CHAPTER 36- PERMOHONAN DAN PERMINTAAN MAAF

1.1K 200 27
                                    

Minta waktunya 3 detik buat mencet ⭐ ya! Makasih yang udah mencet ;)

Happy reading!

###

Diam-diam Ja'nae menatap Be Nyim dengan pandangan tajam. Kemudian ia beralih menatap wajah papanya. Seolah menungggu jawaban yang akan dikeluarkan dari persyaratan Be Nyim. Ja'nae harap papanya menolak. Namun ia sendiri tahu, peluang harapannya sangat kecil dan tidak memungkinkan untuk terjadi. Untuk saat ini Ja'nae hanya bisa pasrah dengan keadaannya. Ia tidak bisa berontak. Ja'nae tidak punya kuasa untuk menentang perintah kedua orangtuanya.

William menganggukkan kepalanya dengan mantap. Ia pasti bisa melakukannya. Hal seperti ini sudah sering ia lakukan. Bedanya, jika dulu dia tidak menyembah apapun selain Tuhan, kali ini ia tidak menyembah apapun selain Annabeth. Anak iblis.

Be Nyim berdiri dari kursi duduknya. Ia menuju ke sebuah lemari besar yang berada tak jauh dari belakangnya. Dibukanya kedua kenop pintu lemari itu hingga debu yang terkurung di dalamnya berterbangan. Tangan Be Nyim terulur, ia mengambil sesuatu dari dalam lemari itu. Membuat Ja'nae mendongakkan kepalanya sedikit lebih ke atas agar bisa melihat apa yang diambil oleh Be Nyim. Ternyata sebuah kardus tipis berbentuk persegi panjang dengan lambang salib biru terbalik di atasnya.

Be Nyim meletakkan kardus tipis itu di meja tepat di hadapan William. Ia mendaratkan bokongnya di bangku kembali.

"Ini permainan pemanggil arwah. Dulunya seperti itu. Tapi aku mengubahnya hanya untuk memanggil arwah Annabeth saja." ucap Be Nyim sambil membuka penutup kardus.

Alis Edna bertaut. "Jadi, maksudnya, jika ada orang yang memainkannya dengan menyebutkan nama lain selain Annabeth, yang terpanggil tetap Annabeth?" tanyanya yang langsung diangguki oleh Be Nyim.

***

Mereka tiba di rumah siang hari. Sesampainya di sana Ja'nae tidak langsung menginjakkan kakinya ke dalam rumah. Ia pamit kepada bunda dan papanya. Berkata kalau hari ini dirinya mempunyai janji bersama Grizli untuk bermain panahan bersama di lapangan sekolah.

"Bun, Ja'nae mau ke lapangan sekolah hari ini. Ada  janji sama Grizli mau main panahan bareng." ucap Ja'nae.

Enda mengangguk. "Pulangnya jangan malem-malem ya." 

"Iya, Bun. Ja'nae mau ambil panahannya dulu di kamar ya."

***

Mungkin beberapa dari kalian tahu Ja'nae berucap dusta kepadanya bundanya. Atau percaya kepadanya bahwa ia benar-benar akan bermain panahan di lapangan sekolah bersama Grizli. Namun sebenarnya bukan itu tujuan Ja'nae. Bocah itu terpaksa berbohong kepada bundanya dan mencari alasan logis yang simpel. Ja'nae ingin pergi ke gereja. Bukan ke lapangan sekolahnya. Jujur, sedari tadi hatinya terus gundah. Ia tidak tenang karena belum berdoa di gereja. Bisikan-bisikan menakutkan meneror dirinya untuk bergegas pergi ke sana.

Ja'nae pergi ke gereja yang cukup jauh menggunakan jasa taxi. Begitu sampai di sana ia langsung membayar jasa taxi yang ditumpanginya, lalu berlari dengan cekatan menuju ke dalam gereja.

Ja'nae mengatur deru napasnya. Hari itu gereja sedang sepi. Tidak ada yang berkunjung. Mungkin karena matahari sudah naik ke atas kaki langit. Menandakan hari sudah siang. Dan orang-orang yang berdoa di gereja sudah pulang.

Alih-alih menghampiri deretan kursi yang kosong paling depan, kedua kaki Ja'nae malah semakin maju ke depan hingga ia berhadapan dengan patung salib dengan malaikat yang sedang merentangkan kedua sayapnya. Ja'nae menatap patung itu cukup lama. Hingga ia menghembuskan napas panjang.  

"Kamu adalah Tuhan. Yang menghentahui segala sesuatu tanpa perlu diceritakan oleh siapapun. Jadi, seharusnya aku tidak perlu menjelaskan lagi apa yang sedang terjadi pada keluargaku, kan?" ucap Ja'nae dengan patung salib yang ada di hadapannya.

"Tanpa perlu aku ceritakan, kamu sudah tau jika aku sangat membenci musuhmu, bukan? Iblis, setan, apapun itu, yang berkaitan dengan kata 'kotor' dan tidak pantas untuk disembah, aku membencinya. Sangat membencinya." Ja'nae tertawa masam. Entah kenapa sekarang ia malu di hadapan Tuhan.  Ia malu karena perilaku kedua orang tuanya yang berkhianat.

"Aku, mencintaimu, Tuhan. Karena aku percaya, kamu yang menciptakan dunia berserta isinya. Aku tau semua itu dari kedua orang tuaku. Mereka mengajarkan kalau gak ada yang pantes di dunia ini selain kamu. Mereka menceritakan bagaimana hebatnya kamu menciptakan dunia. Mereka keras mendidikku dalam mengajarkan agama. Waktu aku belum tau apa-apa, mereka berusaha mendekatku kepada Tuhan. Mengunjungi gereja hampir setiap hari, membelikan Alkitab untuk dibaca, juga cara-cara lainnya yang lama kelamaan membuat aku percaya, kalau kamu memang pantas untuk disembah." tutur Ja'nae panjang lebar. 

"Tapi, bercerita seperti ini dihadapanmu, membuat diriku malu sendiri. Seolah aku mewakili dosa kedua orang tuaku yang berkhianat. Mereka, yang dulu mengajariku untuk menyembah Tuhan. Nyatanya sekarang berkhianat dan beralih menyembah anak iblis. Demi merebut apa yang dulu mereka miliki dalam waktu singkat. Aku malu mempunyai kedua orangtuanya seperti itu." tanpa Ja'nae sendiri sadari kedua matanya berkaca-kaca. Ia ingin sekali menyadarkan kedua orang tuanya sebelum mereka dibutakan oleh jalan sesat. Namun Ja'nae tidak tahu harus bagaimana.

"Kamu sendiri udah tau kalo aku gak ada niat sama sekali buat nyembah anak iblis yang dibeli papa itu, kan? Kamu tau kalo aku gak akan jadi pengkhianat seperti kedua orangtuaku." kata Ja'nae.

"Maap dan tolong aku, Tuhan. Atas nama kedua orangtuaku aku meminta maap akan kelakuan mereka yang sudah melewati batas. Aku juga ingin meminta maap karena satu hal, jika nanti aku menyembah anak iblis itu, percayalah aku hanya berpura-pura. Aku bukan pengkhianat. Maap jika berpura-pura menyembah anak iblis itu termasuk dosa. Tapi aku terpaksa melakukannya karena tak punya pilihan lain. Aku tak bisa melawan."

"Satu hal lagi, tolong aku, Tuhan. Aku memohon padamu. Tolong selamatkan aku dari jalan sesat yang akan ditempuh kedua orangtuaku. Kamu bisa melakukannya, kan?"

***

Ja'nae pulang ke rumah saat matahari hampir tenggelam. Ia sengaja memperlambat kepulangannya dan memutuskan untuk berjalan-jalan ke sekitaran kota London. Ja'nae butuh waktu senggang seorang diri.

Di rumah tidak ada siapa-siapa. Entah kenapa bunda dan papanya pergi tanpa memberitahu dirinya lewat pesan. Tapi... tidak ada mereka berdua di rumah sepertinya lebih baik. Ja'nae tidak perlu menahan amarahnya mati-matian karena mereka memutuskan untuk mengambil jalan sesat.

Ja'nae duduk di sofa dengan sekaleng bir berperisa lemon di tangannya. Ia membuka segel bir itu menggunakan kukunya yang panjang. Mata Ja'nae tidak sengaja melihat kardus tipis yang dibeli papanya seharga 2 miliar. Membeli anak iblis dengan uang terakhir yang mereka hasilkan dari penjualan roti.

Ja'nae mengambil kardus itu dengan satu tangannya. Ia tersenyum meremehkan. "Kita liat seberapa hebat kamu mengembalikan kekayaan keluargaku, Annabeth." tantangnya licik.

Ja'nae meneguk bir berperisa lemon. "Bukankah awal yang sesat akan mendapatkan akhiran yang sama? Sekalinya mahkluk kotor tetaplah kotor. Apapun yang kau hasilkan gak pantes buat digunain dunia."


***
Halo gais! Lama tak jumpa!

Maapkan baru update 🤣 ini sebenernya udah kelar dari semalem, mau update lupa :v keasyikan nonton drakor authornya😂

Vote dan komen jangan lupa ya gais!

Makasih banyak yang udah mau sabar nunggu cerita Dolls of Death up! :)) Aku sayang kalian❤️😘

See you gais! Doain biar updatenya gc ya!🐼🐣

Dolls of Death [TAMAT!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang