Rasa benci itu sangat besar, tapi jauh di dalam lubuk hatinya ada terselip rasa cinta.
Gadis bernama Park Jihoon itu tidak mengetahui apa yang membuat Woojin sangat membencinya. Tapi sebesar apapun rasa benci Woojin terhadapnya ia akan tetap mencint...
Putar musik nya di tanda ini •°• • • • • • • • • • • •
Jihoon amat sangat terkejut ketika seseorang menarik lengannya secara tiba-tiba " aww sakit " ringisnya kesakitan saat lengan nya di cengkram begitu kuat. Punggung Jihoon terhempas ke dinding begitu kuatnya " mau apa lagi kau "
Orang itu menyunggingkan smirk jahatnya " aku dengar ayahmu masuk penjara ya . . . Duuh kasian sekali tuan putri " ucapnya sambil menepuk-nepuk pelan pipi Jihoon
Jihoon memicingkan kedua matanya " darimana kau tau "
" Ck, apapun itu aku pasti tau Park Jihoon " orang itu lebih mendekat pada Jihoon dan memain-mainkan rambut Jihoon yang tergerai " dengar ya, orang tuamu dan Woojin sudah membuat keluargaku hancur berantakan, jadi jangan harap memiliki kebahagiaan selama aku hidup "
" Apa maksud mu "
" Kau masih tidak mengerti . . . " PRANKKK " DASAR WANITA BODOH " sebuah tamparan melesak kuat di pipi mulus Jihoon hingga kepala Jihoon membentur dinding, pelipis nya berdarah, sudut bibir nya memar " tamparan itu masih tidak seberapa dengan rasa sakit yang keluarga ku rasakan "
Jihoon hanya bisa terdiam sambil menahan rasa sakit di kepala nya. Belum selesai hatinya sakit kini fisik nya juga merasakan sakit. Kenapa hidup begitu kejam, apa salah Jihoon hingga Tuhan menghukumnya sekejam ini.
" Aku tidak akan membiarkan mu hidup tenang Park Jihoon . . . Camkan itu "
Tubuhnya lemah, hatinya lemah semua lemah. Belum selesai satu masalah sudah datang masalah lain. Menyedihkan sekali hidup ini. Tidak, tepatnya hidupnya lah yang menyedihkan. Ia hanya mampu terisak sembari memegangi dada nya yang terus berdenyut kencang, rasa sakit di wajahnya tak seberapa dengan rasa sakit di hatinya.
Dengan sisa-sisa tenaganya, ia mencoba bangkit dari tempat itu. Berjalan gontai, kepala nya terus saja mengeluarkan darah, penglihatannya sudah mulai buram, keringat dingin terus mengalir.
Akhirnya ia pun sudah tak mampu lagi menahan rasa sakit di kepalanya dan . . .
Braakk
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Malam pun tiba, suasana mencekam di koridor kampus begitu terasa, dingin, sepi dan senyap. Tak ada satu pun orang disini. Bahkan satpam pun tak ada. Tapi Jihoon masih belum sadarkan diri, ia masih tergeletak di lantai.
Di kejauhan terlihat sebuah sorot lampu yang mungkin itu adalah cahaya dari lampu senter.
" Dimana ya aku meletakkan laporan itu " ucap orang yang memegangi senter itu.
Seketika langkah orang itu terhenti di antara perempatan koridor, ia menajam kan penglihatannya kesuatu sudut " siapa itu ? "
Perlahan ia mendekat kearah objek yang ia lihat. Saat wajah sang objek terlihat " Jihoon "