☔ Bab 19 - Insiden Misterius ☔

6 3 0
                                    

📖 Happy Reading 📖

Gadis berkulit putih mulus sedang bersenandung di dekat jendela kamarnya. Kadang kala bercengkerama dengan angin yang membawa rindu seseorang. Taburan bintang kecil di langit begitu menghipnotis batinnya.

“Apa yang kau pikirkan?” tanya pria yang menyandarkan tubuhnya di dinding dekat jendela.

Rain menoleh pada sosok yang mengajaknya berbicara. “Bukankah kau bisa membaca pikiranku? Lalu kenapa kau bertanya seperti itu?” tanyanya dan kembali menatap langit yang bersinar terang.

“Hanya sebatas basa-basi saja,” tukasnya santai. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana. Lalu Welkin membalikkan badannya untuk berhadapan langsung dengan gadis yang sedang murung.

“Kau berpikir mengapa orang tua angkatku sangat mirip dengan orang tua kandungmu yang hilang tanpa jejak?” imbuh Welkin mewakili pikiran gadis yang enggan memamerkan jejeran giginya.

Kemudian Rain memutar lehernya agar berpapasan dengan pria berjubah hitam itu. “Menurutmu bagaimana?” tanya baliknya.

Welkin menggelengkan kepalanya pelan. “Entahlah. Aku tidak tahu jelas seperti apa,” ucap Welkin dengan raut wajah berbeda dari sebelumnya.

“Bagaimana dengan orang tua kandungmu?” kata Rain penasaran karena pria gagah itu tak pernah menceritakan tentang dirinya.

Flashback On

Lagi-lagi hujan turun begitu lebat dan halilintar saling memaki dengan keras hingga memekak gendang telinga. Jalanan beraspal sangat licin ketika dilanda guyuran air hujan.

Pria berumur 45-an sedang mengemudi dengan diuji oleh jalanan yang tak bersahabat. Keterampilan dalam memainkan stir patut diacungi jempol.

“Ayah, pelan-pelan menyetirnya!” titah wanita berumur 40-an yang berada di sampingnya.

Pandangan matanya masih fokus ke depan. “Iya, aku sedang berhati-hati. Jangan khawatir!”

“Anak-anak, kalian baik-baik saja?” tanya seorang ibu sembari menengok ke kursi belakang.

“Ya, Ibu. Kami baik-baik saja,” kata anak dengan dagu terbelah.

“Benar, kami baik-baik saja,” tambah anak lain dengan tahi lalat di ujung hidung.

Mereka adalah anak laki-laki yang bersaudara dan selisih usianya tidak terlalu jauh.

Mendadak kendaraan beroda empat itu hilang kendali karena rem blong serta stir yang sudah tak keruan. Laju mobil entah ke mana tujuannya. Berbelok-belok ke sana kemari.

Bruk!

Mobil berwarna hitam itu menabrak pohon dengan diameter batang yang besar serta menjulang tinggi. Lalu daun-daun yang sudah diguyur oleh hujan melambai-lambai meminta tolong.

Seketika mobil tersebut mengepul asap dan keadaan sudah ringsek. Sementara korban yang berada di dalam sudah terkapar lemah. Banyak aliran darah yang mengucur dari kepala mereka.

Anak laki-laki dengan dagu belah yang bernama Welkin itu mengerjapkan matanya. Ia melihat orang tua dan saudaranya masih tak sadarkan diri.

Beberapa menit kemudian, Welkin pingsan lagi karena merasakan sakit yang luar biasa dibagian kepalanya. Mungkin akibat terbentur kaca mobil dengan keras.

Welkin terbangun di tempat yang asing menurutnya. Sesekali ia memijit kening serta pelipisnya karena masih merasa pusing dan sakit.

“Aku di mana?” lirihnya amat pelan.

My RainyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang