☔ Prolog ☔

102 19 28
                                    

📖 Happy Reading 📖

Seorang gadis termangu di halte menunggu kedatangan bus yang akan mengantarkannya pulang. Tiba-tiba petir menyentak dengan ganas pada tanah lalu diiringi rintik-rintik hujan. Meskipun hanya gerimis tetap gadis itu harus memeluk tubuhnya sendiri.

Gadis itu menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya sekadar untuk mentransfer kehangatan. "Namaku Rain, tapi mengapa aku takut hujan? Seharusnya aku menyukai saat langit bersedih lalu menangis. Dasar payah!" gumamnya sembari menggigit bibir bagian bawah.

Detik-detik berikutnya langit berseri menampakkan kehangatan yang membuat gadis bermata kecil mengulum senyum tipis. Bau tanah yang baru saja diguyur oleh hujan menciptakan aroma khasnya. Perlahan gadis itu menghela napas lalu bergumam lagi, "Aku harus segera pulang sebelum rintik-rintik hujan jatuh di puncak kepala."

☔☔☔

Awan menggumpal putih di langit ke tujuh. Setiap inchi dapat terlihat hanya arakan awan yang hilir-mudik. Kadang kala mentari bertamu di kala pagi lalu disusul oleh senja di kala sore hari. Tak ada objek lain yang dapat diamati.

"Aku ingin pergi ke bumi, tapi bagaimana caranya?" Pria dengan busana serba hitam bercakap-cakap sendiri. Nalarnya terus bekerja tanpa henti untuk menemukan secuil ide brilian yang harap-harap hinggap di otaknya. Lalu pria itu menyeringai pasti seperti menjumpai sesuatu yang akan membuat dirinya bahagia.

"Haruskah aku melakukan kesalahan agar dihukum dan turun ke bumi?" tanyanya pada diri sendiri. Kemudian si pria beranjak dari duduk dan melangkah dengan penuh semangat menuju persemayaman yang jarang dikunjungi bahkan dilarang. "Aku harus melakukan ini. Benar, aku harus melakukannya." Tekadnya sudah kuat ibarat pilar di gedung-gedung yang gagah.

☔☔☔

Para readers mohon kritik dan sarannya. Saya akan menerima keluh-kesah kalian dan demi kesempurnaan cerita ini juga 😉😉

Thank you very much all ❤❤

Cianjur, 10 September 2018

My RainyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang