CHAPTER 12- SIKAP ANEH EMLY & ONI

2.6K 345 52
                                    

"Pagi!"

Semua yang sedang duduk dimeja makan sambil mengunyah makanan mereka masing-masing refleks menoleh ke sumber suara. Mereka sempat terdiam ketika melihat Emly langsung menempatkan dirinya pada salah satu kursi meja makan dengan wajah riang.

Emly mengambil pisau kecil dan selembar roti yang ada dihadapannya. Ia melirik balik semua orang yang sedang meliriknya.

"Kok pada diem si? Kenapa makannya nggak dilanjutin?" Emly membujuk mereka agar melanjutkan aktivitas makannya kembali.

Merasa tersadar, yang lain melanjutkan makannya kembali tanpa membuka suara. Benar-benar pagi yang sunyi.

"Emly mau sekolah hari ini?" Bik Imas bertanya dengan sopan ketika melihat Emly mengenakan seragam sekolahnya.

Emly mengangguk dengan semangat sambil menyengir lebar.

"Iya Bik!"

"Eh, ayo Bik. Bibik ikut sarapan juga dong. Kerjanya nanti aja, sekarang kita makan sama-sama dulu ya?" Emly menarik pergelangan tangan kanan Bik Imas. Menyuruhnya untuk ikut duduk dimeja makan.

"Tap-"

"Ssstttss... nggak ada tapi-tapian! Ini perintah dari aku pokoknya."

Kedua tangan Audrey yang sedang kesulitan memotong roti panggang dengan pisau kecil dan garpu terhenti. Ia sedikit terkejut saat tidak sengaja mendengarnya. Untung saja tidak ada yang menoleh kearahnya saat Audrey menghentikan pergerakan memotong rotinya.

Audrey tidak melanjutkan sarapan paginya. Kedua matanya terlalu sibuk melihat gerak-gerik Emly.

Bagaimana cara Emly mengunyah makanan. Bagaimana cara Emly tertawa untuk memecahkan suasana hening dimeja makan untuk hari ini. Bagaimana cara Emly berbicara. Itu sangat bertolak belakang dengan Emly beberapa tempo hari yang lalu.

Apakah Emly sudah bisa mengikhlaskan kekasihnya? Apakah dia sudah bisa bisa melupakan kejadian buruk tentang malam itu?

Yang Audrey tahu, kakak perempuannya tidak semudah itu untuk melupakan sebuah peristiwa. Tidak peduli peristiwa itu baik ataupun buruk bagi Emly. Dia tetap tidak bisa melupakannya dengan cepat, butuh waktu yang sangat lama baginya, karena Emly mempunyai ingatan jangka panjang yang baik. Sangat baik malah.

"Oiya, Bik. Tante Hanin kemana?" Emly bertanya kepada Bik Imas sambil meletakkan selembar roti yang sudah diolesi selai stroberi ke piring Bik Imas.

"Pergi sebentar, katanya si ada urusan penting."

Emly mengangguk. Ia menggigit ujung rotinya.

"Emly, lo mau gue anterin ke sekolah?" Yosa membuka suara.

Emly menggelengkan kepalanya, mulutnya sibuk mengunyah roti.

"Nggak usah, gue bisa bawa mobil sendiri kok." Emly menolak tawaran Yosa secara halus.

Emly melirik pergelangan tangannya. Ia segera bangkit dari duduknya sambil merapikan seragam sekolahnya yang terlihat sedikit berantakan.

"Emly berangkat dulu ya. Dadah semua!" Emly melambaikan tangannya di ambang pintu dapur.

Audrey tidak lagi mengunyah sarapannya. Roti panggang yang mulai mendingin dihadapannya diabaikan begitu saja.

Audrey menghembuskan napasnya secara kasar. Ia memang tidak menyukai perangai Emly dan tidak memperdulikannya.

Tapi ia menyadari sesuatu.

Ada yang aneh dengan sikap kakaknya hari ini.

***

Dolls of Death [TAMAT!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang