Rasa benci itu sangat besar, tapi jauh di dalam lubuk hatinya ada terselip rasa cinta.
Gadis bernama Park Jihoon itu tidak mengetahui apa yang membuat Woojin sangat membencinya. Tapi sebesar apapun rasa benci Woojin terhadapnya ia akan tetap mencint...
" Ayah . . . Jihoon pulang " Jihoon berjalan masuk kedalam rumahnya, di liriknya jam besar bergaya klasik di dekat pintu ruang tengah rumahnya, ia merasa tak biasa dengan suasana rumahnya saat ini, padahal jam baru menunjukkan pukul 9 malam, dan biasanya ia selalu melihat sang ayah yang selalu asik menonton siaran berita favoritnya di jam seperti ini. Tapi sekarang rumahnya malah sepi dan hanya lampu dapur saja yang menyala. " Ayah . . . Apa ayah sudah tidur " lanjutnya lagi, namun tak aja jawaban dari Hoonyeong. Akhirnya ia memutuskan untuk melihat ayah nya di kamar dan siapa tahu sang ayah sedang sakit.
Tok
Tok
Tok
" Ayah, Jihoon masuk ya " Masuklah ia kekamar ayahnya, dinyalakan nya lampu utama kamar ayahnya " Loh ayah tidak ada dikamar "
tuuuutt tuuuttt
Bunyi sambungan telpon . . .
(Nomor yang anda tuju sedang di luar jangkauan, cobalah beberapa saat lagi)
" Kenapa tidak aktif "
Jihoon berjalan gontai kearah sofa, ia melemparkan tas nya kesembarang tempat dan menghempaskan tubuhnya kesofa tersebut. Ia sangat khawatir pada ayahnya, karena tak biasanya Hoonyeong pergi di malam hari seperti ini kalau tidak ada urusan dan tak biasanya juga lelaki paruh baya itu tidak meninggalkan pesan untuk anaknya jika ingin pergi.
PRANKKK
Jihoon terperanjat dari pejaman matanya karena mendengar sebuah benda pecah dan sepertinya itu adalah bunyi pecahan kaca. Jihoon perlahan berjalan untuk melihat kearah bunyi pecahan itu. Keringat dingin nya mulai bercucuran. Sebenarnya ia takut sekali kalau-kalau itu perampok. Sesaimpainya di dekat jendela besar di ruang tamu, Jihoon meraih stik golf milil ayahnya. Dengan sedikit mengendap-ngendap, ia mendekat kearah sumber suara dan benar saja bunyi tadi adalah bunyi pecahan kaca. Ia tidak ingin menyalakan lampu ruangan nya, karena jika menyala pasti si pelaku akan tau kalau di rumah itu ada penghuninya.
BRAKK
Jihoon menabrak sebuah kotak berukuran sedang yang tertata rapi. " kotak apa ini " tanya nya dalam benak " ia meraih kotak itu dan membukanya.
AKKHHH
Jerit nya tak bisa tertahan lagi, saat kotak itu sudah terbuka. Kotak yang penuh dengan darah segar dan bangkai tikus yang sudah berbau busuk. Di dalamnya ia juga melihat sepucuk surat yang beruliskan ' bersiaplah untuk kehancuran mu '
Jihoon menjerit ketakutan dalam gelap yang sunyi senyap itu. " Ayah . . . Jihoon takut " ia terduduk di peraduannya, ia takut sungguh takut.
Ia meraih ponselnya yang ia letakkan di saku celana nya.
Tuuuuttt tuuuutttt
(Nomor yang anda tuju sedang di luar jangkauan, cobalah beberapa saat lagi)
" Kenapa ponsel ayah tidak aktif sih "
Terus dan terus ia coba untuk menghubungi ayahnya, namun tetap saja ponsel Hoonyeong tidak kunjung aktif.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.