1.9. Kembalinya Vani

4.3K 218 7
                                    

Aurell menatap langit kamarnya. Dengan pikiran kacaunya, Aurell mengacak rambutnya frustasi. Kemarahan Ranz berhasil membuat hati gadis ini kembali retak.

Aurell mengangkat pergelangan tangannya yang masih memerah bahkan luka tancap kuku Ranz mulai membiru. Semarah itu'kah pria itu?

Seandainya Aurell dapat mengatakan yang sebenarnya.

Apa Ranz akan menyesal mengatakan ucapan yang menyakitinya?

"Maafin Aurell, mas"

Aurell menitikan air matanya. Entah, Aurell tidak paham mengapa harus sesakit ini?

Mengapa dadanya begitu sesak?

Apa pengaruh ucapan Ranz begitu besar?

Tinggg..

Dering ponsel membuat Aurell cepat-cepat menghapus air matanya.

"Halo?"

"..."

"Oh iya, kenapa mas Tyiger?"

"..."

"Besok? Oke"

"..."

"Nggak usah mas, besok Aurell sendiri aja kesana-nya"

Sejak pemotretan ke-dua di tempat Tyiger, Manajemennya langsung mengontrak Aurell dengan banyak pemotretan.

Aurell merasa dunia tidak sekejam yang gadis itu bayangkan. Aurell yakin Tuhan tidak mungkin memberi cobaan diluar batas kemampuan hambanya.

Ini hanya sebuah progres Aurell menjadi pribadi lebih baik lagi.

Bertemu Ranz juga menguatkan hati Aurell untuk tetap sabar dan rendah hati.

***

"ARRGHHH!"

Ranz melempar buku-buku yang ada di atas nakas. Pria itu berteriak menggelengar sejak masuk ke dalam Apartemennya. Nafasnya sejak tadi tidak stabil, urat-uratnya menonjol tanda pria ini benar-benar marah.

Ranz menonjok tembok kamarnya berkali-kali hingga mengeluarkan cairan darah di tangannya.

"Gue benci sama lo cupu!"

"Sejak dulu, cupu lo itu ngundang ke marahan gue. Semalam lo gak tau betapa malunya gue nungguin lo berjam-jam. CUPU SIALAN!"

Ceklek.

Pintu apartemen terbuka, seorang gadis cantik masuk dengan wajah kaget.

"Ranz! Kamu kenapa?"

Hana. Kekasihnya itu baru saja ingin mendatangi Ranz untuk mengajak jalan-jalan, sejak kemarin Ranz tidak bisa di hubungi.

"Ya ampun Ranz! Kamar kamu kenapa jadi berantakan, kayak kapal pecah tau gak!" Hana menggeleng melihat suana kamar Ranz.

Sejak berjalan menuju Apartemen kekasihnya ini suara teriakan terus saja terdengar membuat gadis satu ini cemas.

Ranz membuang pandangannya ke samping, membuang muka menatap Hana.

"Lo pergi Han,"

"Hah?" Hana tidak percaya ini. "Kamu kok ngusir aku?"

Cewek Cupu vs Bad Boy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang