CHAPTER 28- KEDATANGAN PARANORMAL

1.3K 215 14
                                    

Tolong luangkan waktu 3 detik untuk memencet bintang. Terimakasih 🐼🌟

###

"Kenapa kalian semua ragu?! Aku berkata jujur!"

Audrey sudah menjelaskan cerita sebenarnya di ruang keluarga. Namun Audrey bisa tahu bahwa semua pendapat saudaranya tidak percaya akan ucapannya hanya dalam melihat reaksi raut wajah mereka satu per satu.

Helaan napas panjang terdengar dari hidung Audrey. Ia menatap Emly sinis yang sedari tadi rewel mengusulkan agar kematian Bik Imas diselidiki oleh tangan polisi.

"Baiklah, lakukan apa yang kalian inginkan, panggil saja polisi ke rumah kita, minta dia untuk melakukan penyelidikan. Tapi jangan heran jika polisi berkata bahwa ia belum bisa menemukan penyebab kematiannya. Sama seperti penyelidikan kematian tante Hanin." kata Audrey menantang.

Sejak awal Audrey bersikeras menolak usulan Emly, karena ia tahu hal itu hanya membuang banyak waktu dan berakhir sia-sia seperti penyelidikan kematian tante Hanin. Dan Audrey tentu tidak mau hal itu terulang lagi. Bantuan polisi tidak bisa diandalkan.

Audrey berdiri dari kursi sofa. Ia melewati Emly yang berdiri tak jauh dari hadapannya, lalu menabrak pundak kakak perempuan tertuanya itu dengan sengaja. "Kematian tante Hanin dan Bik Imas bukan kematian biasa. Pasti ada seseorang di sini yang mengibarkan bendera pertengkaran dengan iblis. Gue udah nebak siapa orangnya, semoga firasat gue benar." bisik Audrey pelan dengan penuh penekanan di setiap kalimatnya.

Emly membalikkan badannya ke arah Audrey yang berjalan keluar dari ruang keluarga. Jujur, ia tidak mengerti maksud perkataan adiknya. Terlalu banyak kalimat misteri yang dibicarakan oleh Audrey.

"Audrey bener, bisa jadi polisi nggak bisa nemuin penyebab kematian Bik Imas. Gimana kalo kita panggil paranormal? Nggak ada salahnya kan?" Edward memberikan usul baru. Ia harap saudara-saudaranya yang lain mempercayai cerita mustahil Audrey, sedikit saja.

Yosa mengangguk. "Boleh juga saran lo. Gue setuju." putusnya bersekongkol dengan saran Edward.

Edward menoleh ke arah Emly. "Apa tanggapan lo Emly?" tanyanya.

Emly menghela napas. Dengan berat hati ia mengangguk. "Gue ikut kalian berdua aja."

***

Audrey menikmati semilir angin sepoi yang bertiup di balkon. Matanya menatap kosong langit biru yang dikelilingi banyak awan putih. Sesekali ia mengeluarkan napas lewat mulutnya hingga asap dingin berterbangan.

Pintu balkon berdecit, Audrey tahu seseorang datang dan menatap punggungnya, tapi ia terlalu malas membalikkan badan dan memilih tetap diam di tempat.

Edward menatap Audrey yang sedang berdiam diri. Ia mensejajarkan tubuhnya dengan Audrey, lantas ikut menatap langit biru dan menikmati semilir angin yang mengenai wajahnya.

"Kenapa lo ada di sini? Bisa tolong angkat kaki? Gue lagi nggak mau ngeliat siapa-siapa, lo sama aja kayak yang lain." Audrey mengusir Edward dengan halus.

Edward tidak beranjak, ia masih diam menatap wajah Audrey dari samping yang enggan menatapnya.

"Kenapa nggak ada yang percaya sama cerita gue? Itu emang mustahil, tapi gue nggak bohong, Bik Imas mati karena nyelamatin gue dari serangan anak panah iblis."

Ingat saat Audrey memeluk Bik Imas yang bersimbah banyak darah dan menangis sejadi-jadinya? Tak lama setelah itu tiga anak panah yang menancap di bola matanya hingga menembus ke belakang kepala menghilang seperti debu. Namun darah tetap tidak berhanti keluar dari kepala Bik Imas. Hal itu tentu membuat saudara Audrey yang baru sampai ke kamar Tante Hanin bingung bukan main saat melihat mata Bik Imas dan kepalanya berlubang tanpa ada benda yang menjadi barang bukti.

Dolls of Death [TAMAT!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang