CHAPTER 21- RUMAH MENGERIKAN

1.5K 221 19
                                    

"Ayo Barbara, ayo, kita mabuk-mabukan lagi." Audrey menarik pergelangan tangan Barbara erat-erat seperti balon agar tidak terlepas. Mengajak Barbara untuk minum alkohol lagi.

Barbara berusaha untuk melepaskan cekalan tangan Audrey. Menurutnya Audrey sudah terlalu mabuk berat. "Aud, lo udah mabuk parah gara-gara minum 4 botol anggur. Udah, Aud. Udah." nasihat Barbara.

Audrey menggeleng-gelengkan kepalanya. Kedua bola matanya perlahan mulai terpejam sebagian. "Sekali lagi, sekali lagi." ucap Audrey menyengir sambil mengangkat sebelah jari telunjuknya.

Barbara menghembuskan napas kasar. Ia menggeleng tegas. "Nggak! Lo harus pulang! Ayo, gue anterin."

Tentu saja Audrey menolak akan itu. Ia malah semakin menarik pergelangan tangan Barbara dengan kencang. "Ayo, Barbara, ayo." rengeknya.

Tidak mau kalah dengan sikap Audrey yang sedang mabuk, Barbara mengeluarkan seluruh tenaganya untuk melepaskan cekalan tangan Audrey dari pergelangan tangannya. Bagaimanapun caranya, ia harus bisa. Ia tidak boleh kalah dengan seseorang yang sedang mabuk.

Usaha Barbara rupanya tidak sia-sia, kini Audrey berada di bawah kendalinya. Ia benar-benar sudah mabuk berat.

Dengan susah payah Barbara mengalungkan sebelah tangan Audrey di lehernya, lalu berjalan keluar apartemen.

***

Dada Barbara naik turun, walaupun ia tidak menggendong Audrey, tapi tetap saja, sebelah tangan Audrey yang ada di lehernya membuatnya sedikit pegal, bahkan Barbara sempat berhenti melangkah berkali-kali.

"Aduh, gila, lo berat juga ternyata." kata Barbara pada Audrey yang setengah teler.

"Taxi juga nih! Kemana sih! Nggak tau apa kalo ada penumpang yang lagi butuh banget jasanya." gerutu Barbara sambil melirik lalu lalang jalan raya kota London yang padat. Sudah berkali-kali ia memperhatikan jalan, tapi tak ada juga taxi yang melintas. Membuatnya kesal setengah mati.

"Barbara!" Panggilan singkat itu membuat Barbara menolehkan ke sumber suara. Ia berusaha untuk menyapa orang itu dengan sebelah tangannya.

"Hai, Ella."

Dahi Ella mengernyit begitu melihat Barbara nampak susah payah untuk membantu Audrey berjalan.

"Eum, itu, Audrey kenapa?" Ella menunjuk Audrey menggunakan jari telunjuknya.

"Dia mabuk. Tadi minum anggur banyak banget." sahut Barbara.

Ella mengangguk. Ia menolehkan kepalanya kebelakang. "Eh, Abay, cepetan sini jalannya! Jangan main game online terus!" perintah Ella ketus. Bak seorang majikan yang memerintahkan pembantunya.

"Apa?" tanya Abay sambil memasukkan iPhone miliknya ke saku celana begitu ia sudah sampai di hadapan Barbara dan Audrey.

"Nih, lo bantuin Audrey jalan. Dia mabuk berat soalnya. Kasian Barbara dari tadi nopang lengan Audrey terus, lehernya pasti pegel. Lagian, kan, lo laki-laki, pasti kuat, kan, kalo bantuin Audrey jalan sampe rumahnya." ucap Ella sambil menyengir geli kearah Abay.

Kedua mata Abay langsung melotot ketika mendengar ucapan Ella. "Heh! Apa-apaan lo nyuruh gue! Emangnya gue babu lo!"

Ella menatap Abay sengit. "Heh! Bantuin orang sono! Biar dapet pahala! Daripada lo main game online terus! Disuruh yang bener kok malah nggak tau diri!"

Dolls of Death [TAMAT!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang