☔ Bab 23 - Kepingan Memori ☔

1 4 0
                                    

📖 Happy Reading 📖

Beberapa menit yang lalu, baru saja terjadi kesalahpahaman antara Rain dengan sahabatnya. Syukurlah masalah ini tidak terlalu melebar karena sudah dijelaskan secara kronologis.

Ting-tong!

Ada seseorang yang memencet bell rumah Kanopy. Entah siapa yang datang karena pintu masih tertutup rapat. Kemudian si pemilik rumah beranjak dari duduknya.

“Biar aku saja yang membukanya,” ucap Kanopy dengan mata melihat ke arah pintu berwarna cream. Semua orang hanya diam saja pertanda menyetujui.

Perlahan tangannya bergerak lalu memutar handel pintu dan terbukalah. Lalu menghadirkan sosok yang membelakangi Kanopy dengan pakaian khas serba hitam. Mulanya Kanopy merasa heran karena tidak tahu siapa orang tersebut.

“Siapa kau?” tanya Kanopy yang berada di ambang pintu.

Orang tersebut membalikkan badannya untuk berhadapan langsung dengan tuan rumah. Pelan-pelan ia mengangkat kepalanya dan bertatapan dengan Kanopy.

“Siapa kau?” Kanopy mengulangi pertanyaannya.

Sosok itu melangkahkan kakinya ke belakang satu langkah sembari memijit pelipisnya yang dirasa nyeri dan merintih kesakitan. “Aw!” Ia memejamkan kedua mata dengan kerutan di keningnya.

Kanopy hanya berdiam diri saja memerhatikan kejadian yang ada di depannya. Ia mulai merasa bingung dengan orang ini. Datangnya pun masih jadi misteri.

Pelan-pelan kesakitan itu menghilang dan pada saat itu pula ia seperti melihat bayangan-bayangan aneh menghantui pikirannya. Namun, entah apa sebenarnya.

“Rain. Aku sedang mencarinya. Di mana dia?” ujarnya dengan nada dingin.

“Siapa kau?” Untuk ketiga kalinya Kanopy mengajukan pertanyaan yang sama.

Wajahnya tak mengekspresikan apapun dan begitu mengerikan saat bertatapan dengan  kedua bola matanya yang tajam lalu berkata, “Kau tidak perlu tahu.”

Kemudian kepalanya sedikit menyelidik keadaan di dalam sambil berteriak, “Rain! Kau pasti ada di dalam. Keluarlah!” Ini amat merusak gendang telinga.

Tangan Kanopy menyentuh bahu pria itu dengan kasar. “Kau sangat tidak tahu sopan santun. Pergilah!” bisik Kanopy tepat di telinga orang yang mengajak ribut itu.

Tak disangka teriakan berisik tadi mampu mengundang orang-orang yang berada di dalam berbondong-bondong ikut keluar. Semata-mata untuk menyaksikan keributan yang ada.

Rain orang pertama yang keluar dari rumah dan langsung disuguhkan dengan pemandangan yang mengejutkan. Ia tengah menatap sosok berbusana serba hitam dengan raut wajah tak keruan lagi.

“Welkin!” panggil Rain dengan suara pelan, tapi masih terdengar jelas oleh orang yang berada di sampingnya yakni Kanopy.

Kanopy memfokuskan pandangannya pada Rain. “Kau mengenalnya?” tanyanya tak percaya.

“Iya,” jawab pendek dari Rain.

Rain mendekati posisi Welkin lalu bertanya, “Apa yang kau lakukan di sini?”

Welkin melihat gadis itu dengan mimik wajah khawatir. Namun, seketika hilang karena melihat bahwa Rain dalam keadaan yang cukup baik. Tanpa berpikir panjang Welkin langsung memeluknya di tengah kesunyian.

Orang-orang yang berada di sana menatapnya penuh pertanyaan. Menyadari akan hal itu mereka melepaskan pelukannya lalu bercengkerama tanpa mengindahkan orang sekitar.

“Syukurlah kau dalam kondisi yang baik-baik saja. Ketika hujan aku berada di langit ke tujuh dan merasakan nyeri di dada. Saat itulah pikiranku langsung tertuju padamu. Mungkin pada saat itu kau dalam keadaan yang buruk,” jelas Welkin sembari mendaratkan kedua tangannya di pipi Rain.

My RainyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang