5.5. Pelindung Aurell

2.4K 153 5
                                    

"Thank you"

Aurell mengambil belanjaanya seiring dia memberikan beberapa lembaran uang. Di hari Jumat adalah hari awkard bagi Aurell, tadi siang dia melihat Leo turun disalah satu apartemen. Aurell bukan kepo, cuman dia hanya ingin tahu untuk apa Leo datang kesana. Dan ternyata ia datang untuk menemui Axel.

Menyebalkan, Bodoh, dan tidak tahu diri Aurell lemparkan semua kata-kata itu untuk dirinya.

"Kalau emang mas Leo udah sama Axel kenapa aku masih disini?" Aurell melangkahkan kakinya hingga disebuah taman kecil.

Badannya menduduki sebuah kursi panjang, merilekskan semua tubuhnya yang sangat lelah. Suara getaran handphone dari saku jaketnya, tanpa melihat siapa nama penelponnya Aurell langsung menjawab.

"Yaa halo?"

Belum ada jawaban disana. Gadis itu mengernyit aneh, menatap siapa penelpon itu.

"Haloo?"

Aurell bingung, nomor ini saja bahkan tidak ada di daftar kontaknya. Bukan nomor Indonesia.

"Ga jelas" gumam Aurell ingin mematikan handphonenya.

"Jangan!"

Tangannya berhenti diatas ambang, mulutnya ternganga mendengar suara berat itu.

"M-mas R-ranz?"

"Apa kabar? Long time no see!" Keluhnya.

"Mas Ranz dimana?" Bukannya menjawab pertanyaan Ranz, Aurell kembali bertanya.

"Gimana lo udah ketemu Leo lo?"

Mereka berdua sama-sama tidak saling menjawab pertanyaannya. Justru lebih mengalihkan pertanyaan.

"U-udah"

Aurell menatap keatas langit, ia tidak ingin menangis. Aurell mengedipkan matanya seolah berkata untuk tidak mengeluarkan air matanya.

"Gimana?"

"Hah?"

"Leo udah sadar kan? Gue sebagai adik tirinya turut bahagia"

"Kenapa kamu ngomong gini ke aku? Seharusnya kamu ngomong langsung ke adik kamu mas!"

"Mungkin karena lo calon kakak gue?"

Aurell tak bisa menahan tangisannya. Gadis itu benar-benar menangis kenapa semua orang tidak bisa mengerti perasaanya. Aurell lelah, dia butuh istirahat tapi semuanya mengganggu dirinya.

"Maaf."

"Kenapa harus minta maaf?"

"Maaf maaf maaf maaf!" Aurell mengulanginya dengan suara seraknya. Aurell tidak tahu apa yang ia perbuat, jujur, ini bukan dirinya. Seolah-olah ada jiwa lain di dalam raga Aurell.

"Liat kebelakang, dan saat itu juga matiin handphone lo"

Aurell menurut, beriringan dengan ia menoleh kebelakang dan tangannya yang perlahan bergerak memencet tombol merah.

Cewek Cupu vs Bad Boy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang