Woojin terkejut mendengar sang appa memanggil, begitu pula dengan Jihoon yang tengah asik memainkan tanaman didalam pot yang ada di meja belajar Woojin. Sontak rasa takut kini mulai hinggap di hati Woojin, ia tidak tau untuk apa sang appa memanggilnya. Dengan langkah yang pelan dan hati yang terus di gerayangi rasa takut ia keluar sambil di iringi Jihoon di belakang nya.
Mata appa bagai memancarkan kilatan-kilatan petir yang menakutkan yang sukses menambah kerja jantung Woojin dua kali lebih cepat. Sepanjang jalan menuju appa Woojin selalu mengarahkan pandangan nya kelantai, ia tak sanggup untuk melihat obsidian hitam sang appa.
" Woojin, kemarilah " ucap appa sambil melambaikan tangan nya. Woojin pun mengikuti apa yang di instruksikan appanya. " beri salam pada Hoonyeong samcheon " Woojin pun membungkuk kan setengah badannya kearah Hoonyeong tanda ia memberi salam pada lelaki paruh baya itu.
" Aigoo, kau tampan sekali nak " ucap Hoonyeong sambil membelai pipi berisi Woojin. Woojin pun membalas dengan senyuman termanisnya. " dia mirip sekali dengan mu Yeongjae ". Yeongjae terkekeh sembari mengulaskan smirk nya.
Setelah sesi bertemu dengan Woojin selesai, Hoonyeong dan Jihoon berpamitan untuk pulang.
.
.
.
.
.
.
.Woojin tersenyum manis sampai menenggelamkan kedua matanya di balik kelopaknya kearah Jihoon sambil melambaikan tangan mulus kecilnya.
Pandangan Yeongjae melekat pada wajah Woojin yang tengah tersenyum nan tulus. Entah perasaan apa yang sekarang tengah menyelimuti hati lelaki bertubuh tegap itu saat ia memandangi wajah anak semata wayangnya, senyumnya begitu murni dan suci melebihi kermurnian sumber mata air di kaki gunung.
Lebih tepat nya ada sedikit terselip rasa bersalah di hatinya karena selama ini ia terlalu memperlakukan Woojin di luar batas kemampuannya, ia hanya anak kecil berumur 8 tahun yang tidak tau apa-apa, bahkan tidak ada sedikit pun raut wajah nya yang menunjukkan bahwa ia sedang terpuruk.
Tapi tidak mungkin ia tidak merasa terpuruk atas apa yang sudah di lakukan oleh appanya, ia cuma anak kecil yang haus akan bermain dengan teman seusianya, namun Yeongjae selalu melarang dan mengurung nya bagai hewan peliharaan yang sewaktu-waktu boleh keluar atas perintah sang majikan.
Woojin kembali menunduk dan menyembunyikan senyum nya di balik bibir tipis nya kala ia menyadari bahwa appa nya masih berada di sampingnya.
Yeongjae tak menghiraukan apa yang di lakukan Woojin ia hanya berlalu masuk kedalam rumah meninggalkan Woojin sendirian di teras.
.
.
." Suami ku, Woojin mana " tanya sara yang baru keluar dari kamar mereka
" Di luar " balas nya singkat
" Kenapa tak di ajak masuk "
" Dia bisa masuk sendiri tanpa harus ku ajak " setelah itu Yeongjae masuk kekamar.
Sara langsung mengikuti suami nya untuk masuk kekamar " Yeongjae, ku mohon berhentilah bersikap dingin pada anak mu sendiri "
Yeongjae masih terdiam sambil membuka lemari untuk mengambil bajunya
" Yeongjae, ku mohon berhenti bersikap dingin pada Woojin, dia tidak tau apa-apa dia hanya anak kecil Yeongjae "
Yeongjae berbalik menghadap pada sara sambil menghela nafas " maaf, aku tidak bisa bersikap manis pada anak itu "
" Anak itu !!!!!! dia anak mu, anak kandungmu Yeongjae "
" Aku tau dia anak kandungku tapi aku tidak menginginkan kehadirannya " sergah Yeongjae

KAMU SEDANG MEMBACA
I'll wait till you come back to love me--- [2park] ✔
RomanceRasa benci itu sangat besar, tapi jauh di dalam lubuk hatinya ada terselip rasa cinta. Gadis bernama Park Jihoon itu tidak mengetahui apa yang membuat Woojin sangat membencinya. Tapi sebesar apapun rasa benci Woojin terhadapnya ia akan tetap mencint...