xviii. dari eunbin

71 26 2
                                    

"hai," sapa seorang gadis yang baru saja masuk kedalam cafe untuk menemui seorang laki-laki yang juga menatapnya sambil terenyum tipis.

"apa kabar?" tanya jinyoung. 

yang ditanya terkekeh sambil menarik kursi. "kabar apaan, orang tiap hari ketemu."

"ya walaupun nggak pernah negor," sambungnya.

jinyoung menunduk menatap dasar cangkir teh yang sengaja ia pesan untuk menemaninya menunggu sang gadis. kemudian, "maaf aku nggak maksud." katanya, yang sebenarnya lebih mirip seperti gumaman.

"nggak maksud yang bagian mana nih? bagian nggak nyapa atau yang mana?" eunbin, gadis itu memutar kedua bola matanya, sebelum terkekeh.

jujur, dia sangat rindu pada jinyoung. laki-laki yang saat ini di hadapannya, namun juga terasa jauh dari jangkauannya.

"dua-duanya," jawabnya pelan.

eunbin mendengus geli. matanya lekat menatap jinyoung, bibirnya mengulum senyum yang sarat akan kerinduan. 

mereka berdua terdiam. sama-sama larut akan kesibukan terhadap diri mereka masing-masing. 

"jadi, tujuan kita disini ngapain ya?" kata eunbin. merasa agak aneh dengan atmosfer yang menyelimuti keduanya.

"kamu nggak nyuruh aku kesini buat ngajak balikan kan?" katanya. kemudian terkekeh.

mendengar kalimat eunbin, jinyoung langsung gelagapan. matanya menatap balik mata eunbin dengan sorot setengah kaget.

"e-enggak kok." 

"elah santai kali, aku bercanda," eunbin terkekeh, menelan ludahnya, kemudian ia kembali bertanya, "gimana sama yoojung?"

jinyoung tersentak agak kaget mendengar nama gadis yang akhir-akhir ini sering tergambar diotaknya. nggak munafik juga, jinyoung kangen yoojung yang sekarang semakin dekat sama rocky.

untung eunbin nggak bisa baca hati orang. kalau iya, pasti nggak kebayang rasanya.

jinyoung berdehem, membersihkan tenggorokan sekaligus menutupi rasa gugup. "apanya yang gimana?"

"ya kan kamu suka," goda eunbin. menyembunyikan fakta bahwa hatinya sedikit tidak terima. 

jinyoung mengusap tengkuk sambil agak menunduk, "maaf."

eunbin tertawa sumbang. "nggak usah maaf kali young," air mata mulai mengumpul di ujung matanya. siap meluncur sekali ia berkedip.

"hati orang, perasaan orang, nggak ada yang tau, nggak ada yang bisa nebak. kita nggak tau kita bakal suka ke siapa. hari ini, besok, lusa." eunbin menghela nafas panjang sebelum melanjutkan, "hati manusia tuh... susah young," dia tertawa, bersamaan dengan air mata setitiknya yang meluncur.

"kalau kamu suka sama yoojung, ya perjuangin. masalah besok, nanti, lusa itu persoalan nomer dua puluh tujuh. yang penting sekarang. kalau kamu suka yoojung sekarang, ya perjuanginnya sekarang." 

"anjir lah, bangga gak lo punya mantan kaya gue?" eunbin menaik-naikkan alisnya. masih dengan hidung merah dan ingus yang kemana-mana.

"kenapa harus nomer dua puluh tujuh?" jinyoung menyerahkan sapu tangannya sambil menatap eunbin dengan dahi berkerut bingung.

"ya gue pengen aja. mau gue ganti jadi nomer lima puluh juga nggak masalah, orang gue yang ngomong." jawab eunbin enteng sambil mengelap ingusnya.

jinyoung sedikit tersenyum. eunbin masih seperti dulu, seperti saat bersamanya. keras kepala, tapi cara berpikirnya bisa diterima akal.

"sekali aja lu dapet cowok kaya gua." kata jinyoung sebelum menyodorkan teh hangat yang belum ia sentuh pada eunbin.

eunbin menerima, ia menyesap teh hangat pemberian jinyoung. "anggep aja ini dari gue untuk yang terakhir kalinya hehehe." katanya setelah menyesap teh hangat.

"jangan terlalu baik ke cowok lain. ntar lu dibegoin," kata jinyoung sambil menatap eunbin lurus.

"iya"

"lu masih temen gua. jangan sungkan kalau mau minta tolong."

"iya"

"nggak usah malu kalau mau sapa atau nge chat gua, kontak lu masih favorit, masih diatas sendiri. sengaja gua pin."

"iya"

"juga, makasih buat sembilan bulannya."

"sama-sama."

"gua nggak pernah nyesel pernah jadian sama lu."

"gue juga."

"sembilan bulan kita adem banget ya, kalau hamil udah lahiran kali."

"hEH"

jinyoung terkekeh, kemudian bangkit dari kursinya, "udah, gua balik. makasih bin. buat semuanya."

kemudian jinyoung pergi. meninggalkan eunbin yang menatap punggungnya sendu.

--

"udah? kamu nggak diajak balikan kan?"

"sekali lagi nanya, gue pukul!"

jeno terkekeh, kemudian merangkul eunbin menuju mobilnya.

"gimana? udah lega?" jeno mulai menstarter mobilnya, "ih muka lu jelek amat dah, nangisnya dapet berapa ember?"

"jeno bacot lagi gue turun nih ya??"

"becanda," jeno terkekeh.

eunbin diam di tempatnya, jeno mulai menjalankan mobil.

"makasih ya jen," kata eunbin. membuat jeno tergelak, "sama-sama."

head over heels ✓ • yoojung jinyoungWhere stories live. Discover now