CHAPTER 39- KEMATIAN JA'NAE

1.1K 166 15
                                    

Malam harinya...

Ja'nae menatap dirinya di pantulan cermin. Ia menyunggingkan senyum licik. Ja'nae merasa jijik dengan dirinya sendiri. Dengan pakaian jubah hitam berlambang salib terbalik yang akan digunakannya untuk memperingati  kematian Anna hari ini juga. Hembusan napas berat keluar dari lubang hidungnya. Ja'nae lelah. Ia masih belum tahu kapan keajaiban Tuhan akan datang padanya. 

Sebagai manusia yang masih belum terlalu paham akan pikiran orang dewasa, Ja'nae pikir ia tidak harus melulu berdiri di sekitar bahaya yang ingin menyerangnya. Ia harus mencoba untuk melakukan sesuatu. Rencana apapun itu. Meski dirinya tidak punya kuasa. Pun tak punya keahlian spesial. Meski Ja'nae hanya manusia normal pada umumnya, namun ia ingin mencoba untuk berbuat sesuatu. Ja'nae ingin berontak dari penjara yang menjeratkan dirinya. Jikalau seandainya ia kalah, setidaknya Ja'nae sudah berusaha. 

"Malam ini akan aku buat kalian semua tau. Siapa yang pantas untuk disembah." gumam Ja'nae.

***

Peringatan hari kematian Annabeth tentunya diadakan di kediaman rumah Boyled. Mereka akan mengadakannya di sebuah gudang kecil yang berada tepat di bawah gudang. Tempat itu memang sengaja dibuat oleh William untuk menyembah Annabeth. 

Kedua orang tua Ja'nae melangkahkan kakinya pergi ke gudang yang berada di bawah gudang. Enda membawa sesajen menggunakan nampan. Sementara Ja'nae mengikuti langkah kaki Keduanya dari belakang dengan malas.

Tiba di depan pintu gudang, William membuka pintu dengan gerakan hati-hati. Ia melangkahkan kakinya masuk. Disusul oleh Edna dan Ja'nae.

Tidak ada apapun di dalam gudang itu. Isinya benar-benar kosong. William berjalan ke tengah-tengah ruangan gudang. Ia mengambil posisi duduk sila dan meletakkan permainan salib di hadapannya. Edna dan Ja'nae buru-buru meniru gerakan William. Mereka bertiga duduk sila dengan bentuk melingkari permainan salib. William memegang salib, ia mulai memejamkan matanya. Edna menegur Ja'nae lewat gerakan mata. Menyuruh anak itu segera menutup mata.

"Saya memanggil arwah dari dunia lain. Atas nama jiwa dan raga yang terpisah, tolong dengarkan panggilan saya. Nama saya William! Saya dan keluarga kecil saya memanggil arwah dari dunia lain! Nama saya William! Saya dan keluarga kecil saya memanggil arwah dari dunia lain! Annabeth, Annabeth, Annabeth, Annabeth Loucian Stevanoes. Datanglah! Saya memanggilmu, Anna. Saya memanggilmu! Nama saya William! Saya memanggil arwah kamu, Anna!!!"

1 detik, senyap.

2 detik, sunyi.

3 detik ....

Salib yang dipegang kedua tangan William mulai bergetar. Hawa di sekeliling mereka berubah menjadi mengerikan. Dalam mata terpejam, Ja'nae bisa merasakan bulu kuduknya berdiri. Ia menyunggingkan senyum sesaat. Annabeth, anak iblis itu pasti mendengar panggilan dari papanya. Mungkin sekarang ia sedang merangkak tertatih-tatih untuk menghampiri keluarga kecilnya dan meminta sesajen yang telah disediakan. 

Klontang!

Sontak suara bising itu membuat ketiganya langsung membuka mata. Mereka melihat Annabeth dengan posisi merangkak sedang mengunyah usus anak balita yang masih dipenuhi banyak darah. Gigi tajamnya yang tidak beraturan terlihat sangat nikmat mengunyah bangkai usus. Seakan-akan usus anak balita itu adalah mi goreng yang dilumuri saus sambal. Ja'nae yang melihatnya bergedik. Ia menahan napas sekuat mungkin agar hidungnya tidak mencium bau bangkai. Menjijikkan. 

Setelah Annabeth menghabiskan satu kendi berisi usus anak balita, ia menyengir lebar. Membuat sisa-sisa usus dan darah yang masih berada di mulutnya terjatuh. Tanda Annabeth mengucapakan banyak terimakasih karena mereka sudah mau memberinya persembahan yang nikmat di hari kematiannya.

Dolls of Death [TAMAT!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang