahasia ini, dulu gue bisa aja menanggung semua rahasia ini. Tapi sekarang berbeda. Brella meninggalkan gue membuat gue menjadi patah dan rapuh.

Seharusnya gue gak perlu bantu Brella menjaga rahasia ini. Karena rahasia ini berdampak buruk buat keluarga gue.

Dan seharusnya juga gue udah lenyapin Brella dari awal dia berbagi rahasianya.

Tapi bodoh! Gue justru menjaga wanita itu hanya karena hati nurani gue tersentuh.

Hanya karena Brella menceritakan bahwa dia tidak menganggapnya.

Awal gue ketemu Brella memang gak seindah ekspetasi orang-orang. Gue ketemu cewek itu dekat jalan dengan kondisi kacau dan pingsan.

Setan dari mana yang merasuki gue, gue menolong gadis itu.

"Janji gak akan kasih tau siapa-siapa?"

Gue menatap Brella dengan heran. Mengapa perempuan ini minta di rahasiakan? Padahal jika gue yang menjadi Brella, gue bakal lenyapin 'dia'.

Hati gue hancur berkeping-keping untuk pertama kalinya setelah mendengar cerita Brella.

"Gak bisa gitu aja Brella! Apa lo gak sadar dia--"

"Gue gak mau ada yang tersakiti dengan kehadirannya gue!" Brella menangis.

"Tapi dia brengsek!"

"Gue gak perduli dia brengsek atau apalah itu. Gue cuman gak mau ada suatu yang rusak lagi karena gue, cukup, cukup gue aja yang rusak"

Brella menyeka air matanya. Setelah dua bulan menerima Brella di kehidupannya, Brella mulai menceritakan semuanya.

"Gue mohon Ranz jangan kasih tau siapa-siapa. Percuma lo bilang apapun ke dia, dia gak akan percaya"

Melihat Brella yang menangis dengan perutnya yang mulai membuncit membuat gue ikut terluka.

Dengan amat terpaksa gue menganggukan kepala membuat perempuan itu tersenyum. Ranz tidak mengerti terbuat dari apakah hati seorang perempuan yang disakiti?

Teringat kembali janji yang pernah gue lakukan dengan Brella. Sekarang gue gak tau harus bagaimana.

Gue menatap Aurell yang sedang bengong menatap gue, menunggu lanjutan bicara gue.

"Apa mas?" Tanya Aurell, ini kedua kalinya.

"Gue mau ..." Lagi, gue kayak orang bego.

"Mau?" Beo Aurell.

Jujur, enggak?

Jujur.

Enggak.

"Gue mau pulang!"

Bego! Gue akuin gue bego karena gue terlalu cupu untuk bicara ini semuanya.

Gue merasa belum saatnya rahasia ini meledak.

Tapi jangan berpikir jika hanya gue yang tahu rahasia ini. Ada satu orang yang begitu mengetahui ini.

Aurell menatap datar gue. Sungguh Aurell ingin mencabik-cabik wajah Ranz.

***

Author POV.

Keesokan harinya...

Sejak kejadian dimana Ranz berlagak seperti orang bodoh dihadapan Aurell membuat gadis itu semakin bingung.

Aurell merasa jika Ranz menyembunyikan sesuatu.

Cewek Cupu vs Bad Boy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang