EPILOG [3]

1.3K 201 17
                                    

JANGAN LUPA VOTE & KOMENNYA YA!

INI UDAH EPILOG TERAKHIR WOI! JANGAN SIDER MULU-,

HARGAI LAH AUTHORNYA :)

MAKASIH BANYAK YANG UDAH MAU VOTE!!!

HAPPY READING!!!😘😘

###

"Hentikan!"

Audrey berteriak marah hingga urat-urat lehernya terlihat. Ia berlari ke arah Oni dan Yosa yang tertodong pisau. Tak dihiraukan Abay yang mengekorinya dari belakang. Hanya satu yang ada di dalam pikiran Audrey untuk saat ini, 'menyelamatkan semua saudaranya dari bahaya'.

Ketika tadi ia berdoa di kafe semua memori indah tentang keluarganya berputar satu per satu mengisi otak Audrey. Mengingatkan kenangan indah yang pernah mereka lalui bersama. Meski Audrey cuek dan tidak peduli, ia bisa merasakan hangatnya kasih sayang keluarga saat kenangan itu dibuka kembali. Membuatnya sadar dan berlari keluar untuk pulang ke rumahnya. Ia tahu malam ini akan terjadi sesuatu yang buruk. Ia tahu natal malam ini akan hancur. Ia tahu saudara-saudaranya dalam bahaya. Dan Audrey ingin menghentikan semua itu. 

Sosok itu sangat marah kepada Audrey yang telah membatalkan serangan. Tanpa aba-aba ia langsung mengangkat tubuh Audrey ke atas dengan sinar merah di matanya. 

"Astaga!" Abay yang ada di ambang pintu dibuat melongo saat tubuh Audrey terangkat ke udara dan membentur benda-benda keras. Bisa Abay lihat raut wajah Audrey yang sedang menahan sakit.

"Tolong bawa Yosa dan Oni keluar dari dalam gudang, Abay!" Ekor mata Audrey melirik Abay. Tampak memohon kepada bocah itu.

Kondisi Oni yang pinggangnya tertusuk pisau serta tubuh Yosa yang membiru dan lemah tidak memungkinkan mereka untuk berjalan kaki keluar dari dalam gudang sendiri. Mereka harus segera keluar dengan keadaan mengenaskan seperti itu. Atau keadaannya akan menjadi lebih buruk.

Abay yang tahu Audrey berbicara lewat kontak mata dengannya segera ambil alih. Ia diam-diam berjalan mengendap ke tumpukan kardus. Berusaha membuat tubuhnya tidak terlihat. Ia menjulurkan tangannya ke Yosa begitu hanya tersisa dua langkah. 

"Sudah aku peringatkan agar tidak membangkitkan sifat kepedulianmu!" bentak sosok itu.

Tubuh Audrey jatuh ke bawah begitu saja. Menimbulkan bunyi dentuman cukup keras. Samar-samar Audrey melihat Abay keluar dari dalam gudang. Segaris senyum tercetak di wajahnya. Setidaknya ia harus mengamankan Yosa dan Oni sebelum perang dimulai. 

Audrey berusaha untuk bangkit. Ia duduk di lantai dengan kondisi menahan rasa sakit di tubuhnya. Sorot matanya menatap tajam kakaknya yang sedang dirasuki.

"Keluar dari tubuh itu! Tempatmu bukan di sini! Kau sungguh berpikir kalau dia adalah temanmu?! Orang yang berhasil membebasimu dari kurungan boneka?"

BRAK!

Pintu gudang tertutup rapat dengan sendirinya. Seolah tidak mengizinkan siapapun masuk ke dalam.

"Sialan!" gumam Audrey. 

"Bukan aku yang menginginkan masuk ke dalam tubuh ini, tapi dia."

Audrey memutar kepalanya setengah ke belakang. "Ja'nae,"

Ja'nae terlihat begitu mengerikan dari sebelumnya. Rambut sebahunya terlihat sangat berantakan. Ia berjalan tertatih-tatih sambil menggenggam boneka dengan tangannya. Bibirnya menyeringai jahat ke arah Audrey. Darah segar yang dihasilkan dari serangan anak panah di pinggang mengucur ke lantai.

Dolls of Death [TAMAT!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang