☔ Bab 13 - Hujan Datang, Dia Pergi ☔

9 5 0
                                    

📖 Happy Reading 📖

Tik-tik-tik!

Suara hujan yang mengetuk jendela mengajak bercengkerama sebentar. Rasa dingin pun semakin menerobos masuk melalui celah-celahnya. Welkin yang sedang melaksanakan tugas dari Rain yakni memberi makan Kuchi langsung mengalihkan pandangannya pada jendela.

“Makanlah! Aku akan pergi dulu,” ucap Welkin sembari berdiri tegak. “Selama aku pergi jagalah tuanmu. Aku pergi tidak akan lama,” lanjut Welkin dan segera beranjak dari posisinya.

Ia berjalan menuju kamar lalu menatap kertas putih berukuran besar yang menempel di dinding. Welkin sedang menatap dirinya sendiri. Tiba-tiba saja ia menghilang. Tidak, dia tidak menghilang. Dia ada. Dia berada di dalam poster itu.

Setelahya poster itu melayang ke arah kotak dan bersemayam di dalamnya. Satu, dua, tiga, dan hilang. Poster itu hilang bersamaan dengan kotak. Langit semakin bersedih dan terus-menerus mengalirkan butiran-butiran kepedihannya.

☔☔☔

Rain membuka pintu rumahnya dengan semangat yang sudah turun. Namun, beberapa menit yang lalu ia merasa dirinya terbang di atas awan. Sekarang ia merasa terhempas ke atas tanah dan merasa ada sesuatu yang hilang pada dirinya.

“Meow ... meow .... “ Kuchi berlarian menghampiri Rain dari arah dapur. Seketika itu juga semangatnya langsung berubah karena merasa energinya telah kembali.

“Kau sudah makan?” tanyanya biarpun tak mengerti bahasa kucing. “Meow ... meow ....” Sudah jelas kalau Kuchi akan mengeluarkan suara yang sama.

Tiba-tiba saja Kuchi berjalan menuju pintu kamar Welkin. Lalu kucing itu sebentar berbalik ke belakang. Rain masih berada di tempat yang sama. Tak bergerak sejengkal pun. “Meow ... meow .... “ Saat ini Kuchi seperti berkata, “Ayo, ikuti aku! Jangan diam saja.”

Rain pun mengerti pola pikir dari hewan peliharaannya itu. Ia mulai melangkahkan kaki dan mengikuti ke mana Kuchi pergi. Sesampainya di depan pintu kamar, Rain merasa heran hingga dapat melukiskan garis-garis kerutan di keningnya.

“Kenapa pintunya tertutup rapat? Biasanya akan terbuka meskipun hanya sedikit,” tutur Rain tetap memandang pintu berbahan kayu jati yang kuat.

Perlahan tangan kirinya mulai bergerak mendekati handel pintu berwarna kuning emas itu. Sekali dorongan dari tangannya pintu itu mulai terbuka. Tidak ada siapa-siapa. Biasanya ia akan melihat Welkin yang sedang bertapa di atas kasur.

“Ke mana dia?” Pikirannya bertanya-tanya kebingungan.

Satu langkah kaki kanannya memasuki kamar dilanjutkan dengan kaki kiri dan seterusnya. Ia melihat ke sekeliling kamar. Tak ada yang aneh. Namun, mendadak kedua matanya terpaku pada dinding yang sebelumnya ada sebuah poster yang menempel dengan indah.

“Ke mana posternya?” Pertanyaan selanjutnya ia lontarkan.

Kemudian matanya berjalan-jalan melacak keberadaan kotak. Rain yakin bahwa kotak itu terletak di bawah jendela dekat kursi. Akan tetapi, kotak itu juga hilang tanpa jejak.

“Ke mana kotaknya?” Tak henti-henti ia bertanya pada diri sendiri.

Rain pergi meninggalkan kamar yang pernah memberikan kenangan haru pada dirinya di masa lalu. Sekarang di hari ini ia mengalamainya lagi. Kehilangan seseorang yang pergi tanpa jejak.

“Mungkin kesalahannya sudah terbayar dan dia kembali menuju langit ke tujuh.” Begitulah asumsinya untuk saat ini.

Rasionya benar-benar kosong. Tak sanggup memikirkan hal yang berat dan dapat memusingkan kepalanya. Kuchi, si kucing peliharaan yang akan mendengarkan seluruh keluh-kesah setiap detiknya.

My RainyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang