CHAPTER 31- POTONGAN MIMPI YANG MENGHAMPIRI

1.4K 236 6
                                    

Minta waktu kalian 3 detik buat mencet ⭐ ya! Terimakasih yang sudah memencet! Selamat membaca!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Minta waktu kalian 3 detik buat mencet ⭐ ya! Terimakasih yang sudah memencet! Selamat membaca!

###

Anak itu menangis tersedu-sedu di rumah Tuhannya. Punggungnya menggemblok tabung berisi anak panahan. Sudah 1 jam lebih anak itu berdiam diri sambil menangis di hadapan patung yang merentangkan kedua sayapnya. Ia seakan mengadu dengan Tuhan menggunakan air mata. Bertanya-tanya mengapa hidupnya jadi serumit yang tidak pernah ia bayangkan.

"Kau pasti udah tau apa yang dilakukan oleh papa dan mama, Tuhan. Jadi aku nggak perlu memberitahukannya lagi. Kan?" matanya yang sembab menatap patung yang ada di hadapannya. Anak itu berusaha menahan tangisannya.

"Ja'nae pergi ke sini cuma mau ngasih tau satu hal. Ja'nae nggak bakalan ngikut arah mama dan papa melangkah, Tuhan. Mungkin dulu iya. Tapi sekarang nggak lagi. Ja'nae udah besar. Ja'nae tau mana jalan yang bener dan yang salah."

***

Kepala Audrey menggeliat ke kanan dan kiri. Pelipisnya dibanjiri keringat dingin. Kedua matanya yang terpejam seketika terbuka. Ia bermimpi hal itu lagi untuk yang kesekian kalinya.

Audrey menghela napas panjang. Bocah itu terpaksa mendudukkan tubuhnya dengan posisi punggung bersandar di kepala ranjang. Ia melirik jam yang menempel di tembok. Pukul 03.00. Shit! Bahkan jam segini belum ada burung yang berkicau. Ck, mimpi sialan itu benar-benar mengusiknya. Audrey sangat membencinya.

Ekor mata Audrey menangkap secarik kertas di atas meja belajarnya yang ada di samping ranjang. Kepalanya menoleh ke arah sana. Pantatnya bergeser ke samping hingga tangannya mampu untuk mengambil secarik kertas itu.

Dibenci! Jangan disayang!

"Dibenci, jangan disayang." Audrey mengulang kalimat yang tertulis di atas secarik kertas itu. Ia yakin kalimat itu bukanlah sebuah tulisan biasa. Pasti ada makna yang terselip di sana. Namun Audrey masih belum tau makna apa itu.

"Dibenci? Kenapa harus dibenci?" tanyanya pada diri sendiri sambil menatap secarik kertas yang warnanya sudah menguning itu. Audrey yakin ia pernah mendengar kalimat serupa. Namun Audrey lupa di mana ia pernah mendengarnya.

"Apa jadinya kalo disayang?" tanya Audrey dengan mata menyipit.

Kepalanya mendadak terasa sakit. Tangan Audrey meremas rambut. Ia berusaha meredakan rasa sakit saat potongan mimpi-mimpi yang ia benci dan masih menjadi misteri menghampirinya. Memori tentang mimpi itu seakan bergiliran tampil di ingatan Audrey. Membuat pelipisnya menghasilkan keringat dingin lagi.

"Argkh!" Audrey mengerang. Bukannya mereda, potongan mimpi-mimpi itu malah semakin menjadi masuk ke dalam ingatannya.

"Ja'nae!"

"Ja'nae!"

"Tembakan panah milikmu sangat keren, Ja'nae!"

"Anak mama hebat!"

Dolls of Death [TAMAT!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang