CHAPTER 38- RENCANA JA'NAE

1.2K 169 15
                                    

"Ja'nae..."

Deg!

Shit!

###

Namanya yang dipanggil membuat bulu kuduk Ja'nae berdiri. Ja'nae tahu betul suara siapa itu. Dan kini ia sedang tertangkap basah.

Ja'nae meneguk ludah susah payah. Ia melihat patung salib yang ada di hadapannya dengan tatapan memelas. Seolah memohon untuk yang terakhir kalinya pada Tuhan agar lekas diberikan bantuan. Ja'nae tidak bisa membayangkan jika keluarganya harus hancur perlahan-lahan di tangan anak iblis itu.

Badan Ja'nae memutar ke belakang. "Bunda..." ucapnya sedikit ketakutan. Ya, Ja'nae ketahuan bundanya.

Edna menatap Ja'nae sinis. "Aku tanya di mana kamu sama Grizli, dan dia bilang kalo kamu lagi di gereja. Jadi, selama ini kamu diam-diam suka berdoa di sini, huh?!" tanyanya dengan nada tak suka.

Alih-alih memilih diam membisu ketimbang mengambil tindakan yang sangat beresiko, Ja'nae malah menatap balik Edna dengan sinis. Ia tersenyum miring. Lalu ia melipat kedua tangannya di depan dada. Seakan menantang adik kelas yang ingin beradu gulat dengannya.

"Terus, apa salahnya?" tanya Ja'nae. Ia mencoba bersikap santai. Meski sebenarnya Ja'nae sangat ketakutan karena ia belum pernah menyahuti perkataan bundanya secara tidak sopan. Tapi... jika ia terus-menerus diam seperti orang bodoh maka kesulitan bagi dirinya akan terus berlanjut.

"Oh, sekarang kamu udah berani menyahut perkatanku?" tanya Edna balik.

Gigi Ja'nae menggeretak. Ia mengepalkan kedua tangannya. "Dengarkan aku bunda! Katakan saja aku pengkhianat, maka akan aku akui memang seperti itu sejatinya. Meski takut, aku berusaha untuk mengkhianati keluarga secara sembunyi. Namun aku tak merasa berdosa. Karena aku mengkhianati sesuatu yang seharusnya memang tidak boleh dilakukan. Aku berkhianat akan hal itu. Namun aku tak pernah mengkhianati Tuhanku." cecar Ja'nae panjang lebar. Ia berkata seperti itu sambil menatap bundanya dengan serius. Ja'nae sendiri tidak tahu apa yang membuatnya begitu percaya diri mengatakan hal yang selama ini ia pendam seorang diri.

"Menyembah iblis itu dosa, bunda! Itu adalah perbuatan yang sangat kotor di mata Tuhan. Bukankah kau pernah mengatakan kalimat serupa padaku waktu aku belum mengenal siapa itu Tuhan?" tanya Ja'nae.

Edna terdiam di tempat. Ia dibuat mati kutu oleh perkataan anaknya sendiri. Namun rupanya hal itu tidak berlangsung lama.

"Masuk sekarang ke dalam mobilku, Ja'nae! Cepat!" perintahnya penuh amarah.

"Kenapa harus?" tanya Ja'nae sambil menaikkan kedua bahu.

"Jangan memancing aku untuk bertindak kasar, Ja'nae! Cepat!"

Ja'nae menghela napas secara kasar. Ia melangkahkan kaki keluar dari gereja dengan kesal. Ini adalah hari terburuknya.

Edna yang melihat punggung Ja'nae sudah hilang dari pandangan matanya memutar badan ke depan. Ia menatap patung salib dengan wajah sinis. "Akan aku pastikan Ja'nae tidak akan pernah datang ke sini lagi."

***

Semejak kejadian itu Edna membatasi tempat mana saja yang boleh dikunjungi oleh Ja'nae. Anak itu hanya diberi waktu bersekolah selama seminggu. Sisanya dilanjutkan pada kegiatan home schooling. Ja'nae tahu seperti inilah keadaannya jika ia melawan tanpa kuasa. Apalagi itu adalah orangtuanya. Alih-alih perlahan keluar dari penjara mengerikan, ia malah semakin terjerat ke dalamnya. Ja'nae terkurung. Rumah yang seharusnya dikenal sebagai tempat pulang, kini berubah menjadi tempat penyiksaan baginya.

Setiap hari aktivitas Ja'nae hanya berpusat di lingkaran yang itu-itu saja. Bangun tidur, sarapan, menunggu guru pribadinya datang ke rumah, belajar, istirahat, menonton siaran televisi, atau bermain anak panah di halaman belakang rumahnya. Dan kegiatan itu membuatnya bosan. Ia ingin bebas seperti dulu.

"Ja'nae, kau tau kan, ini hari apa?" tanya Edna sambil meletakkan roti tawar yang telah dibalut selai cokelat ke piring Ja'nae.

Ja'nae mengumpat dalam hati. Tentu saja ia ingat. Ini adalah hari kelahiran Annabeth. Anak iblis yang sudah menuntun kedua orang tuanya masuk ke dalam neraka selama 6 bulan lebih.

"Ja'nae," panggil Edna.

Ja'nae mendongakkan kepalanya. Raut wajahnya seperti meminta ulang apa yang telah bundanya tanyakan. Seolah telinganya tidak mendengarkan apapun sejak tadi.

Edna menghela napas berat. "Lupakan. Sekarang cepat habiskan rotimu." kata Edna.

Diam-diam Ja'nae tersenyum miring. Hari ini, apapun yang terjadi, ia tidak akan pernah menyesalinya. Katakan saja ini adalah bagian akhir dari perjuangannya.

***
Iya aku tau kok ini dikit parah😭 maap ya😭🙏 sebenernya hari Minggu tuh aku mau nyelesain ini, but, ada masalah yang bikin aku panik dan langsung gak mood buat nerusin ceritanya :"))

Doain aja biar mood aku balik lagi ya :) sumpah aku bener-bener lagi gak mood dari kemaren gara-gara ada masalah pribadi :"))

Vote & komen jangan lupa gais!

Mau tanya, kalian banyak yang suka boyband Korea kayak BTS gitu gak sih? Rencananya aku mau bikin cerita pake cast boyband Korea gitu :") tapi masih ragu :"))

See you🐣❤️

Eh, kalo ada typo bilang ya ;) aku gak mood edit tulisannya ;(

Dolls of Death [TAMAT!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang