CHAPTER 1- BARBARA & OLIN

4K 303 13
                                    

Udara pagi hari di kota London sangat dingin, membuat Audrey harus merekat dengan mantel tebal berwarna cokelat miliknya. Dia berjalan dengan tenang menuju kelasnya, sesekali menggosok-gosok kedua telapak tangannya yang mulai dingin. Angin yang lewat mengibas-ngibaskan rambut pirang sebahu miliknya.

Langkahnya berbelok ke kiri, Audrey harus menaiki satu per satu tangga untuk menuju kelasnya.

Ketika dirinya sampai di ambang pintu kelas, ia terdiam sebentar untuk melihat tatapan beberapa siswa yang ada di kelasnya. Selanjutnya, dia membuang tatapannya begitu saja, melangkah menuju mejanya dengan cuek.

Ia meletakkan tasnya dengan sembarangan, dan mulai menyembunyikan wajahnya pada meja berwarna putih yang ada di hadapannya, kedua tangannya di tumpukan sebagai bantal untuk sandaran kepalanya. 

"Audrey!!!" suara cempreng yang membuatnya begitu jengkel setiap saat, kini kembali mengganggu acara tidurnya.

"Ck! Apaan!? Kebiasaan lo ganggu orang! Gak liat gue capek!? Mau tidur!" ucap Audrey kesal, sambil memperlihatkan kantung matanya yang hitam seperti panda. 

"Gak seru ah!"

"Udah tau gue orangnya enggak seru! Ngapain mau temenan sama gue?!" 

Audrey mengucapkannya secara blak-blakan di depan temannya yang bernama Barbara, Audrey tidak pernah menyuruhnya untuk menjadi temannya, hanya saja Barbara yang memaksanya berkali-kali hingga membuat Audrey jengkel dan meng-iyakan permintaannya.

Barbara melengos kesal. Bukan, bukan kesal dengan ucapan Audrey yang  membentaknya, melainkan kesal karena Audrey selalu susah untuk diajak bercanda. Lagipula Barbara tidak pernah berhenti melakukan hal yang tidak Audrey sukai, malah sebaliknya, Barbara senang jika Audrey memarahinya dengan kalimat sakral kasarnya, entahlah, tapi Barbara selalu bersikap seperti itu kepada semua orang. Maka, beruntunglah kalian yang mempunyai teman seperti Barbara. 

"Hey!!!!" Audrey rasanya ingin mengutuk alam yang hari ini tidak berpihak padanya. Bagaimana tidak? Belum selesai dirinya di ganggu oleh Barbara, kini Olin datang dengan senyum yang selalu berbinar di wajahnya. Jika sudah seperti itu maka bisa dipastikan bahwa Olin akan bercerita panjang lebar tentang alasan senyumnya pagi ini, membuat Audrey tambah jengkel ketika kedua telinganya harus mendengarkan ceritanya. Mengapa tuhan memberinya teman seperti ini?

Audrey merongoh saku mantelnya, mencari benda paling berharga untuk menyelamatkan kedua telinganya dari suara bising Olin.

Audrey memasang headset dan menyetel lagu di hapenya dengan suara paling keras. Tidak peduli jika nanti kedua telinganya tuli, yang penting sekarang dia bisa tidur tenang tanpa ada gangguan.

"Aud! Ini udah mau masuk! Bangun! Jangan tidur!!" Olin menggoyang-goyangkan bahu Audrey.

"Ck! Gue tau! Udah ah lo diem aja! Gak usah banyak bacot!" Audrey menjawabnya dengan mata tertutup.

Olin memutar bola matanya, dia sudah terbiasa dengan sikap Audrey yang seperti itu. 

Kring... Kring... Kring... Kring....

Jam masuk kelas berbunyi, Olin dan Barbara segera duduk di kursinya, membiarkan Audrey bangun di alam mimpinya.

"Selamat pagi anak-anak!" suara familiar yang sangat siswa benci, suara hentakan sepatunya membuat siapa saja bergedik ngeri jika mendengarnya. Seorang guru killer yang bernama Tri itu melangkahkan kakinya menuju meja guru dengan penggaris besi yang menggantel di tangannya. Bu Tri memang tidak suka melihat anak yang tidak disiplin saat jam pelajarannya, maka dia gunakan penggaris besi untuk memukul punggung tangan siswanya jika ada yang melanggar aturan.

Dolls of Death [TAMAT!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang