Part 8

986 126 32
                                    

11 tahun kemudian

" Woojinna " panggil seseorang sambil berlari kearah sahabat nya yang tengah duduk di bangku taman sekolahnya sendirian sambil memandangi sebuah kertas bermap warna hitam.

Woojin menoleh kearah sumber suara yang menurutnya sudah sangat tidak asing lagi di telinganya. Woojin tersenyum mendapati orang itu tengah memeluknya erat. " Jihoonna " ucap Woojin pelan.

Jihoon terlihat senang hari ini pasalnya hari ini adalah hari kelulusan mereka berdua dari sekolah menengah atas. Namun sangat berbeda dengan Woojin ia nampak tak bersemangat setelah pengumaman kelulusannya. " Woojin kenapa wajahmu terlihat sedih, kau lulusan terbaik sekolah ini . . . Buat apa kau bersedih ? " ucap Jihoon sarkas.

Woojin menghela nafasnya, dada nya terasa sesak " bukan itu yang ku sedihkan, tapi aku sedih . . . Kenapa di saat hari yang membahagiakan seperti ini orang tua ku tidak datang "

Jihoon merubah ekspresi nya seketika saat mendengar ucapan Woojin, ia sangat mengerti dengan keadaan sahabat nya. Jihoon duduk di sebelah Woojin lalu meraih kedua tangan Woojin untuk ia genggam " mungkin orang tua mu sedang sibuk makanya beliau tidak bisa hadir . . . Lagian kan ada aku disini buat nemenin kamu . . . Kita udah berjuang begitu lama untuk menunggu hari ini datang, dan sekarang waktu itu udah tiba, dan kau harusnya bahagia dong " Jihoon memeluk kembali tubuh sahabatnya penuh dengan perasaan. Dan tanpa sepengetahuan gadis bertubuh mungil itu, Woojin menyembulkan satu senyuman yang entah apa artinya senyuman itu.

Woojin melepaskan pelukan Jihoon dan berganti untuk menggenggam kedua tangan mulus Jihoon " Jihoonna terimakasih banyak karena selama ini kau terus ada di sampingku, aku tak tau harus membalas kebaikanmu dengan apa . . . Aku beruntung sekali karena mendapatkan sahabat sebaik dirimu "

Jihoon tersenyum manis sekali hingga membuat sepasang mata yang ada di depan nya merasakan sebuah kehangatan yang sangat luar biasa. " ini sudah kewajiban ku sebagai seorang sahabat Woojinna "

Woojin terdiam dan menatap lekat kedua bola mata Jihoon, ia merasakan sesuatu yang aneh di dalam hatinya. Ia merasa ada sesuatu yang menjalar di seluruh tubuh tatkala ia memandang wajah teduh Jihoon. " Jihoonna "

" Hemm " Jihoon hanya menanggapi nya dengan deheman

" Emm . . . Aku ingin minta maaf sebelum nya padamu "

Jihoon mengernyitkan dahinya " untuk apa ? "

" Sebenarnya . . . Aku sudah lama ingin mengatakan ini padamu . . . Aku . . . Aku ingin kau menjadi lebih dari sahabat buat ku "

Jihoon semakin di buat tak mengerti dengan ucapan Woojin " maksudnya "

" Kita sudah lama bersahabat . . . Dan dalam persahabatan antara lelaki dan wanita tidak ada yang murni hanya memandang sebuah persahabatan . . . Dan itulah yang kurasakan saat ini Jihoonna "

Jihoon semakin menanarkan pandangan nya bingung

" Maukah kau jadi kekasih ku Jihoonna "

Jihoon terkejut amat sangat terkejut dengan ucapan Woojin, ia melepaskan tangannya dari genggaman Woojin dan berbalik kesembarang arah agar ia tak memandang wajah berharap Woojin. Tapi kalau boleh ia jujur ia pun juga merasakan hal yang sama dengan Woojin, ia sudah memendam perasaan ini dari kelas 2 SMP namun ia takut untuk mengutarakan itu dan ia juga takut kalau Woojin akan meninggalkan nya.

Tapi perasaan tak bisa di bohongi Jihoon sangat menyayangi Woojin. Lebih dari sahabat. Bahkan perasaan cinta pun tumbuh seiring waktu berjalan. Dalam persahabatan antara wanita dan lelaki tak ada yang murni karena sayang sebagai sahabat saja.

Cinta tak bisa di genggam namun bisa dirasakan. Tak dapat di pungkiri rasa itu memang sudah menjalari hati keduanya. Bahkan Jihoon kerap merasa marah saat Woojin dekat dengan gadis lain yang hasilnya ia akan mendiami Woojin berhari-hari.

" Emm . . . Sebenarnya . . . Aku pun merasakan hal yang sama terhadapmu Woojin "

Woojin tersenyum dalam diamnya, bolehkah ia berharap kalau Jihoon juga mencintainya ?

" Sebenarnya . . . Aku juga mencintaimu, lebih dari sahabat "

" Itu artinya kau menerima ku kan " ucap Woojin antusias

Jihoon mengangguk dengan riangnya sambil tersenyum.

Woojin langsung memeluk Jihoon dan lengkaplah sudah kebahagiaannya.

" Tapi kau harus janji, apapun yang terjadi kau tidak akan meninggalkan ku " ucap Jihoon

Woojin melepaskan pelukan nya dan meraih tangan kanan Jihoon dan meletakkan nya di atas dada nya " apa kau merasakan detak jantungku " Jihoon mengangguk lucu " selama detak jantung ku masih ada, aku bersumpah tidak akan meninggalkanmu apapun yang terjadi "

Akhirnya mereka berdua tersenyum bahagia di tengah hari yang panas ini.

.
.
.
.
.

Pukul 2 siang Woojin kembali kerumahnya masih menggunakan baju toga berwarna hitam lengkap dengan topinya, ia berjalan dengan riangnya masuk kedalam rumah nya. Ia melihat appa nya tengah duduk bersantai di sofa ruang keluarga. Woojin mendekati appa nya perlahan berniat untuk menunjukkan nilai kelulusannya yang memang sangat memuaskan. " appa aku meraih peringkat pertama se SMA ku " ucapnya dengan nada yang begitu senang, namun berbeda dengan ekspresi wajah appanya, lelaki berumur 46 tahunan itu tak menunjukkan ekspresi apakah ia bahagia ataukah sedih mendengar anak sematawayang nya meraih nilai bagus.

Yeongjae hanya berdehem untuk menjawab ucapan Woojin dan berlalu pergi meninggalkan lelaki tampan itu sendirian dengan raut wajah yang sulit untuk di artikan. " apakah sesulit itu untuk appa menghargai kerja kerasku " gumamnya dalam hati.

Woojin berjalan menuju kamarnya dengan rasa sakit hati yang sangat menyakitkan, sesekali ia menyeka airmatanya yang terus jatuh dengan mulusnya menyentuh baju toga kelulusannya.

Woojin pov

Aku tau aku bukanlah anak yang dikehendaki oleh appa, hati ku selalu merasa sakit saat appa tidak menghargai kerja kerasku, selama ini aku sudah rela dikurung, sudah ikhlas menerima kebencian appa tapi tidak bisakah appa memberi sedikit cintanya untuk ku. Sebegitu bencinya kah appa padaku.

Aku memiliki keluarga tapi aku tidak merasakan kehadiran mereka disisi ku terutama appa. Dulu waktu pertama kali aku memasuki sekolah menengah pertama, aku sangat iri melihat teman-teman ku di antar oleh orang tua lengkapnya. Aku juga ingin merasakan itu. Tapi kesedihan ku sedikit berkurang karena kehadiran Jihoon, gadis itu selalu ada buat ku, selalu menghibur ku. Jika kalian ingin tau definisi sahabat sejati seperti apa, lihat lah Jihoon dialah definisi yang pas untuk menggambarkan seorang sahabat sejati. Tapi seiring waktu yang menggiring kami. Rasa cinta terhadap Jihoon mulai tumbuh di hatiku, rasa ingin menjaga nya lebih dari sahabat terus menyeruak. Aku tak bisa membalas kebaikan nya dengan fisik tapi aku bisa membalas kebaikannya dengan hatiku. Aku telah menganggap Jihoon adalah separuh nafas ku yang telah lama hilang, ia sudah memekarkan bunga di taman hatiku. Terlepas dari benci nya appa terhadapku itu semua telah terbayar oleh kehadiran sosok malaikat tak bersayap yaitu Park Jihoon. Aku sangat mencintainya lebih dari diriku sendiri.















Hai hai hai lama ya udah gak up ff ini, lama gak sih, gak tau ah. Iya aku lagi fokus sama Love Struggle. Jadi ff lain gak keurus. Hehe maafkeun aing ya yeoreobundeul.

Kalo buat yg love of fantasy gak up itu alasannya karena bingung mau bikin alur mimpinya kya apa. Kalo aku sembarangan up ntar ceritanya malah ngebosenin.

Kalo buat yang oh my beautiful ghost gak tau dah tu setan setan di sana lagi ngapain wwkwk buntu bngt aing. Sumpah

Tapi di usahain up kok 😊

Dah mau bilang itu ajah














Salamsayang

Nunnasikembar 😘😘😘😘😘

I'll wait till you come back to love me--- [2park] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang