Guncangan ringan membuat tubuhku sontak bergerak, suara panggilan menyusuri melewati telingaku. Cahaya hilang, datang dan kembali hilang. Berusaha melawan cahaya yang bertatapan langsung dengan mataku, aku mengarahkan tanganku tepat didepan wajahku.
"Enak ya tidur. Pulas banget kayak Kucing." Tere mengusap halus kepalaku.
"..Ini nih hobi jelek yang bikin anda tambah Bosan Hidup," dengan satu gerakan, tangannya menepis keras ubun kepalaku. Sontak memberi nyeri yang berkelanjutan membuat tubuhku tegap tiba-tiba.
"Patahkan tulang saja. Jangan kepala, ada Otak didalamnya!"
Aku mengelus-ngelus pelan kepalaku, memanyunkan bibirku menahan sakit. Sedangkan sang Pelaku, menatap datar tanpa berniat berkedip.
"Berarti aku boleh patahkan salah satu Tulang mu? Asik," Tere menarik tangan kiri ku, tersenyum gila dan mengarahkan sikutnya tepat dilenganku.
"Kaparat gila!" Aku menarik kasar lenganku, mengumpat penuh emosi. Bercanda macam apa itu ? Mengerikan.
"Tenang. Orang Gila pun akan berpikir tiga kali, untuk berniat mematahkan tulang rentan ditubuh mu."
"Ejekan yang Sempurna ya."
Tere bangkit, membenarkan kacamatanya. "Ayo, Kantin pasti sepi saat ini," ia menatap jam di arlojinya bergantian dengan menatap jam dinding di kelas.
Aku menganguk, dan membuntuti-nya keluar kelas. Asal tahu saja, aku tidak terlalu suka pergi ke kantin, tempat itu membosankan.
Tapi, tidak ada salahnya sesekali memijak tempat penuh minyak itu kan.Baru beberapa langkah aku keluar dari kelas, seorang memanggil nama kami. Sontak kami menoleh. Mr. Kai mendekati kami, napas nya tersengal-sengal, keringat jatuh dari pelipisnya.
"Mr. Kai, ada apa ?"
"Apa kalian melihat anak-anak Berandal lewat sini membawa Pylox ?"
Aku dan Tere saling bertatapan, lalu menggeleng bersamaan. Mr. Kai menepis keringatnya, dan kembali berjalan setelah ucapan Terima kasih terlontar pada kami.
Tere mendengus, "Mereka selalu membuat masalah. Tidak pernah bosan, tidak pernah lelah."
"Untuk apa mereka membawa Pylox ? Mewarnai rambut ?"
"Untuk melukis Grafiti di tembok, memangnya apa lagi ?" Jawab Tere, menaikan bahunya. Aku hanya menganguk.
Melihat waktu kami yang terbuang akibat percakapan Unfaedah, Kami pun kembali berjalan, menuruni tangga secara cepat untuk menuju kantin.
***
Aku mengelus perutku, memencetnya. Mulutku mual, aku rasa aku terlalu banyak menghabiskan Roti bakso milik Miss Ajeng. Seharusnya sadar diri, tubuhku tidak biasa mengonsumsi makanan terlalu banyak. Habis rasanya enak sekali.
guru-guru rapat, jadi waktu bebas untuk seluruh anak kelas X dan XI. Aku berniat kembali ke kelas, rasanya tidak nyaman berkeliaran di tempat ramai seperti ini. Tere rapat Osis (lagi), dan aku ? Sendiri tanpa bayangan kembali ke kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAIN
Teen Fictionpain /pān/ noun: Physical suffering or discomfort caused by illness or injury. Also an annoying or tedious person or thing. "she's in great pain and (of a part of the body) hurt." • • • • The original edit belong...